Korban Gempa Sulbar: Perut Sudah Lapar, Minta Bantuan Harus Pakai KK & KTP
Merdeka.com - Masyarakat Mamuju yang terdampak gempa magnitudo 6,2, khususnya yang tinggal jauh dari tempat penyaluran bantuan mulai mengeluh. Sebab, untuk bisa mendapatkan bantuan harus dilengkapi data penerima, jumlah penerima bahkan ada yang siapkan Kartu Keluarga (KK) dan KTP.
Penyaluran bantuan yang berbelit-belit ini, mendapat reaksi warga yang terdampak gempa yang mengaku mendapat permasalahan baru. Seharusnya bantuan pasca gempa harus cepat disalurkan karena sangat dibutuhkan.
Seorang Kepala Lingkungan Katapi Kelurahan Bebanga, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Jumardin mengaku sudah tiga kali bolak balik ke Mamuju,hanya mengurus warganya dengan melakukan pendataan.
-
Bagaimana cara warga Bantul mengatasi dampak gempa? Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan bahwa masyarakat bersama pemerintah kabupaten setempat mengatasi dampak gempa bumi bermagnitudo 6,0 pada Jumat (30/6) dengan saling bergotong-royong di lokasi terdampak.
-
Apa yang terjadi ketika gempa? Gempa bumi adalah apa yang terjadi ketika dua lempengan tiba-tiba bergeser. Permukaan tempat yang tergeser itu disebut bidang patahan
-
Siapa yang minta bantuan dana untuk bencana Sumbar? Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi meminta bantuan dana Rp1,5 triliun untuk penanganan bencana alam banjir bandang di daerahnya.
-
Kerusakan apa yang terjadi akibat gempa Bantul? Bupati Halim menambahkan dampak dari gempa tersebut sebagian besar mengakibatkan kerusakan rumah ringan, rata-rata pada bagian atap. Sementara itu bangunan utama tetap utuh.
-
Bagaimana bantuan disalurkan? 'Hari ini saya sudah berikan santunan kepada ahli waris dan kami juga memberikan kepada korban yang suaminya meningal dunia untuk dimasukkan ke dalam daftar nama penerima bantuan sosial,' tuturnya saat meninjau langsung lokasi kejadian pada Kamis, (14/3) malam.
-
Bagaimana kondisi mereka setelah gempa? Saat gempa usai, anak perempuan dan ibunya itu ditemukan warga sedang menangis histeris. Wajah dan sekujur tubuhnya dipenuhi dengan debu yang sangat tebal karena kondisi rumah mereka yang sudah hancur.
Data yang sudah ada kembali diinput ke posko logistik di kantor gubernur Sulbar. Namun sampai saat ini kata dia, belum jelas apakah ada atau tidak ada. Mekanisme ini sangat rumit, sehingga justru menambah beban warga korban gempa.
“Rumit sekali pengurusannya untuk bisa mendapatkan bantuan, harus saya data dulu dan harus diketahui Babinkamtibmas, lalu bawa ke sini. Bahkan saya urus ini sudah bolak-bolak tiga kali. Sampai saat ini tidak jelas. Ini sudah mulai malam lagi, capek pak, sementara orang di sana sangat butuh bantuan. Nah nanti dapat surat rekomendasi atau DO dari TNI baru kami bisa dapat bantuan, “ kata Jumardin kepada merdeka.com.
Senada dengan Jumardin, salah seorang pengungsi asal Kelurahan Rangas, Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju, Erwin. Dia mengaku untuk bisa mendapatkan bantuan bersama rekannya harus melalui beberapa tahapan yang bisa memakan waktu lama. Di sisi lain, anggota di Posko saat ini sangat butuh bantuan.
"Jujur pak kami capek, untuk bisa dapatkan bantuan kita disuruh data dulu, berapa KK (Kepala Keluarga) bagi yang butuh bantuan. Terus ke Posko Induk yang ada di Provinsi, di sana menyetor data dan setelah itu dikasih kertas (DO), baru disuruh ke sini, gudang logistik yang ada di Korem ambil bantuan," kata Erwin kepada sejumlah media saat ditemui di posko logistik Korem Rabu (20/1).
©Firdaus/AFPErwin mengaku, rumitnya pengurusan mendapatkan bantuan gempa sangat menguras waktu dan tenaga. Mulai dari pendataan kata dia, hingga antre di Posko induk untuk menginput data hanya untuk mendapatkan surat rekomendasi. Namun di sana ratusan orang antre yang kemungkinan sudah jenuh.
"Di posko induk juga kita antre karena banyak pengungsi yang juga bawa data untuk minta bantuan, jadi ini sangat sulit. Sebenarnya di pasca gempa ini kami sudah menikmati bantuan berkumpul bersama keluarga, tetapi kami harus rela antre menjemput bantuan di Korem," kata Erwin.
Dia mengaku, jika seperti ini bagaimana kalau warga pengungsi yang jauh seperti di Tapalang, Lebani dan Kalukku. Apalagi saat ini pengungsi sangat membutuhkan pasokan logistik.
"Menurut saya sebenarnya agak ribet, karena ini kan keadaan darurat. Kalau macam kita ini yang dekat posko induk tidak jadi masalah, tapi kalau pengungsi yang daerah lain kasihan dari luar, mana minta KK segala macam. Perut sudah lapar," keluhnya.
©2021 IstimewaIrwin berharap, pemerintah atau satgas tanggap bencana gempa Sulbar, cepat mengubah sistem ini karena kasihan masyarakat yang sangat butuh bantuan. Ide ini dilakukan agar korban, cepat mendapatkan batuan logistik.
"Kalau keadaan darurat begini, tidak usahlah terlalu ribet karena kasihan juga dari teman-teman pengungsi yang dari daerah lain yang lokasinya jauhkan," tuturnya.
Ditemui, kepada Kasi Logistik BNPB Provinsi Sulbar, Budianto mengaku, bagi warga atau ketua Posko yang ingin dapat bantuan memang wajib melengkapi KTP dan KK. Jika tidak dilengkapi data penerima, penanggung jawab pasti akan kesulitan mempertanggung jawabkan.
"Seperti itu memang aturannya, kalau mengeluarkan bantuan harus penerima melengkapi data seperti KTP dan KK, ini dilakukan untuk bisa kami pertangungjawabkan. Minimal ada data korban yang bisa dihubungi," jelasnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kebutuhan makan para pengungsi yang berada di pedesaan cukup memprihatinkan lantaran ketiadaan dapur umum.
Baca SelengkapnyaBerbagai penyakit itu timbul setelah warga tidur di luar rumah selama beberapa hari terakhir.
Baca SelengkapnyaGempa susulan masih terus terjadi di perairan Tuban Utara atau dekat Kepulauan Bawean
Baca Selengkapnya700 Unit rumah rusak dampak gempa tersebut dan 82 orang mengalami luka berat dan luka ringan.
Baca SelengkapnyaCek penerima BLT El Nino bisa melalui situs Kemensos atau aplikasi Bansos.
Baca SelengkapnyaPada kesempatan ini, Ganjar kemudian mengkampanyekan program KTP Sakti untuk pemerataan bantuan pemerintah.
Baca SelengkapnyaPemerintah Kabupaten Gresik menetapkan status tanggap darurat bencana selama 21 hari terkait gempa di perairan Tuban atau lebih dekat dengan Kepulauan Bawean.
Baca SelengkapnyaHanya dapat 15 ribu rupiah sehari dan harus nafkahi lima orang anak, perjuangan pria ini bikin haru.
Baca SelengkapnyaSatu keluarga berjumlah enam orang yang merupakan pengungsi Rohingya mendatangi Kantor Disdukcapil Makassar untuk mengajukan pembuatan KK dan KTP.
Baca SelengkapnyaBupati Bandung Dadang Supriatna langsung bergerak cepat dengan turun langsung ke lapangan untuk meninjau korban gempa.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Gunung Lewotobi Laki-laki yang berada di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur kembali meletus pada Senin (4/11).
Baca SelengkapnyaPengiriman bantuan kepada masyarakat di Papua Tengah dilakukan secara bertahap.
Baca Selengkapnya