Dulunya Dikenal "Kampung Preman", Kampung di Kota Jogja Kini Dapat Predikat "Kampung Ramah Anak"
Kampung Badran dulu menjadi tempat pelarian para penjahat. Mereka bersembunyi di "Bong Cina" yang tak jauh dari kampung itu
Kampung Badran merupakan salah satu kampung padat penduduk di pusat kota Yogyakarta. Dulu kampung itu dikenal sebagai “kampung preman”. Suharmano ingat benar waktu muda dulu ia melihat preman-preman yang mendiami kampung Badran sangat disegani. Tak hanya kuat, mereka juga solid dan saling membantu satu sama lain. Bahkan salah satu temannya dulu merupakan seorang preman terkenal.
“Kalau yang saya tahu, atau yang muncul pada generasi saat itu namanya Gunjack, atau Gunadi. Kebetulan itu juga teman saya di SMA Nusantara Dagen,” kata Suharmono dikutip dari kanal Youtube Napak Tilas.
-
Bagaimana Kampung Bubakan berubah? Dua puluh tahun lalu, Desa Bubakan merupakan desa yang sangat tertinggal. Kini desa itu merupakan desa tersukses di Wonogiri, khususnya di Kecamatan Girimarto. Rata-rata aset rumah di desa itu harganya mencapai Rp1 miliar.
-
Kapan Kemang jadi Kampung Modern? Bergeser ke tahun 1990-an, kawasan Kemang berganti menjadi permukiman dan mulai dibangun banyak hotel.
-
Dimana lokasi Kampung Jawa? Kampong Sri Arjuna, tepatnya berada di Sarawak, Malaysia.
-
Apa julukan Bangkalan saat ini? Kini, sebutan Kota Salak semakin tak terdengar. Bangkalan pun lebih dikenal sebagai Kota Zikir dan Selawat.
-
Apa yang terjadi di Kampung Kopen Lama? Dahulu, Kampung Kopen Lama memiliki 35 kepala keluarga. Namun pada tahun 2013, terjadi bencana tanah longsor yang membuat sejumlah rumah di kampung itu terkubur.
-
Apa yang membuat Kampung Gandekan dulunya sangat ramai? Kampung Gandekan merupakan salah satu wilayah kelurahan yang berada di Kota Solo. Dulunya wilayah ini dikenal sebagai salah satu wilayah tersibuk. Hal ini dikarenakan kampung itu dulunya merupakan kawasan perdagangan terkemuka.
Sejarah Kampung Badran
Dikutip dari Jogjakota.go.id, Kampung Badran dulunya merupakan Bong Cina atau tempat pemakaman warga keturunan Tionghoa. Bong Cina itu kemudian dibongkar karena akan dijadikan kawasan pemukiman.
Pada tahun 1950-an, kawasan Badran mulai dihuni oleh penduduk dan menjadi sebuah kawasan pemukiman yang baru. Jejak adanya bong Cina di Kampung Badran masih dapat ditemui sampai sekarang melalui keberadaan Krematorium Wahana Mulia. Dahulu krematorium itu menjadi tempat kremasi jenazah warga Tionghoa yang abunya akan dimakamkan di tempat lain.
Selain itu, kawasan Badran pada zaman dulu juga dikenal sebagai tempat bebodro atau bermediasi menjalankan laku tirakat. Di dekat Sungai Winongo, ada sebuah pohon besar yang dikeramatkan oleh masyarakat yang konon dihuni oleh penunggu gaib bernama Ki Bodronoyo.
Jadi Kampung Preman
Sutrisno ingat benar masa di mana Kampung Badran tenar dengan sebutan Kampung Preman. Ia merupakan kakak kandung almarhum Gunjack atau Gunadi.
Ia bercerita, dulu orang-orang Kampung Badran banyak yang tidak punya pekerjaan tapi akrab dengan kekerasan. Kebanyakan dari mereka merupakan pendatang yang datang dari desa lain.
“Kalau waktu itu maling dari daerah lain pada kumpul di Badran. Maling dari Surabaya larinya ke Badran,” kaa Sutrisno dikutip dari kanal YouTube Paradoks.
Bernadetha Wartini, salah satu Ketua RT di Kampung Badran, mengatakan, biasanya preman-preman yang datang di kampung Badran ini bersembunyi di area pemakaman Cina yang berada di sebelah kampung itu. Bong Cina itu waktu itu juga sering menjadi lokasi tindak criminal karena tempatnya yang sepi.
Jadi Kampung Ramah Anak
Kini kondisi Kampung Badran sudah jauh lebih baik dibandingkan dulu. Hal ini tidak lepas dari kehadiran para pendatang yang memberi warna baru pada dinamika kehidupan sosial di sana.
Sekarang kampung itu telah mendapat predikat resmi dari pemerintah sebagai Kampung Ramah Anak. Hal ini tak lepas dari kondisi masyarakatnya yang begitu majemuk dan mereka saling hidup rukun.
Selain itu pada tahun 2019, kampung Badran juga mendapat predikat dari Pemkot Jogja sebagai Kampung Sadar Bencana. Para warganya dianggap sudah sejak lama memiliki komitmen bersama untuk penanggulangan bencana dengan dibentuknya Basis Organisasi Kesiagaan Komunitas (Bokomi) pada tahun 2007.