Sejumlah Satwa Langka Endemik Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana
Merdeka.com - Sejumlah satwa langka endemik ditemukan dalam ekspedisi di kawasan jajaran pegunungan Sanggabuana yang memiliki ketinggian 1.291 meter di atas permukaan laut, di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
"Dengan temuan satwa banyak endemik dan terus banyak terancam punah harusnya bukan dikelola oleh Perhutani yang notabene di bawah Kementerian BUMN, harusnya ini dikelola sebagai konservasi di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan," kata Ketua Tim Sanggabuana Wildlife Expedition Bernard T Wahyu Wiryanta, Senin (27/7). Seperti dilansir Antara.
Bernard berharap dari temuan itu, kawasan pegunungan Sanggabuana ke depan bisa dikelola sebagai kawasan konservasi.
-
Hewan langka apa yang ada di hutan lereng Gunung Slamet? Hutan lereng Gunung Slamet merupakan rumah bagi banyak jenis satwa langka. Kawasan hutan di lereng Gunung Slamet merupakan rumah bagi banyak satwa, termasuk di antaranya satwa langka. Beberapa satwa langka itu masih dapat dijumpai walau keberadaan mereka terancam oleh para ulah pemburu liar.
-
Mengapa Harimau Sumatera diburu? Diburu karena Mitos Kucing besar ini sangat dihormati masyarakat sejumlah daerah di Sumatera. Penghormatan terhadap si belang bagai pisau bermata dua. Ada yang melindungi, tapi banyak pula yang memburunya karena mitos ingin mendapatkan kekuatan mistis dari hampir semua bagian tubuhnya, mulai dahi, kumis, taring, kuku, kulit, dan lainnya.
-
Dimana burung langka di Gunung Slamet ditemukan? Mengutip sebuah video yang diunggah oleh kanal YouTube Mbah Jug Petualang pada 19 Oktober 2021, terlihat burung-burung langka di hutan lereng Gunung Slamet menampakkan diri.
-
Apa yang diburu oleh harimau jawa? Satwa liar ini biasa memangsa babi hutan, rusa jawa, banteng, reptil, hingga burung air. Harimau Jawa melakukan pembunuhan dalam jumlah besar seminggu sekali dan menghabiskan 2-3 hari untuk makan dalam jumlah besar.
-
Mengapa satwa langka di Gunung Slamet terancam? Beberapa satwa langka itu masih dapat dijumpai walau keberadaan mereka terancam oleh para ulah pemburu liar.
-
Di mana senjata berburu ditemukan? Senjata berburu dari era pra-Hispanik itu ditemukan di serambi Gua Harta Karun di Cadereyta de Montes, Queretaro.
Saat ini, kawasan itu merupakan sebagian hutan lindung, dan sebagian hutan produksi.
Bernard menuturkan temuan awal itu akan dilaporkan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan pemerintah daerah setempat agar membentuk tim terpadu untuk membuat kajian ulang.
Ekspedisi yang bertajuk "Sanggabuana Wildlife Expedition" pada 15-22 Juli 2020 dilakukan sebanyak 24 orang yang terdiri dari Komunitas Pendaki Gunung (KPG) Regional Depok yang didukung oleh KPG regional Karawang, KPG regional Bekasi, The Wildlife Photographers Community (WPC), dan Bara Rimba Karawang.
Sebanyak 24 orang tersebut terdiri dari 14 orang yang merupakan tim inti yang memasuki hutan, dan sisanya merupakan tim pantau dan logistik yang ada di perkampungan.
Selain mendata hidupan liar yang ada di kawasan Sanggabuana, tim ekspedisi juga melakukan mitigasi bencana, memetakan potensi bencana yang ada di sekitar kawasan satu-satunya gunung yang ada di Kabupaten Karawang itu.
Ekspedisi itu dimulai dari Kampung Tipar yang ada di ujung timur jajaran pegunungan Sanggabuana dan menyusuri sepanjang kawasan hutan sampai ke Puncak Sanggabuana dan ke sekitar kawasan Gunung Rungking.
Dalam perjalanannya, tim ekspedisi berhasil mendata, melakukan perjumpaan langsung, menemukan jejak dan merekam serta mendokumentasikan secara visual beberapa satwa langka yang terdiri dari primata endemik, burung, karnivora besar, dan beberapa mamalia serta serangga.
Untuk kelompok primata, sejumlah owa Jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis comata), lutung Jawa (Trachypitecus auratus), dan kera ekor panjang (Macaca fascicularis).
Pada kelompok burung, ditemukan rangkong julang emas (Rhyticeros undulatus), elang Jawa (Nisaetus bartelsi), elang brontok (Spizaetus cirrhatus), puyuh gonggong Jawa (Arborophila javanica), ayam hutan hijau (Gallus varius), raja udang (Alcedinidae), takur tohtor (Psilopogon armilaris), takur bututut (Psilopogon corvinus), kipasan bukit (Rhipidura euryura), wergan Jawa (Alcippe pyrrhoptera), tepus pipi perak (Cyanoderma melanothorax), burung ayam-ayam/ruak-ruak (Gallicrex cinerea), kutilang Jawa (Pycnonotus aurigaster), dan prenjak Jawa (Prinia familiaris).
Tim ekspedisi juga menemukan macan tutul/macan kumbang (Panthera pardus melas), kupu-kupu raja (Troides amphrysus), babi hutan (Sus scrofa), rusa (Cervus timorensis), dan tupai/bajing (Tupaia javanica).
Owa Jawa (Hylobates moloch) merupakan satwa yang dilindungi menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup PP 92 tahun 2018 tentang perubahan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup PP 20 Tahun 2018 tentang Perlindungan Tumbuhan dan Satwa Liar.
International Union for Conservation of Nature ( IUCN) juga memasukkan owa Jawa dalam kategori vulnerable atau terancam punah. Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) juga masuk dalam IUCN red list dengan status vulnerable. Sedangkan surili (Presbytis comata) dalam IUCN red list masuk dalam kategori endagered atau nyaris punah.
Macan kumbang atau macan tutul (Panthera pardus melas) dalam IUCN red list masuk dalam kategori critically endangered atau satu langkah menuju kepunahan di alam liar.
Dari citra satelit sebelum ekspedisi, tim mendata ada sekitar 157 titik hulu sungai atau mata air, yang hampir 60 persennya berada di sisi selatan dan bermuara atau menjadi penyuplai debit air di Waduk Jatiluhur. Sisanya merupakan sumber mata air Citarum.
Namun selama ekspedisi, hampir 50 persen lebih hulu mata air itu mengalami kekeringan, hanya menyisakan bekas aliran sungai kering.
Matinya hulu sungai atau mata air itu merupakan indikasi bahwa hutan di kawasan pegunungan Sanggabuana sudah mengalami perubahan atau alih fungsi hutan dan harus segera dibenahi.
Bernard menuturkan sebagian wilayah hutan diubah menjadi perkebunan kopi, sengon dan hutan rakyat. Tim juga menemukan banyaknya bekas pohon besar yang ditebang.
Tim mendapati beberapa pemburu masuk hutan untuk memburu satwa langka yang ada di Sanggabuana.
Tim ekspedisi juga menemukan berkurangnya beberapa tanaman yang menjadi daya dukung untuk kelangsungan hidup primata, mamalia, dan kupu-kupu raja serta beberapa burung. Tanaman itu antara lain pohon rasamala dan pohon ficus.
"Kalau tanaman berkurang otomatis daya dukungnya berkurang, satwanya akan ikut berkurang," tutur Bernard. (mdk/ded)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kampung ini memiliki tiga hektare lahan khusus untuk tanaman semanggi
Baca SelengkapnyaPohon ini hanya berbuah dua tahun sekali, oleh karena itu perkembangbiakannya tergolong lambat
Baca SelengkapnyaRatusan anak tampak sangat bergembira pada hari pelaksanaan lomba
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Golongan manusia ini akan memperoleh surga yang di bawahnya mengalir sungai indah.
Baca SelengkapnyaBerikut momen langka Suku Togutil keluar hutan mendatangi para pekerja.
Baca SelengkapnyaSemakin banyak peristiwa benda asing jatuh dari langit. Benda-benda itu kebanyakan berasal dari Stasiun Luar Angkasa.
Baca SelengkapnyaMereka terdampar di pulau yang sangat terpencil di Samudra Pasifik.
Baca SelengkapnyaPemandangan Langka, Suku Terasing di Amazon Muncul di Dekat Lokasi Penebangan Hutan
Baca SelengkapnyaSosok jenderal bintang dua TNI turun tangan padamkan kebakaran hutan bersama prajuritnya.
Baca Selengkapnya