Kutukan dan legenda kera di Masjid Saka Tunggal, Banyumas
Merdeka.com - Puluhan kera yang hidup bebas di sekitar lingkungan Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas adalah bagian khas Masjid Saka Tunggal yang diperkirakan berdiri sejak tahun 1288.
Kera tersebut tersebar di berbagai titik mulai dari pelataran masjid, areal pemakaman yang dirimbuni pohon-pohon tinggi sampai pemukiman warga sekitar.
Soal keberadaan kera-kera di masjid kuno tersebut, sudah menjadi legenda tersendiri dan menjadi sejarah lisan warga sekitar. Juru kunci Masjid Saka Tunggal, Sulam (47) bercerita keberadaan kera-kera terkait kutukan yang dilontarkan Mbah Mustolih, pendiri masjid, pada beberapa santrinya.
-
Apa hukum meninggalkan shalat Jumat? Terdapat beberapa kondisi yang memperbolehkan kita untuk tidak melaksanakan shalat Jumat, salah satunya adalah saat kita sedang menjaga orang sakit.Bila sedang dalam kondisi tersebut maka dalam hukumnya boleh, bahkan wajib jika kondisi orang sakit tersebut sangat membutuhkan bantuan.
-
Mengapa orang sholat masuk masjid? Umat muslim dianjurkan untuk menjalankan sholat masuk masjid karena memiliki banyak keutamaan.
-
Apa itu Sholat Jumat? Sholat Jumat merupakan salah satu ibadah yang wajib dilaksanakan dan memiliki posisi yang sangat penting dalam ajaran Islam.
-
Mengapa sholat Jumat wajib dikerjakan? Para ulama sepakat bahwa sholat Jumat merupakan kewajiban yang harus dilakukan dan tidak boleh diabaikan tanpa alasan syar'i yang jelas.Kewajiban ini berlandaskan pada dalil-dalil yang kuat, baik dari Al-Quran maupun hadits Nabi Muhammad SAW.
-
Kenapa meninggalkan shalat adalah dosa besar? Meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar, bahkan lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum-minuman keras. Hal ini karena shalat merupakan salah satu rukun Islam yang paling penting, dan meninggalkannya menunjukkan ketidaktundukan kepada Allah.
-
Apa itu sholat Jumat? Sholat Jumat adalah ibadah yang wajib dilaksanakan dan memiliki posisi yang sangat penting dalam agama Islam. Setiap pekan, ibadah ini diadakan sebagai pengganti sholat dzuhur dan memiliki sejumlah keistimewaan serta keutamaan yang tidak dimiliki oleh sholat wajib lainnya.
Kisah kutukan ini bermula dari kewajiban sholat Jum'at, yang mesti diikuti para santri. Nyatanya, seruan kewajiban ibadah ini dilanggar oleh beberapa santri. Mereka meninggalkan masjid dan justru menangkap ikan di sungai sampai membuat keributan.
Kecewa dengan kelakuan para santri tersebut, Mbah Mustolih marah besar. Sebagaimana para kiai yang dipercaya memiliki kelebihan karena kesalehannya, Mbah Mustolih lalu mengucapkan perkataan bahwa kelakuan para santri tersebut tak berbeda dengan perilaku kera. Tak dinyana, kata-kata itu justru jadi bencana yakni segerombolan santri tersebut berubah diri menjadi kumpulan kera.
"Ini legenda setempat yang pernah diceritakan pada saya," kata Sulam yang telah menjadi juru kunci Masjid Saka Tunggal selama 7 tahun ini.
Tapi terlepas kejadian itu benar-benar pernah terjadi atau tidak, Sulam mengatakan legenda tersebut sejatinya ingin menyampaikan pesan bahwa manusia setidaknya tidak berperilaku selayaknya hewan. Kera adalah simbol hasrat keserakahan, dimana manusia yang baik mesti bisa mengekangnya dengan menebalkan kesalehan.
Kera di makam Mbah Mustolih ©2017 Merdeka.com
"Kera-kera tersebut cerminan perilaku kita yang mesti kita kekang," kata Sulam, Minggu (30/4).
Spesies kera sendiri dikatakan Sulam, saat ini di lingkungan masjid Saka Tunggal diperkiran sebanyak 200 ekor. Jumlah ini, mendekati banyaknya warga di Cikakak sebanyak 200 keluarga. Selama ini puluhan kera yang turun ke desa sudah jadi bagian sehari-hari kehidupan warga meski acapkali juga merepotkan warga.
"Sudah hal biasa bagi kami, genting atap rumah ambrol karena kera-kera berlarian," ujarnya.
Sementara, keberadaan ratusan kera di lingkungan masjid tua tersebut dianggap keunikan tersendiri dari cagar budaya Banyumas bagian barat selatan. Pemerintah Kabupaten Banyumas sejak dua tahun terakhir ini lantas menggelar festival Rwanda Bujana, yakni pembikinan gunungan buah-buahan untuk kera-kera di lokasi komplek masjid. Kegiatan itu dimaksudkan untuk menarik wisatawan sekaligus menumbuhkan tradisi saling mengasihi sesama makhluk hidup. (mdk/hrs)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tradisi dari Aceh yang sampai sekarang masih dilaksanakan setiap tahunnya oleh para nelayan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil tangkapan ikan.
Baca SelengkapnyaTradisi masyarakat Sumatra Selatan ini tak hanya menjadi kearifan lokal, melainkan juga bermanfaat untuk menjaga ekosistem alam.
Baca SelengkapnyaKonon, ikan-ikan di sana bukan hewan asli melainkan jelmaan. Kemudian, terdapat larangan memancing apalagi mengonsumsi ikan dari Situ Sangiang.
Baca SelengkapnyaSetelah acara cuci tikar selesai, mereka seru-seruan main air bareng di saluran irigasi
Baca SelengkapnyaTradisi warisan nenek moyang ini masih dipertahankan oleh masyarakat nelayan Jepara.
Baca SelengkapnyaSaat dzikir, mereka mematikan lampu masjid agar prosesi ibadah itu berjalan lebih khusyuk
Baca SelengkapnyaKegiatan ini juga bertujuan untuk membersihkan endapan yang menumpuk di dasar kolam.
Baca SelengkapnyaJemaah salat Jumat di Kalimantan Tengah viral karena salat di atas perahu, begini potretnya.
Baca SelengkapnyaLokasi yang dipakai oleh masyarakat untuk tidur tersebut bukanlah area suci untuk tempat salat, melainkan aula tempat pertemuan dan pelaksanaan kegiatan oleh pe
Baca SelengkapnyaSaat ini, buaya tersebut telah diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
Baca SelengkapnyaPada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.
Baca SelengkapnyaSyekh Jangkung merupakan salah satu tokoh yang sangat melegenda dalam sejarah Islam di Indonesia.
Baca Selengkapnya