Perajin cincau Mak Cao kewalahan setiap Ramadan order naik berlipat
Merdeka.com - Blek-blek penuh dengan cincau yang masih cair berjajar di lorong rumah Hariyati, Jalan Zaenal Zakse Kota Malang. Cairan hitam legam mengental serupa agar-agar itu akan dingin menjadi cincau seperti yang bisa ditemukan di pasaran.
Cairan hitam itu akan menjadi cincau dengan tekstur kenyal, lembut dan menyegarkan saat dicampur aneka buah, sirup dan es. Bahkan es cincau menjadi minuman ikon yang menyegarkan di kala berbuka puasa.
Selama Ramadan, industri cincau Mak Cao milik Hariyati pun mengalami kenaikan permintaan berlipat-lipat. Industri rumahan yang mulai produksi tahun 1986 itu memproduksi 300 blek setiap hari sejak awal bulan puasa.
-
Dimana tempat menyimpan larutan cincau? Setelah diremas, diamkan larutan daun cincau tersebut dalam suhu ruangan selama beberapa jam hingga mengental.
-
Bagaimana cara membuat cincau hitam? Proses pembuatan cincau hitam sendiri melibatkan perendaman daun dalam air, pengeringan, dan penambahan pati agar-agar untuk membentuk gel.
-
Di mana cincau hitam berasal? Mengenai asal muasalnya, cincau ternyata berasal dari Tiongkok.
-
Bagaimana cara membuat cincau? Proses pembuatan cincau melibatkan pengolahan daun cincau dengan air hangat hingga mengeluarkan lendir yang akan membentuk cincau.
-
Dimana para pedagang menjual kolang kaling dan cincau? Jika berkunjung ke Pasar Kebayoran Lama pada empat hari menjelang bulan Ramadan maka pengunjung bisa menemukan banyak lapak penjual kolang kaling sampai cincau.
-
Cincau hitam terbuat dari apa? Cincau hitam dibuat dari daun tanaman Cyperus alternifolius atau Platostoma palustre (Mesona palustris).
"Peningkatannya banyak sekali sejak awal puasa kemarin, sampai 300 blek per hari," ujar Hariyati, pemilik usaha Mak Cao di rumahnya, Jalan Zaenal Zakse Gang 1 Kota Malang, Sabtu (26/5).
Padahal kesehariannya, hanya memproduksi antara 30 blek sampai 40 blek per hari. Itu pun termasuk jumlah yang dijual secara eceran di depan rumahnya.
Setiap blek dengan berat sekitar 25 kilogram dijual dengan harga Rp 27 ribu. Namun demikian, Hariyati tidak pernah menjual dengan sistem ditimbang, melainkan satuan blek.
Blek sendiri adalah kotak dari seng yang biasa digunakan sebagai tempat kerupuk. Hariyati secara turun temurun menggunakannya sebagai cetakan sekaligus satuan jual.
Sementara saat menjual eceran, cukup membagi-bagi berdasarnya besarannya yang menentukan harga. Tetapi memang harga eceran jatuhnya lebih mahal dibandingkan harga satu blek.
Cincau produksinya diambil oleh para pedagang. Kemudian dijual kembali di sejumlah pasar di Kota Malang seperti pasar Pasar Besar, Pasar Kebalen, Pasar Tawangmangu, Pasar Blimbing, Pasar Gadang dan Pasar Dinoyo.
"Diambil sendiri oleh pembelinya. Nanti diambil, sorenya setor yang khusus langganan. Sama diecer untuk tetangga terdekat sini," katanya.
Kenaikan permintaan saat Ramadan sudah diprediksi sebelumnya oleh Hariyati, karena memang terjadi setiap tahun. Ia pun mencari 5-6 orang karyawan untuk mengejar jumlah produksi.
"Selama puasa harus lembur, sepanjang hari dengan lima karyawan. Biasanya hanya keluarga saja," katanya.
Produksi dilakukan mulai pukul 06.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB secara terus menerus. Bahkan tidak jarang karyawannya melanjutkannya hingga waktu saur dini hari.
"Karena butuh waktu panjang, merebusnya saja sekitar 4 jam, harus benar-benar lunak," katanya. (mdk/dan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bahan takjil yang dijual sendiri mulai dari kolang kaling, berbagai jenis jeli sampai cincau. Harganya murah
Baca SelengkapnyaCincau Pacitan ini terjual hingga Bali dan Pekanbaru
Baca SelengkapnyaAntrean tampak mengular sampai di gedung-gedung sekitar lapak.
Baca SelengkapnyaMomen antrean takjil dari jam 2 siang curi perhatian. Bahkan pedagang tak datang akhirnya pakai calo.
Baca SelengkapnyaPasar Benhil selalu jadi daya tarik para pemburu takjil. Menu yang ditawarkan juga lengkap. Kisahnya dimulai pada tahun 1970-an.
Baca SelengkapnyaMenjelang lebaran, sejumlah pedagang kulit ketupat musiman memadati Pasar Palmerah.
Baca SelengkapnyaSetiap hari ia menerima pesanan 100 toples jajanan khas Blitar.
Baca SelengkapnyaHarga cabai rawit merah di pasar tersebut mengalami lonjakan dari Rp.65.000 per kilogram menjadi Rp.85.000 per kilogram.
Baca SelengkapnyaSaking banyaknya, satu porsi mi ayam ini bisa meluber dari mangkok hingga harus diberi tatakan nampan.
Baca SelengkapnyaMie kangkung jadi kuliner yang wajib dicicipi saat bertandang ke ibu kota.
Baca SelengkapnyaMendag Zulkifli tersentak saat mendengar harga cabai sekarang sudah Rp100.000 per kilogram.
Baca SelengkapnyaPara pembuat pisau, pembuat tusuk sate, dan perajin tempat panggangan sate panen rezeki saat hari raya kurban tiba.
Baca Selengkapnya