Polri Berlakukan Skema Tilang Sistem Poin Tahun Ini, Cek Informasi Lengkapnya Berikut Ini
Hal tersebut disampaikan langsung olehe Kakorlantas Polri, Irjen Pol Aan Suhanan yang menyebut skema tilang itu sudah berlaku pada di awal tahun 2025 ini.
Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri, mulai berlakukan skema tilang dengan menggunakan sistem poin terhadap pemegang Surat Izin Mengemudi (SIM) yang melanggar lalu lintas. Hal tersebut disampaikan langsung olehe Kakorlantas Polri, Irjen Pol Aan Suhanan yang menyebut skema tilang itu sudah berlaku pada di awal tahun 2025 ini.
"Ini Januari sudah berlaku terbit traffic recordnya, artinya seusia dengan regulasi yang ada, dengan Perpol yang ada itu diberlakukan poin merit poin sistem," ujar Aan kepada wartawan, Jumat (3/1).
Penerapan tilang sistem poin tersebut telah tertuang dalam Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penerbitan dan Penandaan Surat Izin Mengemudi. Masyarakat yang pertama kali mendapatkan SIM nantinya akan mendapatkan sebanyak 12 poin permulaan.
"Di situ mendapatkan poin, generate point system, nantinya akan diintegrasikan dengan penerbitan SIM. Jadi ada 12 poin, seseorang mendapatkan SIM itu mempunyai 12 poin," ujar Aan.
Poin di SIM Berkurang
Poin tersebut juga bisa berkurang seiring dengan pelanggaran pemegang SIM berdasarkan jenis pelanggarannya. Mulai dari pelanggaran ringan dikurangi 1 poin, sedang tiga point, dan paling berat yakni 5 point.
"Apabila melakukan kecelakaan, meninggal dunia itu 12 poin. Kemudian tabrak lari itu bisa langsung dicabut SIMnya," jelas Aan.
Jenderal polisi bintang dua itu juga menambahkan bila poin pelanggaran mencapai angka 18 polisi bisa langsung melakukan penarikan, pemblokiran sementara pada saat masyarakat yang ingin melakukan perpajangan SIM.
Korlantas Polri Akui Tantangan Pengamanan Lalu Lintas
Kakorlantas Polri, Irjen Pol Aan Suhanan menyebut tantangan pada saat pengamanan pada saat musim mudik Lebaran lebih besar kebanding pada saat musim libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Kini Polri tengah bersiap-siap fokus pada pengamanan pada mudik lebaran 2025 nanti usai rampung pengamanan Nataru.
Menurutnya, tantangan besar pada saat pengamanan mudik lebaran itu salah satu faktornya adalah animo masyarakat yang tinggi. Sebab hampir semua lapisan masyarakat akan memanfaatkan momen libur lebaran nanti.
"Lebaran ini volume atau animo masyarakat ini lebih besar pasti karena lebaran ini hampir semua masyarakat tidak hanya muslim akan melakukan perjalanan memanfaatkan libur lebaran ini," ujar Aan kepada wartawan, Jumat (3/1).
"Artinya mobilitas kendaraan yang ada dijalan nanti pada saat libur lebaran ini akan beda dengan libur natal akan lebih banyak," tambah dia.
Penanganan Liburan
Berbeda dengan musim libur Lebaran, pada saat musim libur Nataru memiliki parameter tersendiri mobilitas masyarakat untuk bepergian. Salah satunya masyarakat dapat bepergian mayoritas pada pagi atau siang hari.
"Nataru ini kita bisa memprediksi 'oh setelah makan siang, setelah check out hotel ini akan pulang' makanya ini kita bisa antisipasi dari puncak jam berapa kita harus one way, dari arah timur ya dari Semarang kalau dari Semarang jam 2 jam 12 sampe Jakarta jam berapa, itu bisa kita hitung sehingga kita bisa menyiapkan rekayasa lalu lintas ini tidak terlalu banyakm," beber Aan.
Sementara pada saat musim libur lebaran, dominan masyarakat akan memanfaatkan perjalanannya bisa dari dini hari sebelum atau sehabis sahur bahkan hingga pada malam harinya. Sehingga banyak sekali terjadi gelombang arus mudik.
"Kalau dilebaran itu gelombangnya banyak. Itu salah satu challangenya nanti," imbuh Aan.
Namun demikian Polri telah melakukan evaluasi dari pengamanan Nataru sebelumnya untuk diterapkan pada saat musim Lebaran nanti. Aan juga mengklaim pengamanan lalin pada Nataru ini berhasil menurunkan kecelakaan hingga sebabkan meninggal dunia.
Bahkan mobilitas masyarakat juga baik itu arus mudik maupun arus balik juga terbilang lancar.
"Alhamdulillah selama periode Nataru ini untuk angka kecelakaan mengalami penurunan kemudian tingkat korban meninggal dunia juga terjadi penurunan 17%, jadi untuk kelancaran juga mitigasi tadi dari Jasamarga ada peningkatan percepatan kecepatan dari Semarang menuju Jakarta, dan juga sebaliknya. Ini salah satu indikator tidak adanya hambatan selama perjalanan mudik maupun balik," pungkasnya.