Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengapa di Purwakarta banyak patung, ini alasannya

Mengapa di Purwakarta banyak patung, ini alasannya Patung di Purwakarta. ©2017 Merdeka.com

Merdeka.com - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menjadi keynote speaker dalam sebuah diskusi bertajuk 'Problematika Seni Budaya di Ruang Publik' yang diselenggarakan oleh Dewan Kebudayaan Jeprut Jawa Barat (DKJJB), bertempat di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK), Jalan Naripan, Kota Bandung Jawa Barat, Sabtu 22 Juli 2017 kemarin. Dedi Mulyadi memiliki argumentasi terkait pembangunan karya seni di ruang publik. Menurutnya, sebuah karya seni memiliki energi inspiratif sehingga jika tidak diberikan ruang, maka secara otomatis akan mempersempit ruang inspirasi bagi sebuah komunitas masyarakat.

"Jika ruang seni dipersempit maka energi inspiratif tidak akan ter-transendensi kepada kita. Akhirnya, manusia tidak lagi imajinatif. Kalau sudah begini, tidak ada ide, maka biasanya impor imajinasi dari luar," jelas Dedi.

Imajinasi yang dimaksud oleh Dedi, menurutnya harus berdasarkan karakter wilayah. Di Purwakarta misalnya dia membangun karya seni berbentuk tokoh pewayangan yang memang mengilhami penyebaran Agama Islam di Tanah Sunda dan Nusantara pada umumnya. Cara ini dia lakukan agar masyarakatnya tidak berkiblat pada super hero hasil imajinasi impor.

"Saya membangun itu agar tokoh-tokoh pewayangan di kita itu sejajar dengan Batman, sejajar dengan Superman. Masa super hero luar negeri lebih disukai sementara super hero bangsa sendiri dilupakan," katanya menambahkan.

Secara jangka panjang, papar pria yang juga menjabat sebagai Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama Purwakarta tersebut, ruang publik yang memiliki nilai seni dan tertata dengan rapi dapat menjadi salah satu andalan destinasi wisata bagi daerah, sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisata dan menggenjot pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah.

"APBD Purwakarta itu kecil, tetapi bisa membangun ruang publik yang ramai dikunjungi orang, kita punya air mancur, kita punya taman-taman yang namanya berkarakter Sunda," paparnya.

Selain menghadirkan Bupati Purwakarta, diskusi tersebut juga turut mengundang kalangan akademisi seperti Prof Dr Roos Akbar, Dr Rikrik A Kuswara, kalangan praktisi pematung, Nyoman Nuarta dan kalangan Agamawan yang diwakili oleh Dr KH Asep Salahudin dari PWNU Jawa Barat.

(mdk/hhw)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Cara Wali Songo Menyebarkan Agama Islam di Pulau Jawa
Cara Wali Songo Menyebarkan Agama Islam di Pulau Jawa

Metode Wali Songo dalam menyebarkan ajaran agama Islam.

Baca Selengkapnya
Menyusuri Masjid Cheng Ho, Jejak Peninggalan Muslim Tionghoa di Tanah Palembang
Menyusuri Masjid Cheng Ho, Jejak Peninggalan Muslim Tionghoa di Tanah Palembang

Salah satu peninggalan Islam yang bercorak Tionghoa di Palembang ini tidak lepas dari keberadaan Laksamana Cheng Ho di masa lampau.

Baca Selengkapnya
Sejarah Kabupaten Purwakarta, Dulu Tempat Perjuangan Kini Jadi Kota Pensiunan
Sejarah Kabupaten Purwakarta, Dulu Tempat Perjuangan Kini Jadi Kota Pensiunan

Purwakarta telah berevolusi cukup lama hingga dikenal sebagai kota pensiunan. Kisahnya penuh perjuangan sejak masa pra sejarah.

Baca Selengkapnya
Menguak Jejak Peradaban Hindu di Wilayah Demak, Lebih Tua dari Majapahit
Menguak Jejak Peradaban Hindu di Wilayah Demak, Lebih Tua dari Majapahit

Pada masa Hindu, wilayah Demak sudah berkembang menjadi permukiman Hindu.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sunan Bonang, Pendakwah yang Sebarkan Islam dengan Kesenian
Mengenal Sunan Bonang, Pendakwah yang Sebarkan Islam dengan Kesenian

Sunan Bonang adalah sosok pendakwah yang cerdik dan fleksibel dalam menyiarkan ajaran-ajaran Islam.

Baca Selengkapnya
Melihat Jejak Sunan Kalijaga di Cirebon, Ada Banyak Kera sampai Sumur Tua
Melihat Jejak Sunan Kalijaga di Cirebon, Ada Banyak Kera sampai Sumur Tua

Di masa silam Sunan Kalijaga pernah aktif berdakwah di Cirebon dan meninggalkan petilasan sekitar 1 kilometer dari terminal Harjamukti.

Baca Selengkapnya
Napak Tilas Kejayaan Islam Cirebon di Desa Astana, Ada Makam Sunan Gunung Jati dan Keraton Pertama
Napak Tilas Kejayaan Islam Cirebon di Desa Astana, Ada Makam Sunan Gunung Jati dan Keraton Pertama

Di Desa Astana, peninggalan kejayaan Islam era lampau masih bisa dilihat seperti makam Sunan Gunung Jati, Petilasan Syekh Datul Kahfi, sampai Keraton Pakungwati

Baca Selengkapnya
Terima Kunjungan Kerja DPR RI Komisi X, Gus Ipul Beberkan Potensi Wisata Kota Pasuruan
Terima Kunjungan Kerja DPR RI Komisi X, Gus Ipul Beberkan Potensi Wisata Kota Pasuruan

Dijelaskan Gus Ipul, Kota Pasuruan memiliki wisata religi dan heritage.

Baca Selengkapnya
Berkunjung ke Omah Petroek, Rumah Budaya yang Mengangkat Tema Pluralisme
Berkunjung ke Omah Petroek, Rumah Budaya yang Mengangkat Tema Pluralisme

Rumah budaya ini menyimpan banyak karya seni yang memiliki estetika tinggi.

Baca Selengkapnya
Sengaja Bikin Daerah Kekeringan, Begini Kisah Sunan Bonang Ditolak Warga Kediri
Sengaja Bikin Daerah Kekeringan, Begini Kisah Sunan Bonang Ditolak Warga Kediri

Wali yang terkenal dengan dakwah melalui kesenian ini ternyata pernah berdakwah pakai cara kekerasan.

Baca Selengkapnya
Batu Besar Misterius di Demak Ini Berada di Tengah Ladang Warga, Ini Fakta di Baliknya
Batu Besar Misterius di Demak Ini Berada di Tengah Ladang Warga, Ini Fakta di Baliknya

Diduga pada abad ke 8-9 Masehi peradaban di tempat itu sudah sangat maju.

Baca Selengkapnya
Dulunya Jadi Ibu Kota Kerajaan Mataram Islam, Begini Filosofi Tata Kota Kawasan Kotagede di Masa Lampau
Dulunya Jadi Ibu Kota Kerajaan Mataram Islam, Begini Filosofi Tata Kota Kawasan Kotagede di Masa Lampau

Kota kuno Kotagede dibangun dengan konsep filosofi "Catur Gatra" dengan empat elemen penting yaitu keraton, pasar, alun-alun, dan masjid.

Baca Selengkapnya