Pascabom Samarinda, Komnas PA minta deradikalisasi diintensifkan
Merdeka.com - Peledakan bom di Gereja Oikumene Samarinda Kalimantan Timur beberapa waktu lalu telah menyebabkan satu balita, Intan Olivia meninggal serta tiga balita lainnya mengalami luka bakar serius. Kejadian itu menimbulkan keprihatinan Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak.
Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait meminta aparat keamanan untuk melaksanakan program deradikalisasi agar tidak ada lagi peledakan yang mengorbankan anak-anak. Hal itu dikemukakannya, setelah beberapa hari melakukan investigasi di wilayah sekitar lokasi kejadian.
"Supaya tidak menjadi korban anak-anaknya, program deradikalisasi harus dilakukan, tidak lagi melayani informasi yang membangun penistaan, membangun kekerasan kebencian. saya kira ini sudah harus dihentikan karena anak-anak yang menjadi korban," ujarnya usai mengisi Seminar Nasional Anak, Perempuan dan Perubahan Sosial di Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Senin (21/11).
-
Siapa saja korban tragedi Trisakti? Keempat mahasiswa yang meninggal dunia adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royadin, dan Hendrawan Sie.
-
Apa yang dialami korban? 'Dia alami luka cukup serius. Setelah kejadian, korban kemudian dilarikan ke RSUD Dekai, guna mendapatkan penanganan medis,' kata Kapolres Yahukimo AKBP Heru Hidayanto.
-
Siapa yang menjadi korban serangan? Menurut informasi, suara tersebut berasal dari bom yang diledakan oleh Israel dan menargetkan para pengungsi yang berada di bangunan tersebut.
-
Siapa korban kebakaran? Atas kejadian itu, mengakibatkan satu orang meninggal dunia atas nama Cornelius Agung Dewabrata (59).
-
Apa yang terjadi pada korban? Korban pun akan terpanggang di dalamnya. Sebagai bagian dari desain hukuman yang kejam, saat perunggu yang panas membakar korban dan membuatnya berteriak.
-
Siapa yang menjadi korban kebakaran? Tragedi kebakaran ini pertama kali ditemukan oleh keponakannya, Nurul Mufid (40). Ia melihat api berkobar di belakang rumah dan langsung mengecek sumbernya, menemukan tumpukan daun dan ranting bambu kering di pekarangan. Namun, saat itu Mufid belum menyadari bahwa pamannya terjebak di tengah api yang berkobar.
Dia mengemukakan, langkah tersebut merupakan bagian dari peningkatan fungsi intelijen negara dengan mengevaluasi program-program deradikalisasi terhadap orang-orang yang sudah menjalani dan mengakui kesalahannya dan sudah menjalani pemidanaan.
"Dan ini (program deradikalisasi) nampaknya tidak termonitor dengan baik," ujarnya.
Lebih lanjut, dia menyampaikan, dalam perspektif perlindungan anak peristiwa Bom Samarinda merupakan tindakan yang sangat biadab dan merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan yang harus dikutuk dan harus dihentikan.
"Apa pun perbedaan pandangan politik kita, cara kita mengimplementasikan niatan kita terhadap apa yang kita mau. Jangan korbankan anak-anak, karena anak-anak apalagi ini semua kan balita semua. Bayangkan anak balita yang tidak tahu apa-apa, dia harus meregang nyawa sia-sia dan tidak tahu apa yang terjadi dan menderita begitu amat luar biasa sepanjang hidupnya," ucapnya.
Diakuinya, akan sulit untuk melakukan terapi bagi anak-anak korban bom Samarinda yang harus menderita sepanjang hidupnya. Fakta pengeboman yang dilakukan di rumah ibadah, akan menjadi soal dalam proses terapi penyembuhan korban yang masih anak-anak.
"Bagaimana dia (korban) bisa menerima itu sebagai bagian dari hanya sekedar kecelakaan biasa. Tetapi, itu ternyata dilakukan secara sengaja dan dipasang dilempar dan dilakukan di rumah ibadah dan itu yang sulit dibangun terapinya bagi anak-anak korban," ujarnya.
Komnas Perlindungan Anak menilai bom Samarinda merupakan kejahatan kemanusiaan karena mengorbankan anak-anak. Arist mengemukakan fakta yang ditemukan, adalah telah terjadinya pelanggaran terhadap anak.
"Perampasan terhadap kemerdekaan dan hak hidup anak dengan cara pemaksaan lewat peledakan bom yang sangat menyakitkan. Bom itu fakta yang tidak bisa dipungkiri mengorbankan anak-anak kita. Oleh karena itu, berhentilah melakukan kejahatan terhadap anak, berhentilah melibatkan anak-anak baik itu dalam gerakan-gerakan kepentingan politik dan keyakinan," tuturnya.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dua hari terakhir, OPM membakar SDN dan puskesmas. Tak hanya itu, mereka juga mengancam guru dan tenaga medis.
Baca SelengkapnyaTercatat sejak 19-23 Januari 2024, teror KKB menyebabkan satu anggota Polri meninggal dunia, 4 KKB meninggal dunia, dan 3 KKB luka tembak.
Baca SelengkapnyaMenurut Sutanto, sumber api saat ini diduga berasal dari rumah ketiga balita yang tewas dalam kebakaran tersebut.
Baca SelengkapnyaKKB Papua sempat kontak senjata dengan Satgas TNI-Polri
Baca SelengkapnyaKebakaran diduga terjadi saat rumah salah satu warga berinisial Y mengalami korsleting listrik pada pukul 09.40 WIB.
Baca SelengkapnyaApi pertama kali muncul sekitar pukul 09.43 WIB lalu 10 unit mobil damkar langsung diterjunkan.
Baca SelengkapnyaUsut punya usut, titik ledakan berada di gudang penyimpanan barang bukti Gegana Polda Jatim
Baca SelengkapnyaTeror itu terjadi pada Jumat, 12 Juli 2024 dilakukan oleh anggota KKB Memokon, Jender Siktaop Alias Usoki, Aquino Kaladana, Yuni Mimin dan Enos Kakyarmabin.
Baca SelengkapnyaRentetan kontak senjata antara TNI-Polri dengan KKB Papua terjadi sejak Minggu (21/1) hingga Selasa (23/1). Lima anggota KKB tewas dalam peristiwa itu.
Baca SelengkapnyaPolda Papua Barat melakukan penanganan terhadap persoalan tersebut.
Baca SelengkapnyaKKB melakukan penyerangan dari arah pemukiman warga.
Baca SelengkapnyaOrganisasi Papua Merdeka (OPM) dengan brutal membakar sekolahan di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan.
Baca Selengkapnya