Pakar: Potensi Gelombang Ke-3 Besar, Tapi Jumlah Kasus Covid-19 Tak Banyak
Merdeka.com - Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan potensi terjadinya gelombang ketiga kasus Covid-19 di Indonesia tergolong besar. Tetapi, dia memprediksi jumlah kasus Covid-19 diprediksi tak akan lebih banyak dari gelombang pertama.
"Gelombang pertama itu 18 ribu pada bulan Januari 2021, apalagi gelombang kedua jumlah kasusnya sampai 54 ribu. (Potensi gelombang ketiga) akan kurang dari 5.000 kasus," ujar Tri dalam diskusi virtual yang diikuti di Jakarta dilansir Antara, Rabu (17/11).
Tri menjelaskan potensi gelombang ketiga itu akan muncul apabila sebagian masyarakat berkerumun dan tak memakai masker. Banyak yang menganggap bahwa COVID-19 telah melandai dan potensi penularan bakal berkurang, sehingga tak sedikit masyarakat yang abai prokes.
-
Kapan gelombang puncak Covid-19 di Indonesia? Data Satgas Penanganan Covid-19 mencatat ada dua kali gelombang puncak yang menghantam Indonesia selama kurun 3 tahun terakhir ini.Gelombang pertama pada 15 Juli 2021 akibat varian Delta dengan rata-rata laporan positif harian 16.041 kasus, dan 16 Februari 2022 oleh varian Omicron sebanyak 18.138 kasus.
-
Siapa yang khawatir tentang kemungkinan pandemi berikutnya? Salah satu orang terkaya dunia, Bill Gates telah mengingatkan publik selama beberapa dekade terakhir mengenai sejumlah ancaman serius. Dia menyebutkan bahwa bencana iklim hingga kemungkinan serangan siber besar akan menjadi ancaman serius bagi umat manusia di bumi, tetapi itu bukan yang utama. Dia menyebut, ada dua ancaman terbesar yang mengkhawatirkan Bill Gates. Kedua ancaman terbesar tersebut adalah kemungkinan terjadinya perang besar akibat ketidakstabilan global saat ini dan kemungkinan pandemi berikutnya dalam 25 tahun ke depan.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Siapa saja yang berisiko? Salah satu kelompok yang berisiko tinggi mengalami sindrom ini adalah individu dengan jenis penyakit Parkinson yang dikenal sebagai sindrom corticobasal (CBS), di mana sekitar 30% dari mereka dapat mengalami AHS.
-
Kapan sebaiknya menggunakan masker? Gunakan masker ini secara rutin untuk mendapatkan kulit yang cerah.
Padahal, kata dia, pandemi masih berlangsung dan dibutuhkan kesadaran bersama dalam memutus rantai penularan. Paling penting tak menganggap enteng kendati telah mendapatkan vaksinasi dua dosis.
"Itu terbukti di negara-negara di Eropa meledak lagi (angka penularan) seperti di Inggris, Prancis, sekarang meningkat lagi," kata dia.
Kondisi lain yang bisa membuat gelombang ketiga terjadi yakni mobilitas yang tinggi saat Natal dan Tahun Baru. Mobilitas tinggi saat berlibur tak diiringi dengan kepatuhan menerapkan prokes. Natal dan Tahun Baru kerap menimbulkan kenaikan kasus pada Januari.
"Nah ini yang harus hati-hati, berkerumun. Mobilitas, boleh ke mana-mana asal tidak berkerumun," kata dia.
Tak hanya itu, faktor lainnya yang dapat memengaruhi lonjakan kasus yakni relaksasi PPKM yang terkesan terburu-buru sehingga membuat mobilitas masyarakat meningkat signifikan. Kemudian, kata dia, mesti mewaspadai subvarian Delta AY.4.2. yang sudah terdeteksi di negara tetangga; Singapura dan Malaysia.
"Lalu surveillance kita kurang baik atau kurang bisa menangkap kasus yang sesungguhnya. Jadi kasus yang sesungguhnya mungkin dilaporkan dua hari lalu. Sebenarnya (angka) lebih dari itu karena semua kabupaten/kota mau level satu," kata dia.
Untuk mencegah terjadinya gelombang ketiga atau lonjakan kasus, kata dia, ada sejumlah cara seperti membuat Perda soal wajibnya memakai masker dan tak berkerumun, memperbaiki surveillance dan tak terburu-buru melakukan relaksasi, hingga pendekatan hukum untuk membuat masyarakat taat prokes.
"Kultur kita cepat melupakan. Orang sudah lupa saat itu mendengar kematian akibat COVID-19, orang Indonesia cepat melupakan itu. Lalu memakai masker di kalangan tukang, di pasar baik penjual maupun pembeli, sudah kurang," katanya.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaSejak 27 November sampai 3 Desember kenaikan sebanyak 30 persen.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaTerjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaPB IDI mengimbau masyarakat untuk menerapkan lagi protokol kesehatan seperti memakai masker dan menghindari kerumunan.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaTjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.
Baca Selengkapnyamengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca SelengkapnyaAhli epidemiologi molekuler membuat heboh dengan pernyataan muncul gelombang pandemi 2.0.
Baca SelengkapnyaHingga 19 Desember 2023, jumlah kasus Covid-19 JN.1 mencapai 41 kasus.
Baca Selengkapnya