Meningkatkan Keterlibatan Perempuan dalam Rencana Pembangunan Desa
Perempuan merupakan salah satu kelompok rentan di desa dan jarang sekali dilibatkan dalam proses perencanaan pembangunan.
Upaya pengarusutamaan perempuan dalam perencanaan pembangunan desa menjadi salah satu misi utama Program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) di kawasan Indonesia Timur. Salah satunya di Negeri Olong, Kecamatan Seram Utara, Maluku Utara.
“Salah satu prinsip utama dari Program Tekad adalah pendekatan Gender Equality and Social Inclusion (GESI) yang memastikan perempuan, disabilitas, dan kelompok rentan lain dapat terlibat aktif dalam setiap tahap perencanaan dan pembangunan ekonomi desa. Pendekatan GESI ini kami terapkan dalam perencanaan pembangunan desa di Negeri Olong,” kata Fasilitator TEKAD Maluku Utara, Marlein Manuhutu dalam keterangan tertulisnya, Rabu (16/10).
Dia menyebut, berbagai upaya melibatkan perempuan dalam perencanan pembangunan desa di Negeri Olong seperti melalui kegiatan annual planning and monitoring dan musyawarah perencanaan partisipatif pembangunan ekonomi kampong (P3EK).
Menurutnya, respons dari kaum perempuan dalam berbagai kegiatan tersebut sangat mengembirakan di mana mereka mendominasi pertemuan baik secara kuantitas maupun kualitas.
"Peserta perempuan yang hadir berasal dari berbagai latar belakang, seperti anggota PKK, kader posyandu, pelaku usaha, petani, nelayan, perempuan kepala keluarga (janda), hingga penjual ikan lokal (jibu-jibu)," ujarnya.
Marlein menjelaskan, perempuan merupakan salah satu kelompok rentan di desa dan jarang sekali dilibatkan dalam proses perencanaan pembangunan. Akibatnya, banyak kebijakan di desa yang tidak berpihak kepada para perempuan.
"Karena kami ingin memastikan bahwa setiap kelompok rentan di desa memiliki kesempatan yang sama untuk terlibat dalam pembangunan. Dengan begini, pembangunan desa tidak hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada kesetaraan dan inklusi sosial," teranganya.
Sementara itu, warga Kampung Olong Maria mengungkapkan, sebelumnya hanya segelintir orang yang diikutsertakan dalam proses perencanaan desa. Akibatnya, masalah dan kebutuhan sebagian besar warga, khususnya perempuan, tidak pernah terakomodasi dalam kebijakan pembangunan.
Kini, dengan hadirnya TEKAD, perempuan di Negeri Olong merasa lebih dihargai dan diakui sebagai aktor penting dalam pembangunan desa.
"Kami sangat berterima kasih kepada Program TEKAD dan pemerintah negeri karena mau melibatkan perempuan dalam pertemuan seperti ini. Dulu, kami jarang sekali diberi kesempatan untuk menyampaikan suara kami," ujarnya.
Dia menambahkan, dalam musyawarah P3EK tersebut, para perempuan bisa menyalurkan ide dan pendapat terkait pembangunan desa. Salah satunya upaya memecahkan pemasaran produk olahan sagu, seperti serut dan mie sagu, karena belum memiliki legalitas produk dan kemasan yang representatif.
Selain itu, para peserta juga menekankan pentingnya penyaluran bantuan yang lebih tepat sasaran agar dapat menjawab kebutuhan warga secara efektif.
"Kami berharap Program TEKAD dapat membantu mengawal usulan kami agar masuk dalam Musyawarah P3EK (Perencanaan Partisipatif Pembangunan Ekonomi Kampung) dan diakomodasi dalam APBDes Tahun Anggaran 2025," pungkas Maria.