Setelah kaos, polisi kini sita buku-buku berbau komunis
Merdeka.com - Di tengah desakan pengungkapan kasus 1965, aparat TNI-Polri tiba-tiba bergerak cepat menyisir berbagai hal yang dianggap berbau komunisme. Penyisiran dilakukan mulai dari kaos, hingga buku-buku yang bernilai akademis.
Misalnya saja di wilayah eks Karesidenan Surakarta. Hasilnya Polres Sukoharjo menyita empat buah buku berjudul The Missing Link G 30 S dengan sub judul Misteri Sjam Kemaruzzaman & Biro Chusus PKI, di sebuah toko swalayan.
Atas temuan tersebut, Komandan Korem 074/Warastratama Surakarta, Kolonel Infantri Maruli Simanjuntak menegaskan pihaknya terus mewaspadai kemungkinan penyebaran ajaran komunisme di wilayahnya.
-
Apa yang dicuri polisi tersebut? Mengambil kesempatan dalam kesempitan, seorang polisi di Jerman mencuri 180 kilogram keju dari truk yang terbalik karena kecelakaan.
-
Dimana perpustakaan terapung Polri berada? 'Polri melalui Ditpolairud Polda Maluku Utara (Malut) menghadirkan perpustakaan terapung untuk meningkatkan minat baca dan belajar kepada anak-anak di Desa Talaga, Kabupaten Halmahera Barat, Malut,' seperti dikutip dari keterangan unggahan video akun Instagram @divisihumaspolri.
-
Apa yang dicuri? Pak Sukamto berkata 'Uang itu ada dalam sebuah amplop, tapi sekarang amplop itu isinya kosong. Pasti ada yang mencurinya!'
-
Siapa yang ditangkap? Personel Brimob menangkap pria berinisial I, P, G yang diduga sebagai pemakai dan WA sebagai bandar dan perempuan N sebagai pemakai pada Rabu (19/6) dini hari.
-
Mengapa Polri membuat perpustakaan terapung? Semua dilakukan untuk memajukan dan menambah wawasan anak generasi penerus bangsa dalam hal literasi.
-
Siapa saja yang ditangkap? Ratusan pelajar itu diamankan di empat lokasi di Jakarta Pusat pada Selasa (2/4) sore. 'Hari ini kita mengamankan remaja yang konvoi berdalih berbagi takjil yang selalu membuat kerusuhan dan keonaran di jalan raya, sehingga membahayakan pengguna jalan maupun warga sekitar karena sering menutup jalan sambil teriak-teriak menyalakan petasan,' kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro dalam keterangan tertulis.
"Kami akan terus mewaspadai dan sudah menginstruksikan kepada tujuh Kodim di wilayah Surakarta untuk turun langsung. Penyebarannya bisa dalam bentuk atribut seperti kaos berlambang palu-arit, foto-foto tokoh komunis, serta buku-buku yang memuat ajaran komunisme," ujar Maruli saat dihubungi wartawan, Kamis (12/5).
Maruli mengaku sudah melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah. Pasalnya, menurut dia, siswa merupakan sasaran empuk ajaran ini. Pihaknya juga berkoordinasi dengan para guru untuk mensosialisasikan bahwa PKI itu partai terlarang. Logo dan simbol palu aritnya juga tidak boleh dikenakan.
"Kami juga menyebarkan semua anggota dan tim intelijen untuk memantau kemungkinan adanya gerakan komunisme. Baik lewat peredaran kaos berlambang palu-arit, logo, buku-buku, dan atribut PKI lainnya," pungkasnya.
Polres Sukoharjo, Jawa Tengah menyita empat eksemplar buku bermuatan paham komunisme. Buku berjudul The Missing Link G 30 S dengan sub judul Misteri Sjam Kemaruzzaman & Biro Chusus PKI tersebut ditemukan di sebuah toko swalayan di Desa Gentan, Kecamatan Baki.
Kapolres Sukoharjo, AKBP Andy Rifai mengatakan, buku yang disita tersebut berisi kisah Sjam Kaharuzzaman. Dia merupakan agen khusus dan saksi peristiwa Gerakan 30 September/PKI tahun 1965, yang belum diketahui fiktif atau nyata keberadaannya.
"Kami menyita empat buku itu sebagai barang bukti. Tapi kami belum tahu apakah Sjam itu tokoh nyata atau fiktif," ujar Andy.
Sementara itu, dari sebuah toko swalayan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, tujuh buku disita. Kapolres Grobogan Ajun Komisaris Besar Indra Darmawan membenarkan penyitaan buku tersebut. "Ada informasi dari masyarakat yang kemudian kami tindak lanjuti," ujar Indra.
Indra menjelaskan pihaknya masih mendalami buku yang diduga berisi ajaran komunis tersebut. "Masih didalami isi dan maksud buku tersebut," katanya seperti dilansir dari Antara.
Lebih jauh Indra menegaskan, sejumlah saksi akan dimintai keterangan untuk mengetahui apakah ada unsur melanggar hukum peredaran buku itu.
"Temuan ini juga telah dikoordinasikan dengan Polda Jawa Tengah penanganan lebih lanjut," pungkasnya.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketiga tersangka yang ditangkap berinisial IK (34), AAR (22), dan RF (35).
Baca SelengkapnyaGawai, busur panah dan anak panah disita Densus dari sebuah rumah di Sukoharjo
Baca SelengkapnyaSekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, ponsel dan buku partai miliknya masih disita oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Baca SelengkapnyaSebanyak 514 DPC PDIP menggugat penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas penyitaan buku catatan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto.
Baca SelengkapnyaPun perihal penyitaan itu juga dilakukan karena kewenangan dari penyidik antirasuah untuk memburu Harun.
Baca SelengkapnyaKuasa hukum kubu Hasto, Ronny Talapessy mengungkapkan kronologi penyitaan buku dan ponsel Hasto.
Baca Selengkapnya514 DPC PDIP melayangkan gugatan terhadap penyidik KPK AKBP Rossa Purbo Bekti
Baca SelengkapnyaPenyitaan buku catatan milik Hasto tidak ada kaitannya dengan agenda politik apa pun
Baca SelengkapnyaKubu Hasto bahkan menyebut Megawati juga mengetahui pelaporan ke Dewas KPK dan Komnas HAM terkait penyitaan buku dan handphone dilakukan penyidik KPK.
Baca SelengkapnyaKetiga terduga teroris ditangkap berinisial BI, ST dan SQ.
Baca SelengkapnyaKasus MG terungkap setelah adanya laporan dari masyarakat.
Baca SelengkapnyaKuasa hukum kubu Hasto, Ronny Talapessy menyebut, buku catatan tersebut tidak ada kaitannya dengan kasus Harun Masiku.
Baca Selengkapnya