Soekarno, penengah kekuatan PKI dan TNI AD
Merdeka.com - Sebagai pemimpin besar yang sudah tersohor sampai ke penjuru dunia, Soekarno adalah tempat berlindung kekuatan-kekuatan politik yang ingin berebut pengaruh publik ketika itu. Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah salah satu yang mesra dengan sang proklamator pada era 1950an sampai pertengahan 1960an.
Kemesraan Bung Karno dan PKI yang ketika itu dipimpin DN Aidit memuncak pada tahun 1960, ketika sang pemimpin besar revolusi meluncurkan slogan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme). Dengan kata lain peran PKI sebagai mitra junior dalam pemerintahan Soekarno resmi dilembagakan.
PKI pun terpaksa melunak demi persekutuan dengan Soekarno . Soal poligami misalnya, Aidit meminta kader-kader Gerwani tak terlalu nyinyir mengecam poligami Soekarno . Padahal komunis biasanya paling keras menentang poligami. Begitu pula dengan perebutan tanah, jika bersengketa dengan orang Partai Nasionalis Indonesia, PKI diminta tak terlalu galak.
-
Siapa yang memimpin PPKI? Sejak kekelahan Jepang atas Sekutu, ia menjadi anggota dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bersama Ahmad Subarjo, Kasman Singodimedjo, dan tokoh-tokoh penting lainnya.
-
Mengapa Aidit meminta bertemu Presiden Soekarno? Setelah ditangkap, Aidit terus meminta dipertemukan dengan Presiden.
-
Kenapa Bung Karno menikahi Siti Oetari? 'Aku berutang budi pada Pak Tjokro dan aku mencintai Oetari, walau hanya sedikit. Bagaimana pun, bila aku perlu menikahi Oetari guna meringankan beban orang yang aku puja, itu akan kulakukan,' ujar Soekarno pada Cindy Adam, penulis buku Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
-
Kenapa Soekarno menikahi Siti Oetari? Kasih Sayang Soekarno Jembatan Peneleh Bung Karno pun menerima saran untuk menikahi Siti Oetari karena ia juga iba melihat gurunya terpuruk dalam kesedihan.
-
Kenapa Kartika Soekarno memilih jadi WNI? Meski memiliki darah Jepang di tubuhnya, Kartika rupanya tetap memilih menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).
Saat HUT PKI tahun 1965 pun poster Soekarno yang dibuat tokoh-tokoh Lekra jauh lebih besar daripada toloh komunis macam Lenin dan Stalin.
Namun kedekatan Bung Karno dan PKI bukan berjalan mulus tanpa gangguan. Adalah Angkatan Darat yang menjadi rival berat PKI dalam berebut pengaruh Soekarno .
Sebelum Nasakom dikumandangkan Bung Karno pada bulan Agustus 1959, Angkatan Darat sudah berupaya menggagalkan penyelenggaraan kongres PKI. Namun kongres akhirnya digelar sesuai jadwal, dan ditangani oleh Soekarno sendiri.
Sejumlah fakta sejarah membuktikan, Angkatan Darat mendapat dukungan dari Barat, terutama AS, yang sedang gencar menggalakan imperalisme ke dunia, sesuatu yang bertentangan dengan ideologi komunisme.
Kekhawatiran Barat terhadap makin digdayanya PKI menjadi-jadi ketika dukungan rakyat terhadap Bung Karno juga semakin masif. Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955 membuat popularitas Bung Karno meroket, bukan saja di dalam negeri, bahkan juga di luar negeri, sebagai pejuang anti imperialisme dan anti-kolonialisme.
Belum lagi pada tahun yang sama, pemilu pertama digelar dan PKI mendapat suara yang cukup signifikan dengan menduduki nomor 4 (16,34 %suara, 6 juta lebih pemilih), sesudah PNI (22,32% suara, 8 juta pemilih), Masyumi (20,92 % suara, 7,9 juta pemilih) dan Nahdatul Ulama (18,47 % suara, 6,9 juta pemilih).
Kekhawatiran Barat terhadap sikap Bung Karno dan PKI makin tidak keruan karena makin mesranya persahabatan sang presiden (didukung PKI) dengan RRT, Vietnam, Kamboja, Korea Utara waktu itu. Garis persahabatan dengan negara-negara komunis ini dikenal dengan nama poros Jakarta - Pnompenh – Hanoi – Peking – Pyongyang.
Namun baik PKI dan TNI AD tak ada yang melakukan ofensif. Soekarno menjadi penengah dengan bersikap netral pada kedua kekuatan itu.
Kekhawatiran AS yang telah menunggangi Angkatan Darat akhirnya pecah lewat peristiwa Gerakan 30 September 1965.
PKI yang dituding sebagai dalang pembunuhan oleh Angkatan Darat akhirnya dibumihanguskan. Jutaan pengikutnya dibantai sampai akhirnya Soekarno terjungkal dari kekuasaannya pada 1967. Saat kekuatan penengah itu tak ada, TNI meng-KO sekali pukul.
Sejarawan Asvi Warman Adam menyebutnya sebagai Kudeta Merangkak yang diskenariokan dan sukses dioperasikan Soeharto. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemberian gelar ini sempat dianggap kontroversial karena Soekarno dijadikan imam yang harus dipatuhi umat Islam di Indonesia.
Baca SelengkapnyaDia pun meminta kepada pihak-pihak yang ingin memurukkan nama Bung Karno agar kembali mempelajari sejarah.
Baca SelengkapnyaDi tengah panasanya penumpasan PKI, Jenderal Soeharto mengaku sempat mau dibunuh.
Baca SelengkapnyaMegawati sempat membahas tentang TAP MPR Nomor XXXIII/MPRS/1967.
Baca SelengkapnyaDikenal sebagai antitesis Soeharto, sosok Benny Moerdani ternyata memiliki kisah tak terungkap antara dirinya dan sang Presiden kedua RI. Simak ulasan berikut.
Baca SelengkapnyaDi masa Demokrasi Terpimpin Presiden Soekarno merumuskan politik luar negeri yang cenderung anti barat dan memihak kepada negara-negara Komunis.
Baca SelengkapnyaSoekarno yang mendengar isu Dewan Jenderal ini lantas berniat untuk menghadirkan para jenderal ke Istana.
Baca SelengkapnyaGerindra goda Demokrat dukung Prabowo lewat pantun.
Baca SelengkapnyaTanpa kenekatan mereka berdua, tidak akan lahir bapak proklamator Indonesia.
Baca SelengkapnyaAjakan tersebut disampaikan ketika bertemu dengan Prabowo saat Upacara 17 Agustus 2023.
Baca SelengkapnyaKota Surabaya menjadi tempat pertama kali belajar agama, menikah, dan bekerja.
Baca SelengkapnyaTak hanya CIA, ada sepak terjang Dinas Intelijen Israel di Jakarta saat penumpasan PKI. Apa peran mereka?
Baca Selengkapnya