Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sejarah panjang kekerasan berdarah di IPDN

Sejarah panjang kekerasan berdarah di IPDN Pelantikan Praja IPDN. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) merupakan sebuah lembaga pendidikan yang mengadopsi kultur militeristik. Awalnya memang polesan berbau militeristik tersebut sengaja diterapkan agar muncul kedisiplinan. Namun ternyata hasilnya malah membuat IPDN identik dengan budaya kekerasan.

Sebagai institusi yang mencetak generasi penerus yang akan melayani masyarakat, IPDN justru membiarkan budaya kekerasan mengalir di internalnya. Penganiayaan berupa adu pukul menjadi hal lumrah yang terjadi antar peserta didik.

Selain itu, mahasiswa IPDN tak dididik untuk mudah menyatu dengan masyarakat. Mereka cenderung tidak mampu mengontrol arogansi saat berinteraksi dengan masyarakat.

Orang lain juga bertanya?

Upaya menyampaikan pendidikan melalui jalur kekerasan tersebut tak mudah dirubah, sebab telah melebur menjadi kultur. Ritual kekerasan terus mengalir diwariskan ke tiap generasinya. IPDN tak pernah berhasil menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Maka dari itu metode mendidik tak dipoles dengan pengetahuan mengenai HAM.

Berikut beberapa ritus kekerasan yang pernah terjadi di IPDN. Mulai dari perilaku arogan, gagal menyatu dengan masyarakat, hingga upaya mengubah kultur yang tak kunjung membuahkan hasil.

Mantan Presiden SBY minta budaya kekerasan IPDN dihapuskan

Dua tahun yang lalu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengkritik keras adanya kekerasan yang terjadi berulangkali pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). SBY meminta dengan tegas agar budaya kekerasan dihilangkan dalam metode mendidik di IPDN.Bagi SBY sangat berbahaya bagi masa depan bangsa jika salah menanamkan kultur pendidikan di IPDN. Sebab IPDN berfungsi sebagai lembaga yang menyiapkan generasi penerus untuk melayani masyarakat."Saya ingin pengasuhan setiap praja dilakukan seimbang, mental praja siap dalam berbagai tantangan, kita telah menghentikan cara pengasuhan yang merusak. Kita tidak ingin akibat metode salah memiliki karakter tidak baik sebagai abdi negara," ujar SBY dalam upacara Pelantikan Praja Muda Lulusan Institut Pemerintahan Dalam Negeri Angkatan (IPDN) Angkatan XX di Kampus IPDN, Jatinangor, Sumedang, Rabu (28/8/2013) Silam.SBY kala itu menyadari bahwa, kinerja pemerintahan pada dasarnya ditentukan lembaga pendidikan pemerintahan yang dapat memberikan lulusan integritas dan berkualitas."Karenanya kesadaran harus dipicu, kampus yang jadi kawah candra di muka. Para Pamong Praja saat ini penyelenggaraan pemerintahan kita kelola aparatur yang bersih," ujarnya.Penyempurnaan di IPDN, kata dia, telah dilakukan pemerintah melalui Peraturan Presiden Tahun 2009 dengan penggabungan IPDN ke dalam Institut Ilmu Pemerintahan. Ini dilakukan kelembagaan yang membawa implikasi perubahan sistem pendidikan."Kita beri pola pengasuhan yang lebih sehat dan mendidik pada peserta," ungkapnya.

Sampai 2013, Mendagri sudah pecat 45 mahasiswa IPDN

Dalam upaya menghapus stigma Institut Pemerintahan Dalam Negeri Angkatan (IPDN) sebagai kampus yang diidentikan dengan kekerasan, pemerintah tak ragu memecat mahasiswa pelaku kekerasan. Sampai tahun 2013 silam sudah 45 mahasiswa yang dikeluarkan."Kita pecat 45 orang dalam 4 tahun ini, untuk tahun ini ada 11 orang, artinya memang kita tidak akan ada toleransi bagi mereka yang macam-macam di sini," kata Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi di Kampus IPDN, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Rabu (28/8/2013) silam.Menurutnya ada beragam alasan IPDN mengeluarkan mahasiswanya. Beberapa di antaranya karena telah melakukan tindakan indisipliner dengan melakukan kekerasan.Gamawan kala itu berupaya membuat IPDN terus berbenah. Terutama saat diberlakukannya peraturan pemerintah melalui Peraturan Presiden Tahun 2009 dengan penggabungan IPDN ke dalam Institut Ilmu Pemerintahan."Kalau ada ditemukan kita proses, pokoknya kejam dikit kita proses. Saya senang sekarang sudah berjalan lebih baik," ungkapnya.

Adu jotos sampai siram air keras

Lima peserta didik Institut Pemerintahan Dalam Negeri Angkatan (IPDN) adu jotos, siram air keras, hingga diboyong ke Rumah Sakit. Kejadian mengerikan tersebut bermula dari kegiatan para civitas akademika IPDN ke Gunung Manglayang, Cileunyi, Kabupaten Bandung, pada Minggu 27 April 2014 silam.Kegiatan itu diikuti sejumlah praja wanita tingkat II dan III. Di sana lah cek-cok terjadi hingga menyebabkan adanya dugaan adu jotos. Senior menyiramkan cairan keras kepada lima junior.Kelimanya adalah Mutia Pratama, Indira Afriani, Nurul Riza, Dian Purna Sari dan Fungki Sandi praja wanita tingkat II. Kepolisian Jatinangor mengakui pihak kampus terkesan menutup-nutupi kasus tersebut.Dokter Spesialis Infeksi Imunologi RS Mata Cicendo Susi Heryati membenarkan menangani lima praja IPDN terkena cairan asam."Ya benar ada (pasien), mereka terkena cairan asam, kita tidak tahu lebih jelas tetapi ada trauma," katanya di RS Cicendo Bandung, Selasa (29/4/2014) silam.Untung kala itu, kelimanya masih bisa ditangani. "Ya untung asam, bukan basa," ujarnya.Dua dari lima korban mengalami luka di mata berupa pengelupasan epitel kornea. Selebihnya mengalami iritasi di permukaan mata. Namun IPDN Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat melarang awak media untuk meminta keterangan dari lima praja putri yang diduga terciprat air asam saat mengikuti kegiatan di Gunung Manglayang Kabupaten Bandung.Saat IPDN menggelar jumpa persnya yang disampaikan Kabiro Kemahasiswaan IPDN, Benhard Rondonuwu didampingi Kabag Humas dan Protokol, Bisri di kampus IPDN, menegaskan bahwa tidak ada kekerasan berupa penyiraman air keras kelima praja itu."Tidak benar soal penyiraman air keras itu," katanya.Awak media yang penasaran kemudian meminta izin agar praja untuk bisa diwawancara. Maksudnya agar berita yang disampaikan berimbang. "Tidak usahlah. Mereka nanti stres lagi disorot begitu," pungkasnya.

Keroyok taruna Akmil, 5 praja IPDN dipecat

Dua taruna akademi militer (akmil) asal Magelang, Jawa Tengah, yang sedang melakukan program kunjungan taruna 2015 dipukuli oleh lima praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Sersan taruna berinisial UDP dipukul di bagian dada kiri dan ulu hati. Sedangkan sersan taruna R di bagian ulu hati sebanyak dua kali. Lima Praja IPDN tersebut langsung diberhentikan secara tidak hormat. "Iya melanggar ketentuan, dipecat. Kan aturannya seorang mendatangi ke wisma adiknya enggak boleh. Lima orang yang dipecat," kata Kepala Biro Kemahasiswaan IPDN, Arief M Edie kepada merdeka.com, Minggu (29/11) kemarin.Arief tidak menjelaskan rinci terkait permasalahan yang terjadi. Menurutnya, kelima praja yang mendatangani wisma lain pada dini hari itu bermaksud memberikan hukuman pada juniornya.Pascakejadian tersebut, pihak kampus sempat memanggil kelimanya untuk dimintai klarifikasi. Dan mereka mengakui perbuatannya."Enggak ada (penganiayaan). itu hanya tindakan antara senior menghukum junior. Menegur, ada kekurangan apa," kata Arief.Diakui Arief, korban pemukulan tidak hanya taruna Akmil, tetapi juga beberapa praja IPDN."Ada banyak, salah satunya dari Akmil, IPDN juga ada," tuturnya.Diberitakan sebelumnya, lima praja IPDN diduga memukuli taruna Akmil saat berkunjung ke kampus Jatinangor pertengahan November lalu. Kelimanya sudah diberhentikan dengan tidak hormat."Ada pemecatan lima praja karena adanya surat keberatan gubernur AL atas pemukulan akmil AL," kata sumber merdeka.com, Minggu (29/11).Kelima praja itu satu merupakan tingkat empat. Adapun empat lainnya di tingkat tiga.Pemecatan tersebut tak lain karena kontak fisik yang dilakukan praja kepada tamu. Peristiwa itu terjadi pada 19 November tengah malam. Ada praja tersebut diduga memukuli dua taruna Akmil Magelang yang sedang melakukan program kunjungan taruna 2015.Saat itu salah satu taruna Akmil berpangkat sersan bergabung dengan praja IPDN yang berasal dari daerah yang sama, Malang, Jawa Timur. Sersan taruna UDP mengajak rekannya Sersan taruna R.Perbincangan terjadi sampai larut malam. Namun datang seorang Polisi Praja (Polpra) IPDN dan bergabung dalam obrolan. Entah apa dasarnya, Polpra tersebut menanyakan pada si taruna apakah pernah dipukul di Akmil?"Siap tidak pernah," jawab dua taruna. "Apakah bisa dicoba?," taruna menjawab "Siap,".Akhirnya kedua taruna Akmil dibawa ke lorong dekat lemari baju. Sersan taruna UDP diduga dipukul di bagian dada kiri dan ulu hati. Sedangkan sersan taruna R di bagian ulu hati sebanyak dua kali.Usai memukul Polpra tersebut menyatakan "Itu basis karena kalian sudah berfoto di tangga seribu." Tangga tersebut dianggap sakral oleh para praja di sana.

(mdk/hhw)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ternyata Begini Tradisi buat Polwan Baru, yang Tak Kuat Bisa Tumbang
Ternyata Begini Tradisi buat Polwan Baru, yang Tak Kuat Bisa Tumbang

Begini tradisi bagi polwan baru yang jarang diketahui.

Baca Selengkapnya
Teror Polisi Rahasia
Teror Polisi Rahasia

Dienst alias Dinas Intelijen Politik di Hindia Belanda. Musuh nomor satu kaum pergerakan.

Baca Selengkapnya
Mengenal Polisi Istimewa, Prajurit yang Bertugas Menempel Teks Proklamasi Kemerdekaan RI di Tempat Ramai
Mengenal Polisi Istimewa, Prajurit yang Bertugas Menempel Teks Proklamasi Kemerdekaan RI di Tempat Ramai

Keberadaan polisi istimewa menjadi cikal bakal berdirinya Brimob Polri

Baca Selengkapnya
Transformasi Polri dari Masa ke Masa, Bermula dari Pasukan Pelindung Raja dan Kerajaan Zaman Majapahit
Transformasi Polri dari Masa ke Masa, Bermula dari Pasukan Pelindung Raja dan Kerajaan Zaman Majapahit

Cikal bakal Kepolisian Republik Indonesia (Polri) ternyata sudah ada sejak zaman Majapahit. Begini kerjaan mereka dulu.

Baca Selengkapnya
Sejarah Medan Area, Pertempuran Pemuda Indonesia Melawan Sekutu Pasca Kemerdekaan
Sejarah Medan Area, Pertempuran Pemuda Indonesia Melawan Sekutu Pasca Kemerdekaan

Konflik bermula ketika seorang penghuni hotel merampas dan menginjak-injak lencana merah putih yang dipakai oleh pemuda Indonesia.

Baca Selengkapnya
Menelusuri Jejak Penjara Koblen Surabaya, Pernah Jadi Asrama Tentara hingga Pasar Buah
Menelusuri Jejak Penjara Koblen Surabaya, Pernah Jadi Asrama Tentara hingga Pasar Buah

Penjara ini juga jadi saksi pembantaian para pemuda pejuang kemerdekaan Indonesia

Baca Selengkapnya
Peristiwa Bersejarah sebagai Sumber Inspirasi dalam Pembuatan Naskah Drama tentang Perjuangan Kemerdekaan Indonesia
Peristiwa Bersejarah sebagai Sumber Inspirasi dalam Pembuatan Naskah Drama tentang Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Peristiwa Bersejarah sebagai Sumber Inspirasi dalam Pembuatan Naskah Drama tentang Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Baca Selengkapnya
Kiprah Jenderal TNI Didikan Jepang: 10 Orang Jadi Pimpinan Tertinggi AD, Dua Berpangkat Bintang Lima
Kiprah Jenderal TNI Didikan Jepang: 10 Orang Jadi Pimpinan Tertinggi AD, Dua Berpangkat Bintang Lima

Uniknya, ada dua lulusan PETA Bogor yang kemudian meraih bintang lima dan mendapatkan pangkat kehormatan jenderal besar.

Baca Selengkapnya
Tokoh PKI Tak Mempan Ditembak, ini Yang Dilakukan TNI
Tokoh PKI Tak Mempan Ditembak, ini Yang Dilakukan TNI

TNI versus Tokoh PKI Kebal Peluru, apa yang dilakukan untuk melawan PKI?

Baca Selengkapnya
Melihat Kejamnya Tentara KNIL di Tahun 1948, Todongkan Senjata pada Warga Indonesia Bikin Ketar-Ketir
Melihat Kejamnya Tentara KNIL di Tahun 1948, Todongkan Senjata pada Warga Indonesia Bikin Ketar-Ketir

Terlihat warga Indonesia mendapat ancaman dari tentara KNIL pada tahun 1948 silam. Tergambar dari potret yang beredar, warga Indonesia nampak tak berdaya.

Baca Selengkapnya
Jenderal Polisi Murka Aksi Beringas OPM Bakar Sekolah di Papua
Jenderal Polisi Murka Aksi Beringas OPM Bakar Sekolah di Papua

Dua hari terakhir, OPM membakar SDN dan puskesmas. Tak hanya itu, mereka juga mengancam guru dan tenaga medis.

Baca Selengkapnya
Fakta Unik Polri: Sang Abdi Utama bagi Nusa Bangsa
Fakta Unik Polri: Sang Abdi Utama bagi Nusa Bangsa

Dikenal sebagai abdi utama bagi nusa bangsa, ternyata ada beberapa fakta menarik tentang polri, apa saja?

Baca Selengkapnya