Berkah Perajin di Jateng Kebanjiran Pesanan saat Idul Adha, Mulai dari Pandai Besi hingga Pembuat Tusuk Sate
Para pembuat pisau, pembuat tusuk sate, dan perajin tempat panggangan sate panen rezeki saat hari raya kurban tiba.
Para pembuat pisau, pembuat tusuk sate, dan perajin tempat panggangan sate panen rezeki saat hari raya kurban tiba.
Berkah Perajin di Jateng Kebanjiran Pesanan saat Idul Adha, Mulai dari Pandai Besi hingga Pembuat Tusuk Sate
Bagi banyak orang, Hari Raya Idul Adha merupakan hari di mana banyak orang libur dan menikmati hari raya bersama keluarga. Namun hal itu tidak berlaku bagi sebagian orang yang justru memanen rizki saat Idul Adha tiba.
-
Bagaimana cara para perajin Tumang membuat kerajinan tembaga? 'Kebanyakan kalau yang tua-tua, mereka pintar gambar pintar mengerjakan. Tapi kalau untuk pemahat, banyak anak muda yang nggak bisa. Mereka nggak mau ribet. Misalnya sesuatu yang seharusnya dikasih garis dulu, mereka nggak mau kasih garis soalnya kelamaan atau terlalu rumit,'
-
Siapa yang membuat asinan Betawi di Tangerang? Hj. Sofy sendiri sudah aktif menjadi penjual asinan sejak tahun 1975.
-
Mengapa Baju Pesa'an identik dengan tukang sate? Seiring berkembangnya waktu, baju ini banyak digunakan untuk penjual Sate Madura, sehingga baju ini identik dengan baju tukang sate.
-
Siapa yang membuat kerajinan tembaga di Tumang? Salah satu perajin tembaga di Tumang adalah Nur Haris 'Boomber'. Ia berkata, usaha kerajinan tembaga di Desa Tumang telah diwariskan dari zaman nenek moyang.
-
Siapa yang tertarik dengan kerajinan? Produk dari karung goni ini pun menarik perhatian kalangan muda.
-
Apa yang dibuat di desa pengrajin genteng? Di desa itu, banyak warga yang berprofesi sebagai perajin genteng, bahkan saat usianya telah lanjut
Salah satunya adalah para pandai besi yang berjualan di Pasar Cepogo, Boyolali. Jelang Hari Raya Idul Adha, sejumlah warga silih berganti membeli atau mengasah pisau kurban agar semakin tajam saat digunakan memotong daging kurban.
Para perajin pisau mengaku, mereka kebanjiran orderan, baik secara online maupun offline. Dalam sehari, para perajin bisa menjual lebih dari 15 pisau kurban. Harga pisau itu bervariasi, mulai dari Rp50 ribu yang ukuran kecil, hingga pisau besar seharga Rp120 ribu rupiah.
Jika ingin memesan pisau di tempat, para pembeli harus sabar mengantre dengan para pembeli lainnya. Hal ini dikarenakan para perajin harus membuat pisau terlebih dahulu dan dibutuhkan waktu antara 15 hingga 30 menit untuk sebilah pisau kurban.
Sementara itu bagi para warga yang ingin mengasah pisau agar lebih tajam, biayanya bervariasi antara Rp17.500 hingga Rp20.000 per pisau tergantung ukurannya.
Tak hanya perajin pisau kurban, para perajin tusuk sate berbahan bambu di Klaten juga kebanjiran pesanan. Menjelang hari raya Idul Adha permintaan tusuk sate meningkat.
Bila biasanya permintaan tusuk sate hanya sekitar 100 ikat per hari, kini permintaannya meningkat menjadi 150 ikat per hari.
Setiap ikatan terdiri dari 30 tusuk sate dengan panjang sekitar 20 cm dan dijual seharga Rp20 ribu. Bahkan perajin harus lembur produksi untuk memenuhi tingginya permintaan tusuk sate.
Proses produksi yang semula hanya sampai pukul 4 sore, kini harus dilembur hingga pukul 8 malam.
“Ini kami harus terpaksa lembur. Kalau nggak lembur nggak dapet. Ada banyak pembeli jadi lembur,” kata Paikem, salah seorang perajin tusuk sate, dikutip dari YouTube Liputan6 pada Jumat (14/6).
Sementara itu, para perajin tempat panggangan sate di Kecamatan Ceper, Klaten, juga mengalami kebanjiran pesanan. Jika pada hari biasa pesanannya hanya 60 buah panggangan sate per hari, kini pesanan melonjak menjadi 80 buah per hari.
Para perajin sempat kewalahan dengan melonjaknya sebagian pesanan karena keterbatasan bahan baku yang didatangkan dari luar daerah. Pesanan tempat panggangan sapi itu datang dari Solo, Klaten, Wonosobo, hingga Kebumen.
“Harganya kalau yang kecil ini Rp8.000-an, kalau yang ini Rp9.500,” kata Wiyanto, perajin tempat pemanggang sate.