Ponpes Lirboyo Gelar Pameran Sejarah, Ada Kitab Ngaji Kuno dan Keris Peninggalan Kiai
Merdeka.com - Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Direktorat Sejarah Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, dan Lesbumi NU menggelar kegiatan penguatan nilai kebangsaan di pesantren. Dalam kegiatan ini digelar pameran kesejarahan mulai dari kitab-kitab pendiri pesantren, keris-keris bersejarah, manuskrip dan juga foto-foto pesantren tempo dulu.
Kegiatan ini merupakan kehormatan bagi Ponpes Lirboyo dan yang kali pertama dilaksanakan oleh Dirjen Kebudayaan Kemendikbud. Pondok Pesantren Lirboyo ditunjuk sebagai salah satu perwakilan dari ponpes yang ada di Pulau Jawa. Acara tersebut digelar di aula Muktamar Lirboyo, dari tanggal 2-4 Oktober 2019.
Kegiatannya meliputi halaqoh, lomba menulis esai kesejarahan dalam bahasa arab dan pameran kesejarahan peninggalan ponpes di gedung Yayasan Utara Masjid Al Hasan, kompleks Aula Muktamar.
-
Siapa yang mendirikan pondok pesantren di Kediri? Kiai nyentrik ini mendirikan pesantren tak jauh dari bekas lokalisasi.
-
Siapa pendiri pondok pesantren Langitan? Jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1852, Kiai Muhammad Nur mendirikan pondok pesantren di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.
-
Kapan pondok pesantren Langitan didirikan? Jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1852, Kiai Muhammad Nur mendirikan pondok pesantren di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.
-
Dimana Kiai Ageng Besari mendirikan pesantren? Untuk mendukung misi penyebaran agama Islam yang ia lakukan, Kiai Ageng Besari mendirikan Pondok Pesantren Tegalsari atau Gebang Tinatar.
-
Siapa pendiri Ponpes Lirboyo? Perjuangan mendirikan pondok pesantren Lirboyo begitu berat, namun Kiai Abdul Karim tidak pernah putus asa.
-
Siapa yang pernah belajar di pondok pesantren? Anak sulungnya, Laura Meizani Nasseru Asry, memilih untuk melanjutkan pendidikan di pondok pesantren setelah menyelesaikan Sekolah Dasar.
Menurut Direktur Direktorat Sejarah Kemendikbud Triana Wulandari, kegiatan tersebut dilaksanakan di lima pondok pesantren. Selain di Pulau Jawa, kegiatan serupa dilaksanakan di Lombok, Sulawesi, dan dua ponpes di Kalimantan.
©2019 Merdeka.com/Imam MubarokTriana menambahkan, tujuan kegiatan itu adalah untuk menguak sejarah mengenai peran serta para santri pada masa pembentukan bangsa Indonesia. "Selain itu, kami memiliki keinginan bahwa ternyata selama ini mungkin banyak sekali sekolah di luar pondok pesantren, ada yang belum tahu kegiatan di pondok seperti apa," kata Triana, Rabu (2/10).
Di samping itu, ia ingin masyarakat luas tahu bahwa para santri memiliki semangat nasionalisme yang tinggi dan visioner. "Dari sisi ini kami dari Direktorat Sejarah membawa buku-buku sejarah. Produk kami ada 69 buku, dan kami berikan minimal untuk tambahan referensi dalam historiografi pengenalan sejarah Indonesia. Intinya bagaimana memperkuat cinta terhadap Indonesia dari pondok pesantren ini. Melalui sejarah mengenal biografi tokoh-tokoh, mengenal perjuangan para pahlawan dan para kiai. Saya kira pesantren perlu diajak juga, bukan hanya sekolah umum maksud saya," tambahnya.
Triana memberikan contoh, Kemendikbud melalui Direktorat Jendral Sejarah pernah berkontribusi memberikan edukasi kepada masyarakat terkait sejarah perjuangan pondok pesantren melalui pembuatan film tentang KH Hasyim Asy'ari yang ditonton banyak orang.
Senada dengan Triana, Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PWNU Jawa Timur yang juga Ketua Bidang Litbang Senapati Nusantara dan panitia acara, Imam Mubarok, menjelaskan, dengan diadakannya acara semacam ini, diharapkan para santri dapat berpikir secara luas. Kemudian meneladani para pendiri pondok, yang juga merupakan sosok pejuang bangsa.
Seratusan benda pusaka berupa keris, tombak, pedang, hingga samurai dipamerkan. Benda pusaka itu dulu digunakan para pendiri pesantren untuk melawan penjajah maupun PKI. Selain itu kurang lebih 60 foto ukuran 10 RS juga ikut dipamerkan yang menggambarkan perjalanan pesantren-pesantren yang ada di Kediri. Kitab ngaji kuno, beduk Ponpes Lirboyo tahun 1910, kursi roda pengasuh Ponpes Lirboyo KH Marzuqi Dahlan dan juga sorban yang biasa dikenakan para pendiri pondok.
"Dari pameran ini diharapkan santri dapat berpikir secara luas dan meneladani para pendiri pondok. Bahwa mereka juga merupakan pejuang dan kiai yang sangat istiqomah dalam memperjuangkan kemerdekaan sekaligus menghargai kebudayaan Indonesia. Selain itu pesantren juga menghormati dan melestarikan kebudayaan dan kearifan lokal salah satunya juga menyimpan keris," pungkas Gus Barok panggilan akrab Imam Mubarok.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pondok pesantren ini pernah beberapa kali menjadi basis perjuangan rakyat melawan penjajah.
Baca SelengkapnyaPemerintah Kabupaten Jember bekerja sama dengan Paguyuban Barang Antik Jember menggelar pameran benda-benda kuno.
Baca SelengkapnyaBerbagai kegiatan budaya, seperti pertunjukan tari tradisional, pameran seni, dan bazar makanan, turut memeriahkan suasana.
Baca SelengkapnyaMuseum Sadurengas merupakan bekas rumah kediaman salah seorang Sultan Pasir.
Baca SelengkapnyaTempat sejumlah tokoh besar Indonesia menimba ilmu agama dan pengetahuan umum.
Baca SelengkapnyaMuseum ini menyimpan berbagai peninggalan keris. Beberapa koleksi keris merupakan karya masterpiece.
Baca SelengkapnyaDulunya kawasan lereng Merapi-Merbabu menjadi tempat orang-orang zaman dulu menimba ilmu
Baca SelengkapnyaAcara Kirab Pusaka itu merupakan penutup rangkaian peringatan Hari Jadi Kabupaten Banyumas.
Baca SelengkapnyaDi dalam Museum Sadurengas berbagai koleksi benda kuno peninggalan sejarah Kesultanan Paser tertinggal di sini.
Baca SelengkapnyaAcara bedah buku itu juga dihadiri Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto
Baca SelengkapnyaTak hanya berdiri sebagai sebuah bangunan lawas, lokasi ini juga menjadi pusat penyebaran Islam di wilayah barat Pulau Jawa itu.
Baca SelengkapnyaWilayah Cirebon, Jawa Barat memiliki ragam tradisi dan budaya yang khas. Seluruhnya perlu dirawat salah satunya melalui Festival Kedawung Ngesti Luhung.
Baca Selengkapnya