Mengubah citra kriminal Terminal Kampung Rambutan lewat pedagang asongan
Merdeka.com - Terminal Kampung Rambutan ramai dengan para calon penumpang yang akan kembali ke kampung halamannya sejak pagi pada Senin (11/6) ini. Keramaian itu pun tak luput dari pencopet yang berniat melancarkan aksinya.
Namun, nahas nasib pencopet berinisial D (57), itu harus berurusan dengan polisi lantaran digagalkan pedagang asongan. Agus, pedagang di kawasan bus Jawa Barat, itu mengaku telah mengintai D yang kerap beraksi tiap tahunnya saat mudik.
Usut punya usut, Agus tidak bekerja sendiri. Dia telah memperingatkan rekan sesama pedagang dalam grup WhatsApp tentang sosok pencopet tua. Grup itu sendiri merupakan wadah yang diinisiasikan Kepala Terminal Kampung Rambutan Emiral August Dwinanto.
-
Bagaimana pedagang Tanah Abang meningkatkan penjualan? Selain menjual pakaian ke para pembeli yang datang langsung ke tokonya, para pedagang juga mendapat pesanan dari langganan mereka di luar kota.
-
Siapa yang biasanya menjadi pedagang kelontong? Pedagang kelontong kebanyakan dilakukan orang-orang keturunan China.
-
Dimana pedagang kelontong berjualan? Awalnya mereka menjajakan dagangannya dari rumah ke rumah, atau menawarkan barang dagangannya untuk dijual di hotel.
-
Kenapa omzet pedagang Tanah Abang naik menjelang Ramadan? Memasuki bulan suci Ramadan, ragam busana muslim yang paling banyak dipesan dan diminati para konsumen.
-
Bagaimana perdagangan rempah dilakukan di Palembang? Melalui Sungai Musi inilah perdagangan mulai terjalin, bahkan hingga terjadi percampuran budaya dengan masyarakat setempat.
-
Apa dampak dari kebijakan Kemendag di Pasar Tanah Abang? Kebijakan Kementerian Perdagangan memberi dampak signifikan bagi para pedagang fisik seperti di Tanah Abang ini. 'Selain laris, yang berbelanja sudah mulai ramai. Pembeli memang belum pulih seperti dulu, tetapi wajah penjual sudah mulai tersenyum. Kalau ditanya apakah sudah ada yang belanja, sebagian besar bilang sudah,'
Emiral bercerita pedagang asongan di Terminal Kampung Rambutan ini, telah didata juga dibina atas komandonya. Padahal, awalnya dirinya menjabat sangat ditakuti.
"Sudah dari tahun semenjak saya di sini 2015. Jadi awalnya saya di sini, mereka lihat saya lari, terminal kotor, saya cerita apa adanya bisa tanya masyarakat terminal kotor, bau pesing, (pedagang asongan) ngeliat saya lari, tadinya dagangan saya ambilin," kata Emiral kepada merdeka.com, Senin (11/6).
Alih-alih mengusirnya, justru Emiral berusaha merangkul para pedagang itu. "Saya lihat wah ini kasian juga mereka kan ada dulu todang-todong, buat kriminal, sebentar-sebentar liat-liat ribut. Nah di sini saya rangkul semua bahwa nanti pedagang harus didata," imbuhnya.
Pedagang itu pun didata dan memakai seragam berupa rompi dengan warna berbeda. Hal tersebut agar para pedagang tak saling sikut.
"Jalur Jabar rompi hitam, jalur Jateng rompinya coklat, jalur pool bus itu biru. Jalur pos dua hijau, jalur pintu keluar merah. Jadi dia warna hitam tak boleh dagang di sini ke coklat," jelas Emiral.
Usaha Emiral pun membuahkan hasil. Para pedagang kini lebih teratur, juga citra kriminal yang pernah melekat sedikit demi sedikit berubah. Para pedagang ini rajin pula diberikan pendidikan agama.
"Gunanya juga mereka di sini tanpa disuruh mereka nyapu, mereka kita ajak juga tiap Jumat rutin kerja bakti, tiap malam Jumat ajak pengajian jadi semua di sini sudah gak kayak dulu lagi, dulu banyak preman di sini banyak santri," kata dia.
Mereka pun dibina agar memiliki kesadaran bahwa Terminal untuk kepentingan bersama. Para pedagang diuntungkan untuk mencari rejeki, sedangkan kemanan dan kenyaman terminal pun terjaga.
"Oknum pedagang ada yang tiga orang kita masukin Cipinang dia nodong (penumpang) pake piso, mereka (pedagang asongan) sendiri yang nangkep," kata Emiral mencontohkan. Selain itu kalau ada pedagang nakal pun, akan diberikan sanksi sosial oleh sesama mereka.
Heri (30), pedagang jam tangan itu mengaku mereka siap membantu apapun yang dibutuhkan. Misalnya ada peristiwa penumpang tak punya uang, atau ada yang sakit. Selain itu, ketika ada orang mencurigakan atau pedagang luar yang berniat jahat, kata Heri penumpang tak perlu ragu meminta bantuan kepada pedagang asongan Terminal Kampung Rambutan. "Kalau ada yang mencurigkan kita kirim lewat WhatsApp," ucapnya ketika ditemui.
Heri mengakui usaha yang telah dilakukan Emiral. Menurutnya, sejak pedagang didata, kultur para pedagang telah berubah. "Di data, dibina sama pak Emir. Hari Jumat kerja bakti, malam Jumat pengajian, jadi dibina," imbuhnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi rela menghabiskan anggaran hingga Rp70 miliar untuk membenahi Terminal Leuwi Panjang.
Baca SelengkapnyaKini Kampung Krese tampil lebih bersih dan bebas dari banjir.
Baca SelengkapnyaWarga setempat selalu berkendara seolah-olah mereka sedang berada di jalan raya dengan taat berlalu lintas.
Baca SelengkapnyaPemkab Bogor saat ini sedang berupaya melakukan penataan kawasan wisata Puncak, diawali dengan pemindahan PKL ke Rest Area Gunung Mas pada Senin (24/6).
Baca SelengkapnyaRatusan gerai UMKM kuliner menjadi daya tarik pengunjung.
Baca SelengkapnyaBuntut dijadikan lokasi nyabu, Pasar Jaya bakal mempercepat revitalisasi Blok G Tanah Abang.
Baca SelengkapnyaKericuhan yang diwarnai aksi pembakaran ban dan kayu sempat berlangsung mencekam.
Baca SelengkapnyaRevitalisasi trotoar kawasan Glodok ini untuk memberikan ruang bagi pejalan kaki yang selama ini digunakan untuk PKL dan parkir motor liar.
Baca SelengkapnyaKawasan Jalan Sultan Agung jadi salah satu spot kulineran yang menarik di Kota Bandung
Baca SelengkapnyaDengan adanya kirab tersebut para pedagang berharap pasar bakal semakin ramai pengunjung.
Baca SelengkapnyaRevitalisasi yang dilakukan bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Baca SelengkapnyaKemenkop UKM meresmikan Pasar Kareka Nduku Selatan di Kabupaten Sumba Barat.
Baca Selengkapnya