Menelusuri makna sejarah Jalan Malioboro
Merdeka.com - Jalan Malioboro merupakan jalan paling terkenal di Yogyakarta. Karena begitu terkenal dan identik dengan Yogyakarta sampai muncul idiom "belum ke Yogyakarta kalau belum ke Malioboro".
Ungkapan itu tidaklah berlebihan jika melihat sejarah dan filosofi jalan yang berada di sebelah selatan stasiun Tugu Yogyakarta itu. Sejarawan Keraton Yogyakarta, KRT Jatiningrat mengatakan, membicarakan Malioboro tidak bisa lepas dari awal mula berdirinya Keraton Yogyakarta. Sebab, Maliboro merupakan satu kesatuan dengan filosofi Keraton Yogyakarta.
"Orang Jawa itu kaya dengan simbol dan filosofi. Selalu ada makna di setiap perbuatan. Bicara Malioboro tentu tidak bisa lepas dari makna garis filosofis Tugu Yogyakarta, Keraton dan Panggung Krapyak," katanya saat ditemui merdeka.com di Keraton Yogyakarta, Senin (28/3).
-
Dimana lokasi Malioboro? Terletak di pusat kota, Malioboro terkenal dengan jalanannya yang ramai dan berbagai toko-toko serta pedagang kaki lima yang buka hingga larut malam.
-
Dimana Plaza Malioboro berada? Plaza Malioboro Mengutip situs resmi Plaza Malioboro, pusat perbelanjaan ini terdiri dari tenant brand nasional dan internasional.
-
Mengapa Teras Malioboro dibangun? Keberadaannya tak lepas dari relokasi seluruh pedagang kaki lima (PKL) yang sebelumnya berjualan di sepanjang Jalan Malioboro.
-
Dimana Teras Malioboro berada? Teras Malioboro merupakan ikon wisata belanja terbaru di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta.
-
Siapa yang membangun Keraton Yogyakarta? Kemudian pada bulan April 1755, Sultan HB I membangun Kraton Yogyakarta.
-
Kenapa Malioboro jadi wisata Jogja terhits? Bukan tanpa alasan kalau Malioboro sering menjadi setting film maupun FTV. Tempat ini memang benar-benar terasa Jogjanya.
Antara Tugu dan Keraton dihubungkan empat jalan, yakni jalan Margoutomo, Malioboro, Margomulyo dan Pangurakan. Margoutomo berarti jalan utama, Malioboro berarti obor wali, jalan mulia atau kebaikan, dan pangurakan berarti pelepasan.
"Jalan yang membentang dari Tugu Yogyakarta sampai Stasiun Tugu itu adalah Jalan Margoutomo, setelah itu jalan Malioboro sampai depan Terang Bulan, setelah itu Margomulyo sampai titik nol, dari titik nol ke Keraton itu namanya jalan Pangurakan," tambahnya.
Sejarawan Keraton Yogyakarta, KRT Jatiningrat ©2016 Merdeka.com
Jalan Malioboro sendiri berarti Obor Wali yang bermakna bahwa manusia jawa harus mengikuti cahaya terang seperti yang diajarkan oleh Wali Songo yang membawa Islam ke Nusantara.
"Orang hidup seharusnya mencari pepadang. Pepadang ini artinya terang. Terang yang bagaimana? Ya yang sudah diberikan petunjuk oleh para Wali," ujarnya.
Meski demikian tidak mudah untuk mengikuti jalan terang yang menuju pada Allah tersebut. Ada godaan manusiawi yang menjadi tantangan. Simbol godaan itu ada pada pasar Beringharjo dan Kepatihan.
"Pasar itu cobaan, ada hal-hal duniawi di sana yang menjadi godaan. Ada harta dan wanita. Kalau Kepatihan bermakna kekuasaan. Ini simbol godaannya. Sebelum bisa sampai Jalan Malioboro ada godaan. Setelah lewat jalan Malioboro sampai Margoutomo dan baru sampai pada Tugu Pal Putih yang merupakan simbol Manunggaling Kawulo Gusti," terangnya.
Tidak hanya memiliki makna yang dalam, dalam perjalanannya Malioboro juga memiliki sejarah penting dalam perjuangan kemerdekaan. Jalan Malioboro menjadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan Indonesia pada masa agresi militer belanda tahun 1949. Di ujung utara jalan Malioboro, tepatnya di depan Hotel Inna garuda, terdapat batu penanda batas penarikan tentara Belanda dari Yogyakarta sebagai ibu kota Indonesia pada waktu itu.
batu penanda batas penarikan tentara Belanda dari Yogyakarta sebagai ibu kota Indonesia ©2016 Merdeka.com
Dalam perjalanannya Malioboro kini menjadi pusat ekonomi, politik dan kebudayaan. Roda perekonomian Yogyakarta salah satunya ditopang oleh Malioboro. Di Jalan Malioboro juga ada kantor DPRD Yogyakarta dan Kantor Gubernur yang merupakan simbol kekuasaan dan politik. Tidak hanya itu, Malioboro juga menjadi pusat kebudayaan dengan banyaknya cagar budaya yang ada di sana.
"Malioboro memiliki banyak peran dan makna. Bisa dibilang semua berpusat di Malioboro, ekonomi, pemerintahan, kebudayaan. Sekarang tinggal bagaimana masyarakat bisa memaknai Malioboro setelah tahu filosofi dan sejarahnya," pungkas Jatiningrat. (mdk/dan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain pengobatan penyakit paru-paru, dulu di lokasi ini juga terdapat gereja.
Baca SelengkapnyaTak akan ada habisnya menjelajahi kota yang satu ini. Sebab, selalu ada wisata terhits di antara yang paling hits lainnya!
Baca SelengkapnyaJogja kini menjadi salah satu destinasi wisata turis domestik maupun asing.
Baca SelengkapnyaSri Sultan Hamengku Buwono I adalah pelopor dalam berdirinya Kesultanan Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaJalan Malioboro tempo dulu benar-benar bikin nostalgia banget, masih didominasi becak dan sepeda. Simak yuk!
Baca SelengkapnyaSiapa sangka, Jalan Malioboro tempo dulu menyimpan sejuta cerita.
Baca SelengkapnyaPagelaran dan Sitihinggil telah terbentuk walau masih sederhana.
Baca SelengkapnyaMitos Taman Sari Jogja semakin menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Baca SelengkapnyaJalan Malioboro tempo dulu benar-benar bikin nostalgia banget. Simak yuk!
Baca SelengkapnyaSelain Pendiri dan Raja Pertama Kesultanan Yogyakarta, Hamengku Buwono I juga sosok arsitek kerajaan.
Baca SelengkapnyaDi dalam petilasan ini terdapat sebuah batu besar yang digunakan sebagai tempat bertapa Panembahan Senopati
Baca SelengkapnyaKota kuno Kotagede dibangun dengan konsep filosofi "Catur Gatra" dengan empat elemen penting yaitu keraton, pasar, alun-alun, dan masjid.
Baca Selengkapnya