Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menristek Sebut Terapi Plasma Konvalesen Tak Ada Efek Samping Berbahaya

Menristek Sebut Terapi Plasma Konvalesen Tak Ada Efek Samping Berbahaya Menteri Bambang Brodjonegoro dan Dubes Brasil Dubem Barbosa diskusi Pemindahan Ibu Kota. ©2019 Humas Bappenas

Merdeka.com - Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro menyampaikan update terkait perkembangan uji klinis terapi Plasma Konvalesen yang diperuntukkan bagi pasien Covid-19. Terapi ini dikatakan sudah melalui uji klinis fase 1 dan dinyatakan aman.

"Update mengenai salah satu terapi yang sedang kita coba upayakan menjadi salah satu terapi utama dalam penanganan pasien Covid-19, yaitu melakukan Plasma Konvalesen yang sudah melakukan uji klinik fase 1 di RSAD. Di mana salah satu kesimpulannya adalah terapi ini aman, tidak ada efek samping yang membahayakan," kata Bambang melalui siaran langsung yang diunggah oleh akun Youtube FMB9ID_IKP pada Selasa (20/10).

Uji klinis fase 1 yang menunjukkan hasil bahwa terapi ini lebih baik jika diberikan kepada pasien yang tingkat keparahannya penyakitnya sedang, bukan dalam kondisi berat. Saat ini terapi Plasma Konvalesen sedang memasuki uji klinis tahap dua dengan melibatkan lebih banyak rumah sakit, yakni sebanyak 29.

Orang lain juga bertanya?

"Sebagai produk tambahan dari plasma konvalesen, saat ini lembaga Eijkman sedang mengembangkan alat untuk mengukur kadar antibodi spesifik Covid-19 yang ada dalam darah pasien. Nah utamanya memang untuk mengukur kualitas dari plasma darah yang diberikan oleh donor," katanya.

Selain itu, alat ukur kadar antibodi ini juga dapat digunakan pasca vaksinasi. Gunanya adalah untuk mengecek apakah vaksin yang diberikan dapat memunculkan daya tahan tubuh atau imun yang cukup tinggi. Alat ini juga berguna untuk memperkirakan berapa lama imun orang tersebut dapat bertahan. Hal ini berguna untuk perencanaan vaksin di kemudian hari.

"Masalah vaksin ini tidak hanya masalah tahun 2021, ini akan berkelanjutan ke tahun 2022, 2023 karena ada kemungkinan diperlukannya revaksinasi atau booster karena kemungkinan vaksin ini tidak menimbulkan daya tahan yang selamanya," katanya.

Selain terapi Plasma Konvalesen, Bambang juga mengaku tengah mendorong riset di bidang imunomodulator atau suplemen yang gunanya spesifik menjaga daya tahan tubuh terhadap Covid-19.

"Saat ini sudah dilakukan uji klinis di rumah sakit Wisma Atlet, bekerja sama dengan PT Kalbe Farma. Harapannya dari imunomodulator yang berbahan herbal Indonesia ini, kita bisa mendapatkan paling tidak satu jenis imunomodulator yang secara resmi bisa dikatakan sebagai suplemen yang cocok untuk Covid-19. Saat ini kami masih menunggu hasil dari BPOM," tuturnya.

Reporter magang: Maria Brigitta Jennifer

(mdk/eko)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Terapi Autologus Stem Cell Dinilai Bisa Sembuhkan Pasien Parkinson
Terapi Autologus Stem Cell Dinilai Bisa Sembuhkan Pasien Parkinson

Penyakit parkinson adalah penyakit yang identik menyerang orang tua.

Baca Selengkapnya
Respons Menkes Soal Gaduh Efek Samping Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Pembekuan Darah
Respons Menkes Soal Gaduh Efek Samping Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Pembekuan Darah

Menkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca

Baca Selengkapnya
Komnas KIPI Pastikan Vaksin nOPV2 Aman Digunakan untuk Cegah Polio
Komnas KIPI Pastikan Vaksin nOPV2 Aman Digunakan untuk Cegah Polio

Komnas KIPI menyebut vaksin nOPV2 telah dikembangkan sejak tahun 2011 dan mulai diberikan sejak tahun 2021.

Baca Selengkapnya
Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Kasus TTS, Begini Hasil Kajian BPOM
Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Kasus TTS, Begini Hasil Kajian BPOM

Belakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.

Baca Selengkapnya
Gaduh Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Komnas KIPI: Tidak Sebabkan Kasus Pembekuan Otak di Indonesia
Gaduh Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Komnas KIPI: Tidak Sebabkan Kasus Pembekuan Otak di Indonesia

Jamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p

Baca Selengkapnya
Terbantu Program UHC JKMB, Sudah 138 Warga Berobat Gunakan KTP di Puskesmas Teladan
Terbantu Program UHC JKMB, Sudah 138 Warga Berobat Gunakan KTP di Puskesmas Teladan

Umumnya 138 warga yang datang berobat menggunakan KTP tersebut merupakan warga Medan dan berasal dari keluarga kurang mampu.

Baca Selengkapnya
Terobosan Mengejutkan Dunia Medis, Obat China Ampuh Sembuhkan Kanker Paru-Paru
Terobosan Mengejutkan Dunia Medis, Obat China Ampuh Sembuhkan Kanker Paru-Paru

Terobosan Baru Dunia Medis, Obat China Ampuh Sembuhkan Kanker Paru-Paru

Baca Selengkapnya
Cuci Darah dengan Metode Single Use Dyalizer Dinilai Lebih Aman dan Nyaman
Cuci Darah dengan Metode Single Use Dyalizer Dinilai Lebih Aman dan Nyaman

Cuci darah single use dyalizer merupakan layanan cuci darah yang menggunakan selang sekali pakai, baik untuk selang cuci darah maupun dialiser.

Baca Selengkapnya
Kolaborasi BPJS Kesehatan dan Kemenkes, Luncurkan Program Pembiayaan Tuberkulosis
Kolaborasi BPJS Kesehatan dan Kemenkes, Luncurkan Program Pembiayaan Tuberkulosis

Kemajuan kesehatan masyarakat adalah salah satu prioritas utama pemerintah Indonesia, yang terwujud dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Baca Selengkapnya
Disinyalir Ada Efek Samping Pendarahan Otak, Sudah 70 Juta Vaksin AstraZeneca Disuntikkan ke Rakyat Indonesia
Disinyalir Ada Efek Samping Pendarahan Otak, Sudah 70 Juta Vaksin AstraZeneca Disuntikkan ke Rakyat Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.

Baca Selengkapnya
Kondisi Terkini Anak Kena Polio di Klaten
Kondisi Terkini Anak Kena Polio di Klaten

Pasien dijadwalkan menjalani kontrol kembali di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta pada bulan depan.

Baca Selengkapnya
Peneliti Tengah Kembangkan Alat yang Bisa Bantu Diagnosis Kanker Paru-paru Hanya Melalui Embusan Napas
Peneliti Tengah Kembangkan Alat yang Bisa Bantu Diagnosis Kanker Paru-paru Hanya Melalui Embusan Napas

Penyakit kanker paru-paru bisa dideteksi secara dini hanya melalui embusan napas.

Baca Selengkapnya