Menristek Sebut Terapi Plasma Konvalesen Tak Ada Efek Samping Berbahaya
Merdeka.com - Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro menyampaikan update terkait perkembangan uji klinis terapi Plasma Konvalesen yang diperuntukkan bagi pasien Covid-19. Terapi ini dikatakan sudah melalui uji klinis fase 1 dan dinyatakan aman.
"Update mengenai salah satu terapi yang sedang kita coba upayakan menjadi salah satu terapi utama dalam penanganan pasien Covid-19, yaitu melakukan Plasma Konvalesen yang sudah melakukan uji klinik fase 1 di RSAD. Di mana salah satu kesimpulannya adalah terapi ini aman, tidak ada efek samping yang membahayakan," kata Bambang melalui siaran langsung yang diunggah oleh akun Youtube FMB9ID_IKP pada Selasa (20/10).
Uji klinis fase 1 yang menunjukkan hasil bahwa terapi ini lebih baik jika diberikan kepada pasien yang tingkat keparahannya penyakitnya sedang, bukan dalam kondisi berat. Saat ini terapi Plasma Konvalesen sedang memasuki uji klinis tahap dua dengan melibatkan lebih banyak rumah sakit, yakni sebanyak 29.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Apa tujuan uji klinis obat ini? Uji klinis pertama di dunia untuk obat yang dirancang untuk menumbuhkan gigi akan dimulai pada bulan September tahun ini di Rumah Sakit Universitas Kyoto, Jepang.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Mengapa kemoterapi penting untuk pasien kanker? Kemoterapi sering kali menjadi salah satu langkah pengobatan utama yang digunakan untuk pasien kanker. Meskipun sangat diperlukan untuk proses penyembuhan, bahkan untuk mencapai kesembuhan total, kemoterapi kerap menjadi momok menakutkan bagi banyak pasien.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
"Sebagai produk tambahan dari plasma konvalesen, saat ini lembaga Eijkman sedang mengembangkan alat untuk mengukur kadar antibodi spesifik Covid-19 yang ada dalam darah pasien. Nah utamanya memang untuk mengukur kualitas dari plasma darah yang diberikan oleh donor," katanya.
Selain itu, alat ukur kadar antibodi ini juga dapat digunakan pasca vaksinasi. Gunanya adalah untuk mengecek apakah vaksin yang diberikan dapat memunculkan daya tahan tubuh atau imun yang cukup tinggi. Alat ini juga berguna untuk memperkirakan berapa lama imun orang tersebut dapat bertahan. Hal ini berguna untuk perencanaan vaksin di kemudian hari.
"Masalah vaksin ini tidak hanya masalah tahun 2021, ini akan berkelanjutan ke tahun 2022, 2023 karena ada kemungkinan diperlukannya revaksinasi atau booster karena kemungkinan vaksin ini tidak menimbulkan daya tahan yang selamanya," katanya.
Selain terapi Plasma Konvalesen, Bambang juga mengaku tengah mendorong riset di bidang imunomodulator atau suplemen yang gunanya spesifik menjaga daya tahan tubuh terhadap Covid-19.
"Saat ini sudah dilakukan uji klinis di rumah sakit Wisma Atlet, bekerja sama dengan PT Kalbe Farma. Harapannya dari imunomodulator yang berbahan herbal Indonesia ini, kita bisa mendapatkan paling tidak satu jenis imunomodulator yang secara resmi bisa dikatakan sebagai suplemen yang cocok untuk Covid-19. Saat ini kami masih menunggu hasil dari BPOM," tuturnya.
Reporter magang: Maria Brigitta Jennifer
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyakit parkinson adalah penyakit yang identik menyerang orang tua.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI menyebut vaksin nOPV2 telah dikembangkan sejak tahun 2011 dan mulai diberikan sejak tahun 2021.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaUmumnya 138 warga yang datang berobat menggunakan KTP tersebut merupakan warga Medan dan berasal dari keluarga kurang mampu.
Baca SelengkapnyaTerobosan Baru Dunia Medis, Obat China Ampuh Sembuhkan Kanker Paru-Paru
Baca SelengkapnyaCuci darah single use dyalizer merupakan layanan cuci darah yang menggunakan selang sekali pakai, baik untuk selang cuci darah maupun dialiser.
Baca SelengkapnyaKemajuan kesehatan masyarakat adalah salah satu prioritas utama pemerintah Indonesia, yang terwujud dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaPasien dijadwalkan menjalani kontrol kembali di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta pada bulan depan.
Baca SelengkapnyaPenyakit kanker paru-paru bisa dideteksi secara dini hanya melalui embusan napas.
Baca Selengkapnya