Protes Izin Tambang Pasir, Warga Pulau di Makassar Menginap di Kantor Gubernur Sulsel
Merdeka.com - Warga pulau di Makassar masih bertahan dan menginap di depan pintu gerbang kantor Gubernur Sulsel di jl Urip Sumohardjo, Jumat, (14/8).
Mereka berunjuk rasa sejak Kamis (13/8) siang. Mereka mendesak Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah mencabut izin kegiatan tambang pasir laut oleh PT Royal Boskalis, perusahaan asal Belanda, di wilayah tangkap ikan nelayan. Khususnya yang ada di sekitar Pulau Kodingareng dan Pulau Sangkarrang.
Alasannya, kegiatan ini dinilai telah merusak wilayah tangkap ikan yang mempengaruhi sumber pendapatan para nelayan.
-
Siapa saja penduduk Pulau Masakambing? Mengutip Instagram @jantungnusantara, penduduk pulau ini merupakan suku Bugis dan suku Madura.
-
Dimana warga berlibur? Sejumlah pengunjung tampak meramaikan kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, pada Kamis (8/2/2024). Libur panjang Isra Mikraj dan Tahun baru Imlek 2024 dimanfaatkan sejumlah warga untuk berekreasi di Monas.
-
Siapa yang menghuni pemukiman? Analisis genetik pada tulang manusia yang digali menunjukkan hubungan erat antara penduduk pemukiman ini dengan kelompok lain di China selatan dan Asia Tenggara.
-
Siapa penduduk asli Pulau Selayar? Wilayah ini dihuni oleh penduduk asli yang dikenal dengan Suku Selayar.
-
Siapa yang tinggal di pulau terapung di Danau Titicaca? Pulau-pulau ini dibuat dari tumpukan totora, sejenis tanaman air yang tumbuh di danau.Suku Uros hidup di pulau-pulau ini sejak ratusan tahun lalu, sebagai cara untuk melindungi diri dari serangan musuh.
-
Kenapa warga Kampung Teko tetap tinggal di kampung yang tenggelam? Masyarakat di kampung apung disebut tak ingin meninggalkan daerah tersebut karena merupakan tanah kelahiran. Selain itu, alasan lainnya adalah daerah tersebut merupakan tempat mencari nafkah sehingga sulit jika harus pindah ke tempat baru.
Lantaran tidak kunjung ditemui Gubernur Nurdin Abdullah, mereka pun memilih menginap. Mereka tidur di depan pintu gerbang. Menggunakan alas seadanya. Didampingi aktivis Walhi dan jaringannya.
Direktur eksekutif Walhi Sulsel, Muhammad Al Amin mengatakan, aksi warga pulau akan dilanjutkan hari ini. Apalagi ada dua orang dari peserta aksi dijemput paksa polisi dari Direktorat Polairud Polda Sulsel pukul 08.00 wita tadi.
"Hari ini aksi masih terus berlanjut. Dua orang kita dijemput paksa oleh polisi pagi tadi saat baru mendarat di dermaga Kayu Bangkoa, atas nama Manre, (70) seorang nelayan asal Pulau Kodingareng dan Slamet, (25), aktivis Walhi yang tengah lakukan pendampingan," kata Muhamma Al Amin saat ditemui di depan pintu gerbang kantor Gubernur Sulsel.
Al Amin menceritakan, Manre ditetapkan sebagai tersangka kasus pengerusakan mata uang dengan cara merobeknya. Aksi ini dilakukan saat menolak pemberian amplop berisi uang dari PT Royal Boskalis. Amplop berisi uang itu ditolak sebagai bentuk gratifikasi atau pemberian yang tidak wajar.
Menurut Al Amin, seharusnya anggota Polairud tidak menggunakan penangkapan dalam upaya penegakan hukum.
"Saya pikir, penangkapan secara paksa seperti itu kurang baik, sudah sangat keterlaluan. Apalagi aktivis kami yang sementara mendampingi nelayan itu ikut diambil polisi. Kami mengutuk keras proses penangkapan terhadap nelayan dan aktivis kami," kata Al Amin.
Manre dan Slamet diambil polisi saat dari Pulau Kodingareng mendarat di dermaga Kayu Bangkoa sekitar pukul 08.00 wita.
Padahal, terang Al Amin, Manre dan beberapa kawannya tinggalkan Pulau Kodingareng untuk mengurus kuasa hukum dari LBH. Slamet mendampingi karena nelayan itu belum begitu tahu alamat kantor LBH. Tapi belum lagi masuk kota, masih di dermaga, mereka keburu ditangkap.
"Bagi kami, kasus Manre ini adalah kriminalisasi nelayan yang berjuang keras menyelamatkan laut, ruang hidup mereka dari kerusakan akibat tambang pasir laut," ucap Al Amin. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada aksi yang kelima ini jumlah massa terlihat semakin sedikit dan anak-anak yang ikut juga semakin berkurang.
Baca SelengkapnyaRatusan warga Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat, melanjutkan aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Sumbar, Jalan Sudirman, Padang, Rabu (2/8).
Baca SelengkapnyaMereka menuntut akses menuju tambang yang sebelumnya ditutup agar kembali dibuka baik dari jalur darat maupun Sungai Batanghari Jambi.
Baca SelengkapnyaDemontrasi di Kabupaten Pohuwato yang dilakukan massa penambang berakhir rusuh.
Baca SelengkapnyaLokasi yang dipakai oleh masyarakat untuk tidur tersebut bukanlah area suci untuk tempat salat, melainkan aula tempat pertemuan dan pelaksanaan kegiatan oleh pe
Baca SelengkapnyaMereka menolak keras penggusuran Pulau Rempang. Mereka juga menuntut pemerintah agar menghentikan praktik perampasan tanah terhadap warga Pulau Rempang.
Baca SelengkapnyaBudi, salah seorang warga mengaku resah dan khawatir jika ada aktivitas tambang pasir
Baca SelengkapnyaSelama 10 tahun menjadi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar mengaku rutin tidur di rumah warga.
Baca SelengkapnyaPemda memastikan pelayanan masyarakat tetap berjalan meski kantor bupati dibakar.
Baca SelengkapnyaPenutupan SD Inpres Pajjaiang dilakukan hingga tiga hari karena menunggu hasil perundingan antar ahli waris.
Baca SelengkapnyaPengungsi ditertibkan itu tinggal di tenda yang dikhawatirkan membahayakan diri mereka, menimbulkan penyakit, dan mengganggu ketertiban.
Baca SelengkapnyaPembangunan 310 rumah di Kampung Nelayan Malawei yang digagas Presiden Jokowi hingga kini belum selesai.
Baca Selengkapnya