Sultan HB X Ingin Manuskrip Naskah Milik Keraton di Inggris Dikembalikan
Merdeka.com - Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan banyak naskah manuskrip milik Keraton Ngayogyahadiningrat yang berada di Inggris. Naskah-naskah milik Keraton ini berpindah tangan usai dijarah Inggris ketika menduduki Keraton Yogyakarta pada 1812.
"Naskah pada masa HB II menurut sejarawan Profesor Joko Suryo ketika itu lebih dari 7.000 naskah yang dibawa ke Inggris," ujar Sultan HB X saat membuka simposium dalam rangka peringatan 30 tahun dirinya bertakhta, di Hotel Royal Ambarukmo, Selasa (5/3).
Upaya mengembalikan naskah manuskrip milik Keraton itu sudah dilakukan sejak masa kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri. Saat itu ada perjanjian kebudayaan antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Inggris
-
Siapa yang pernah mendiami Istana Negara Yogyakarta? Gubernur Belanda yang pernah mendiami tempat itu antara lain J.E Jasper (1926-1927), PRW van Gesseler Verschuur (1929-1932), H.M de Kock (1932-1935), J. Bijilevel (1935-1940), dan L. Adam (1940-1942).
-
Apa saja dokumen Raja Inggris? Ketika bepergian ke luar negeri, Anda perlu membawa dokumen penting berupa paspor. Namun, di dunia ini ada tiga orang yang dikecualikan dari aturan ini. Sehingga mereka tidak memerlukan paspor untuk bepergian ke mana pun di dunia. Melansir dari laman News18, alih-alih paspor, dikeluarkan atas nama Raja atau Ratu Inggris Raya mereka hanya membawa dokumen atas nama mereka.
-
Apa peninggalan Kerajaan Tarumanegara? Peninggalan-peninggalan ini dapat memberi pandangan yang menarik tentang peradaban kuno kala itu.
-
Dari mana Sri Sultan HB I pindah ke Yogyakarta? Tepat hari ini, 7 Oktober pada 1756Sri Sultan Hamengku Buwono I pindah dari Kebanaran menuju Yogyakarta.
-
Siapa yang membangun Keraton Yogyakarta? Kemudian pada bulan April 1755, Sultan HB I membangun Kraton Yogyakarta.
-
Dimana manuskrip kuno ini disimpan? Menurut Kessel dan timnya, hanya dua manuskrip yang diketahui berisi terjemahan kitab suci Suriah kuno. Keduanya disimpan dengan aman di Perpustakaan Inggris di London dan Biara St. Catherine di Gunung Sinai, Mesir.
Saat itu Sultan HB X menceritakan dirinya memasukkan poin pengembalian naskah milik Keraton. Poin itu kemudian ditindaklanjuti oleh Kraton.
"Saya ngisinya (poin perjanjian) bisa tidak saya mendapatkan sesuatu terhadap naskah Keraton Yogyakarta entah itu dikembalikan entah baik itu fotocopy, digital atau apapun yang penting kami tahu naskah Keraton Yogyakarta yang ada di British itu kami dapat," urai Sultan HB X.
Pascaperjanjian antara Indonesia dengan Inggris, Sultan HB X pun menyurati British Library. Negosiasi pun sempat beberapa kali dilakukan termasuk dengan datang ke British Library dan melihat naskah manuskrip milik Keraton.
Dari proses negosiasi yang panjang akhirnya 75 naskah manuskrip pun dikembalikan oleh British Library ke Keraton. Hanya saja naskah yang dikembalikan bukanlah naskah asli melainkan versi digital.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berada di Skotlandia, prasasti ini ingin dipulangkan ke Jawa Timur
Baca SelengkapnyaSri Sultan Hamengku Buwono I adalah pelopor dalam berdirinya Kesultanan Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaPemerintah Belanda akan mengembalikan ratusan artefak berharga yang diambil dari Indonesia.
Baca SelengkapnyaTerkait penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan, Menteri ATR/Kepala BPN menyampaikan, harapan besarnya adalah aset kasultanan ini bisa terjaga.
Baca SelengkapnyaBangunan itu dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VII, tepatnya antara tahun 1877-1921.
Baca SelengkapnyaKeraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta menggelar rangkaian hajad dalem Sekaten.
Baca SelengkapnyaSelain Pendiri dan Raja Pertama Kesultanan Yogyakarta, Hamengku Buwono I juga sosok arsitek kerajaan.
Baca SelengkapnyaSebagian besar artefak dicuri setelah perang brutal tahun 1906 yang menewaskan sekitar 1.000 orang Bali.
Baca SelengkapnyaArtefak yang direpatriasi diambil selama intervensi Belanda di Bali tahun 1906, dan arca-arca dari Candi Singhasari.
Baca SelengkapnyaMotif kaligrafi tersebut kabarnya dibuat oleh keturunan kerajaan yang sempat mengungsi untuk menghindari kejaran Belanda.
Baca SelengkapnyaSelama pemerintahannya, Raffles banyak melakukan diplomasi dengan banyak kerajaan untuk mendapat pengakuan atas kedaulatan Inggris
Baca SelengkapnyaMereka sempat tinggal selama tiga setengah bulan di Istana Windsor, Inggris.
Baca Selengkapnya