Manuver para jenderal polisi jegal pencalonan kapolri Budi Gunawan
Merdeka.com - Nama Komjen Budi Gunawan makin hari makin ramai diperbincangkan. Jenderal bintang tiga yang kini masih menjabat sebagai Kalemdikpol itu dicalonkan sebagai Kapolri tapi malah sudah ditetapkan tersangka kasus rekening gendut oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Bahkan kemarin Komisi III DPR sudah merestui Budi Gunawan menjadi Kapolri usai dirinya menjalani uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test). Namun sampai kini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memilih Budi belum mengeluarkan keputusan apa-apa terkait masalah pelik ini.
Nah, dalam penetapan status tersangka Budi ini dikabarkan tak murni datang dari KPK saja. Diduga ada jenderal polisi lain yang sengaja ingin menjegal pencalonan Budi.
-
Apa jabatan politik Budi saat ini? Jabatannya adalah seorang Wakil Ketua Komisi IV DPR RI.
-
Siapa yang menolak Gubernur Jakarta ditunjuk Presiden? Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Taufik Basari menegaskan, pihaknya menolak mekanisme penunjukan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta oleh Presiden.
-
Siapa yang menggugat Polda Jawa Barat? Pegi diketahui menggugat Polda Jawa Barat yang menetapkannya sebagai tersangka pembunuhan Vina dan Eky.
-
Siapa yang menolak jadi jenderal? Bambang Widjanarko adalah Seorang Perwira KKO, kini Marinir TNI AL Dia menjadi ajudan presiden Sukarno tahun 1960-1967.
-
Bagaimana karier Jenderal Polri? Tak hanya itu saja, rekam jejak karier Carlo selama menjabat sebagai anggota Polri juga bukan kaleng-kaleng. Ia beberapa kali turut serta berhasil memecahkan kasus.
-
Mengapa Wakapolda Banten dimutasi? Serah terima jabatan juga merupakan bagian dari proses pembinaan sumber daya manusia, dalam rangka regenerasi yang dilakukan berdasarkan penilaian dan evaluasi dengan mempertimbangkan aspek profesionalitas, komitmen dan integritas.
Indonesian Police Watch (IPW) terang-terangan menyebut bahwa memang ada jenderal polisi yang sudah merayu Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mencoret nama Budi untuk diajukan ke Jokowi.
Berikut penjelasan IPW soal pencalonan Budi Gunawan sebagai kapolri:
Ada 3 jenderal yang benci pada Budi Gunawan
Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menyatakan ada konspirasi di balik penetapan Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka oleh KPK. Hal itu tak terlepas dari persaingan di internal Polri. Neta memang selama ini kencang mendukung pencalonan Budi Gunawan."Ada permainan politik praktis di balik penetapan tersangka Budi Gunawan. Ini tidak terlepas dari cakar-cakaran di Polri," kata Neta di gedung DPR Senayan Jakarta, Kamis (15/1).Menurutnya ada perwira tinggi yang tak menyukai Budi Gunawan maju sebagai Kapolri. Mereka merasa lebih pantas daripada Budi Gunawan."Ada tiga perwira tinggi aktif yang berusaha secara keras menjatuhkan Budi Gunawan jadi Kapolri baru. Satu tidak suka, merasa lebih pantas, dan jika ini terjadi kesemrawutan akan jatuh ke dia," terang dia.Lanjut dia, dari ketiga perwira tinggi tersebut ada yang mencoba membujuk Kompolnas mencoret nama Budi Gunawan untuk diajukan ke Presiden Joko Widodo. Namun, dia enggan menyebut nama perwira tinggi itu."Dua hari sebelum KPK menetapkan Budi Gunawan jadi tersangka salah satu dari tiga orang ini melobi Kompolnas untuk menjatuhkan Budi Gunawan. Tapi saya tidak akan sebutkan namanya," pungkas dia.
Pergantian Kapolri sangat jorok dan cakar-cakaran
Neta S Pane merasa prihatin tradisi suksesi di tubuh Polri cenderung rusuh. Mereka sering saling sikut antar kawan, apalagi soal panasnya pencalonan Budi Gunawan sebagai Kapolri akhir-akhir ini."Tradisi di kepolisian jika ada pergantian Kapolri selalu riuh. Di sini sangat jorok cakar-cakaran," kata Neta di gedung DPR Senayan Jakarta, Kamis (15/1).Menurutnya tradisi suksesi kepemimpinan di tubuh TNI lebih bagus. Mereka tak saling serang di internal."Di TNI budayanya bebek, kalau presiden ada yang milih Panglima maka semua ikut masuk kandang mendukung. Tapi di Polri budayanya ayam jika ada jagung di mulut teman jika bisa diambil akan dipatuk," terang dia.Persaingan internal Polri ini membuat Komjen Pol Budi Gunawan menjadi korban. Komjen Budi ditetapkan sebagai tersangka rekening gendut padahal oleh Mabes Polri sudah di tutup kasusnya."Setelah Budi Gunawan dilantik jadi Kapolri maka harus melakukan perlawanan dengan KPK dengan cara praperadilan. Perang ini lebih besar ke depan daripada cicak vs buaya tapi cicak vs komodo," pungkas dia.
Ada motif politik dibalik penetapan tersangka Komjen Budi
Neta S Pane menyebut tindakan KPK menetapkan status tersangka pada Budi Gunawan malah menunjukkan jika lembaga tersebut sudah bermain politik praktis. Dia melihat, KPK telah bertindak sewenang-wenang dan tidak taat terhadap proses hukum yang berlaku."Belum ada proses dan pemeriksaan saksi-saksi, KPK dengan arogan menetapkan BG sebagai tersangka. Bandingkan dengan saat KPK menangani kasus Djoko Susilo yg sejumlah saksi diperiksa, dan DS terlebih dahulu dijadikan saksi baru kemudian tersangka," tegas Neta dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa (13/1).Tindakan itu, lanjut Neta, telah memperlihatkan KPK melakukan kriminalisasi terhadap sosok Budi Gunawan dengan merekayasa kasus dan pembunuhan karakter. Jika dibiarkan, dia yakni KPK akan bertindak di luar batas kewajaran."Jika hal ini dibiarkan, komisioner KPK akan makin sewenang-wenang dan arogan serta menganggap dirinya sebagai dewa. Apa yang dilakukan KPK ini harus dilawan. Mosi tak percaya harus dilakukan untuk membubarkan komisioner KPK yang sekarang," tegasnya.
Bakal ada Cicak VS Buaya II
Jauh sebelum Presiden Jokowi resmi mengajukan nama Komjen Budi, Neta sudah memprediksi bahwa Kepala Lembaga Pendidikan Polisi (Kalemdikpol) itu bakal diajukan sebagai calon Kapolri menggantikan Jenderal Sutarman. Namun pencalonan Komjen Budi menuai polemik setelah KPK menetapkannya sebagai tersangka kasus rekening gendut.Neta berharap, Presiden Joko Widodo tetap konsisten melantik Budi Gunawan sebagai Kapolri dan melakukan perlawanan pra peradilan terhadap KPK. Dia pun meminta kepolisian untuk menyelidiki dugaan rekayasa kasus di balik penetapan tersangka terhadap mantan ajudan Megawati Soekarnoputri itu."IPW memprediksi, ke depan akan terjadi konflik besar antara KPK dan Polri dan lebih besar dari konflik cicak buaya," pungkasnya.
(mdk/gib)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ganjar dengan tegas menyebut ketiganya mencla-mencle
Baca SelengkapnyaMenurut Ganjar, para jenderal ini tidak satu kata antara pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Baca SelengkapnyaTindakan intimidasi tentunya sangat disayangkan, untuk membuat video yang intinya mendukung pemerintah.
Baca SelengkapnyaPeserta aksi mengaku kecewa karena DPP Partai Golkar tidak mengusung kadernya pada Pilkada Jambi dan justru mendukung politisi dari partai lain.
Baca SelengkapnyaSebelum menjabat Wakapolri, dia pernah menjadi ajudan presiden.
Baca SelengkapnyaPara tokoh PDIP ini disidang karena memberikan sinyal dukungan kepada Prabowo
Baca SelengkapnyaMereka turung palagan untuk bertarung memperebutkan suara dengan para petahana, mantan menjabat, pensiunan TNI hingga para pesohor tanah air.
Baca SelengkapnyaPolisi akan memanggil Aiman untuk klarifikasi tuduhan komandan minta anggota pilih Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaGerindra menyebut tidak bisa mencegah atau melarang kader partai lain mendukung Prabowo.
Baca SelengkapnyaDalam video yang diunggah oleh Ahmad Luthfi pada akun instagram miliknya @ahmadluthfi_official pada Sabtu (9/11), Prabowo menyampaikan dukungan kepada Luthfi
Baca SelengkapnyaPolisi pastikan segera memanggil Juru Bicara TPN Ganjar-Mahfud, Aiman Witjaksono untuk dimintai keterangan sebagai saksi.
Baca SelengkapnyaGerindra membuka lebar pintu bagi siapapun yang ingin mendukung Prabowo di Pilpres 2024
Baca Selengkapnya