Dulunya Tempat Berkumpulnya Para Preman, Ini Kisah Kampung Krese Semarang
Kini Kampung Krese tampil lebih bersih dan bebas dari banjir.
Kini Kampung Krese tampil lebih bersih dan bebas banjir.
Dulunya Tempat Berkumpulnya Para Preman, Ini Kisah Kampung Krese Semarang
Pada masa lalu, Kampung Krese, sebuah kampung padat penduduk di tengah Kota Semarang, merupakan kampung yang kumuh. Belum lagi tempat itu merupakan pusat berkumpulnya para preman di Kota Semarang.
“Dulu di kampung ini ada tempat prostitusi. Letaknya agak ke timur. Dulu artis-artis banyak yang suka ke sana. Dan di sanalah tempat berkumpulnya para ‘jeger-jeger’ di Kota Semarang,” kata Pak Iswanto, Ketua RW setempat.
-
Apa yang dulu dikenal sebagai 'kampung preman'? Kampung Badran merupakan salah satu kampung padat penduduk di pusat kota Yogyakarta. Dulu kampung itu dikenal sebagai 'kampung preman'.
-
Kenapa Kampung Badran disebut 'kampung preman'? Dulu orang-orang Kampung Badran banyak yang tidak punya pekerjaan tapi akrab dengan kekerasan. Kebanyakan dari mereka merupakan pendatang yang datang dari desa lain.'Kalau waktu itu maling dari daerah lain pada kumpul di Badran. Maling dari Surabaya larinya ke Badran,' kaa Sutrisno dikutip dari kanal YouTube Paradoks.
-
Di mana letak Kampung Melayu Semarang? Dikutip dari Semarangkota.go.id, Kampung Melayu Semarang merupakan area wisata perkampungan yang menawarkan nilai sejarah dan religi bagi para pengunjung yang berwisata di area tersebut.
-
Bagaimana Kerto Pengalasan hidup di Semarang? Selepas tertangkapnya Pangeran Diponegoro, Kerto Pengalasan hidup tenang di Semarang. Ia mendapat segala fasilitas oleh pemerintah Belanda. Termasuk opium yang menjadi konsumsi favoritnya.
-
Kenapa Kampung Melayu Semarang jadi tempat wisata? Dikutip dari Semarangkota.go.id, Kampung Melayu Semarang merupakan area wisata perkampungan yang menawarkan nilai sejarah dan religi bagi para pengunjung yang berwisata di area tersebut.
-
Apa saja bangunan tua yang ada di Kampung Melayu Semarang? Bangunan-bangunan tuanya, seperti Masjid Menara, gedung tua tak bernama, dan Menara Syahbandar, menyimpan cerita menarik dari masa lampau.
Pak Iswanto mengaku tidak tahu kenapa kampung itu dinamakan “Krese”. Tapi yang jelas seiring waktu, tren premanisme di Kampung Krese terus menurun.
Pak Iswanto mengatakan, para preman itu kemungkinan sudah jenuh dengan aktivitas mereka dan mencari pekerjaan yang lebih halal.
“Mereka beralih profesi jadi macam-macam. Ada yang jadi tukang jok, pedagang lumpia, ada yang buat ikat pinggang, ada juga yang wiraswasta teh botol,” katanya.
Pak Iswanto mengatakan bahwa saat ini banyak anak muda yang sudah pada kerja. Menurutnya itu lebih baik dibandingkan kegiatan di masa lalu di mana banyak preman yang sering berbuat onar. Ia bersyukur kini kondisi Kampung Krese sudah jauh lebih baik.
“Dulu Kampung Krese terlalu kumuh. Pokoknya bobrok. Pekarangan tidak ada, banyak gerobak berceceran di pinggir gang. Karena pemangku wilayah yang dulu masa bodoh dengan Kampung Krese,” ujarnya, mengutip kanal YouTube Semarang Pemkot.
Pak Iswanto mengatakan, setelah ia ditunjuk sebagai Ketua RT di Kampung Krese, ia mengerahkan pikiran dan tenaga bagaimana agar image Kampung Krese sebagai tempatnya para preman bisa hilang.
“Apabila orang ada yang minum di pinggir sini, saya bubarkan,” kata Pak Iswanto.
Pak Iswanto mengatakan bahwa Kampung Krese merupakan kampung yang sering terkena banjir. Ia pun meminta bantuan dari camat setempat untuk membuat saluran air.
Permintaan itupun dikabulkan camat. Hingga sekarang Kampung Krese bebas banjir.
“Hebatnya Pak Camat seperti itu. Setiap saya minta bantuan selalu di-ACC,” kata Pak Iswanto.
Ia mengatakan saat ini banyak warga Kampung Krese yang berjualan lumpia. Apalagi usaha ini sudah terbukti bisa mendatangkan penghasilan yang cukup bagi kehidupan mereka. Ia memberikan alasan kenapa banyak warga yang memilih usaha lumpia.
“Karena lumpia identik dengan oleh-oleh khas Semarang. Selain itu dibuatnya juga mudah, dan penghasilannya lumayan. Untuk menghidupi anak istri lebih dari cukup lah,” kata Pak Iswanto.