Pelaksana Pra MLB NU: Cita-Cita Jadi Mensos Sudah Terwujud, Kapan Mundur dari Sekjen PBNU?
Maftuch menyebut, orientasi politik dan tujuan jabatan politik melekat di memori warga NU terhadap sosok Gus Ipul.
Saifullah Yusuf (Gus Ipul) diminta mundur dari jabatan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Desakan ini lantaran gaya kepemimpinan Gus Ipul dianggap sangat intimidatif.
"Sudah menjadi rahasia umum di arus bawah NU, bahwa gaya kepemimpinan Sekjen, Gus Ipul, suka menekan," ujar Ketua Panitia Pelaksana Pra MLB NU, Muhammad Maftuch, Sabtu (28/12).
Menurut Maftuch, awal kepengurusan PBNU masa khidmat 2022-2027, banyak Nahdliyyin yang bertanya tentang posisi Gus Ipul sebagai Sekjen PBNU merangkap Wali Kota Pasuruan.
Maftuch menyebut, orientasi politik dan tujuan jabatan politik melekat di memori warga NU terhadap sosok Gus Ipul. Dia mengatakan, seharusnya Gus Ipul mundur dari Sekjen PBNU karena kini sudah menjabat Menteri Sosial.
"Pertanyaannya cita-citanya telah terwujud, lalu kapan mundurnya?" tanyanya.
Singung Klaim Gus Ipul NU Solid
Maftuch mengaku heran dengan kelakuan Gus Ipul yang tidak bisa membedakan jabatan. Sebab, di sela-sela kegiatan resmi sebagai Menteri Sosial RI malah memberikan tanggapan terhadap gerakan dan rencana MLB NU kepada awak media.
Apalagi, ungkap Maftuch, tetap dengan style sebagai Sekjen PBNU, dia selalu mengatakan jargon ‘Struktur NU Solid, Sangat Solid, dan Sedang Solid-Solidnya’.
"Rupanya Gus Ipul kurang update perkembangan PWNU-PCNU se-Indonesia dan kurang mendalami situasi yang sebenarnya, baik struktur maupun kultur NU. Ini menjadi indikasi melemahnya kemampuan sekretariat PBNU dalam menyerap informasi yang menjadi tanggung jawab sekjen," ucapnya.
Dia menambahkan, Gus Ipul dengan gerakan intimidatif sangat yakin PWNU-PCNU menolak MLB NU. Sebab, PWNU dan PCNU telah dipaksa menandatangani pernyataan menolak MLB NU.
"Sikap PBNU menggalang dukungan semacam ini adalah kekanak-kanakan, tidak percaya diri, dan tidak yakin kebesaran NU di hadapan pemerintah. Dan, jangan-jangan PBNU sendiri yang mengerdilkan kebesaran NU melalui manuver-manuver politiknya?” tanya Maftuch.
Faftuch lebih jauh menilai pernyataan Gus Ipul terkait masyayikh yang mendukung MLB NU sangat kerdil dan tak paham etika.
"Tidak mungkin lah Presidium PO & MLB NU memunculkan nama-nama beliau diperhadapkan dengan ‘Penguasa’ di PBNU. Ini pula memvalidasi bahwa Penguasa PBNU saat ini sangat minim silaturrohim dengan masyayikh NU yang bertugas ‘menjalin’ ikatan Nahdliyyin dalam kesatuan berjam’iyyah secara sukarela dan ikhlas. Justru beliau-beliau para masyayikh ini yang mendengarkan batin dari perasaan dan suara lirih Nahdliyyin arus bawah," ucapnya.
Pastinya, kata Maftuch, PWNU-PCNU berhak untuk mengusulkan penyelenggaraan MLB NU dengan dasar adanya pelanggaran berat atau mosi tidak percaya terhadap Rais Aam dan Ketua Umum PBNU. Usulan itu bisa disalurkan melalui person di struktur PBNU atau dititipkan melalui Presidium PO dan MLB NU untuk ditindaklanjuti.
Asalkan memenuhi syarat usulan 50 persen plus satu dari PWNU dan PCNU, maka PBNU secara kelembagaan tidak boleh mengabaikan penyelenggaraan MLB NU, walaupun Rais Aam dan Ketua Umum PBNU, menolaknya.
"Inkonsistensi Gus Ipul terhadap ucap dan sikap, juga mafhum di kalangan Nahdliyyin. Secara etik; ucap, sikap dan perilaku yang demikian, tidak dikenal dan dijauhi oleh kalangan NU dan Pesantren. Karenanya, banyak Nahdliyyin menilai posisi Gus Ipul dengan jabatannya, tipe dan style yang melekat pada dirinya, bisa menjadi beban bagi PBNU dan Kabinet Merah Putih. Maka, sebaiknya Gus Ipul mundur dari Jabatan Sekjen PBNU demi etik, profesionalitas, loyalitas dan integritas atau wibawa, baik PBNU maupun Kabinet Merah Putih," katanya.
Dia melanjutkan, bertahan dengan kondisi saat ini akan memvalidasi asumsi terbalik, faktanya Gus Ipul sendiri yang tidak mau melepas jabatan sebagai Sekjen PBNU alias haus jabatan. Apalagi di tengah desakan MLB NU yang menguat, peran Sekjen PBNU yang tidak optimal justru membebani Rais Aam dan Ketua Umum PBNU untuk bisa meresponnya secara efektif dan bijaksana.
"Apa yang dilakukan oleh penggerak MLB NU yang semakin meluas? Tidak lain demi marwah Jam’iyyah dan memenuhi nasehat masyayikh agar ‘NU’ dikembalikan lagi menjadi ‘Nahdlatul Ulama’; kebangkitan para Ulama jisman wa ruhan dalam menjalankan dan melanjutkan tugas serta tanggung jawab mewarisi para Nabi," tutup Maftuch.