Suparni, manusia tertua di Yogyakarta bisa bahasa Belanda dan Jepang
Merdeka.com - Hidup hingga berusia lebih dari seratus tahun tak pernah dibayangkan oleh Suparni, warga Padukuhan Sandang, Kelurahan Tanjungharjo, Kecamatan Nanggulan, Kulonprogo, DIY. Saat ini, Suparni mengaku berusia 117 tahun. Usia ini jauh di atas rata-rata umur manusia saat ini.
Mbah Suparni, demikian dia biasa disapa, meskipun sudah berusia 117 tahun tapi tak menghalangi kemampuan fisiknya untuk berkegiatan. Mbah Suparni masih memiliki penglihatan dan pendengaran yang cukup baik. Bahkan Mbah Suparni masih melakukan aktivitas fisik untuk menafkahi kehidupannya.
Mbah Suparni setiap harinya masih beraktivitas menjual jamu, kain selendang bahkan membuat tali tampar atau tambang. Untuk jamu dan kain selendang, Mbah Suparni biasanya menjualnya berkeliling desa sedangkan untuk membuat tali tampar akan dijual kepada pengepul.
-
Siapa yang menunjukkan semangat aktif di usia tua? Seseorang yang telah lanjut usia justru cenderung ingin lebih aktif, seolah-olah ingin mengingat kembali masa-masa muda mereka.
-
Kenapa kakek-kakek ini tetap aktif di usia tua? Semangat kakek-kakek ini menunjukkan bahwa mereka hidup sepenuhnya. Mereka terlibat dalam berbagai kegiatan, mulai dari olahraga ekstrem hingga mengejar hobi yang unik.
-
Bagaimana kakek-kakek ini tetap aktif? Penuaan tampaknya tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk tetap aktif.
-
Bagaimana pria lebih tua menunjukkan stabilitas? Pria yang lebih tua biasanya sudah memiliki karir yang lebih mapan dan keuangan yang lebih stabil.
-
Apa arti nama Supit Urang? Inilah yang dinamakan Lorong Supit Urang, yang dalam bahasa Indonesia artinya lorong penjepit udang.
-
Apa yang Mbah Sugiyarno pakai selama 40 tahun? Mbah Sugiyarno (76) merupakan warga Desa Semanggi, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora. Pria paruh baya itu sudah menggunakan topi laken antik berbahan tunggak kayu jati Blora sejak tahun 1983. Terhitung sejak saat itu hingga kini, Mbah Sugiyarno sudah memakai topi laken selama 40 tahun.
"Membuat tali tampar cuma buat sambilan saja. Yang utama itu jualan jamu dan selendang keliling desa setiap siang," ujar Suparni dalam bahasa Jawa, Kamis (6/7).
Meski mengaku berumur 117 tahun, Mbah Suparni sama sekali tak ingat kapan tanggal maupun tahun lahirnya. Pasalnya di masa Mbah Suparni kecil tak semua kelahiran bayi dicatat. Pihak kecamatan kala itu hanya mencatat anak atau bayi lahir dari keluarga terpandang, sedangkan rakyat biasa tidak dicatat kelahirannya.
Mbah Suparni mengaku bahwa saat tahun 1945 dirinya pindah ke Kulonprogo setelah dinikahi oleh Karto Pawiro. Mbah Suparni sendiri mengatakan bahwa dirinya lahir di Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah dan pindah ke Kulonprogo usai menikah.
Dari pernikahannya dengan Karto Pawiro, Mbah Suparni dikaruniai dua anak. Sayangnya pernikahannya dengan Karto Pawiro harus kandas usai sang suami memilih merantau ke Metro, Lampung tahun 1965.
"Saya tidak punya surat-surat (KTP KK). Dulu surat saya dibawa adik. Tapi saya masih ingat saat zaman Belanda," terang Mbah Suparni.
Pernah hidup di zaman penjajahan Belanda, Jepang dan di era kemerdekaan membuat Mbah Suparni memiliki kemampuan berkomunikasi dengan tiga bahasa yaitu Belanda, Jepang dan Indonesia. Mbah Suparni pun masih fasih menggunakan bahasa tersebut. Bahkan Mbah Suparni juga fasih menyanyikan beberapa lagu yang dipelajarinya saat zaman Belanda dan Jepang.
Anak Mbah Suparni, Tukiyem (65) menyampaikan bahwa ibunya memang berusia 117 tahun. Meskipun demikian, Mbah Suparni tak memiliki dokumen apapun yang menunjukkan tanggal maupun tahun kelahirannya.
"Kalau cerita ibu, dirinya tahu zaman Belanda. Bahkan ibu menikah di tahun Indonesia merdeka atau tahun 1945. Sayangnya tidak ada bukti-bukti kelahiran Ibu," ucap Tukinem.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bagi Mbah Suparni, menjaga pikiran adalah kunci agar kondisi jiwa raga tetap sehat.
Baca SelengkapnyaTak banyak yang tahu, Mbah Harjo Mislan Jemaah haji tertua se-Indonesia pernah ikut perang melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaMbah Sakinem ialah imigran Jawa yang kini tinggal di Suriname. Ia disebut menjadi saksi hidup satu-satunya perjalanan para imgiran Jawa ke Suriname.
Baca SelengkapnyaSosoknya mulai menjadi sorotan usai tetangganya mengabadikan tindakan terpuji sekaligus profesi mulianya ini.
Baca SelengkapnyaBaru lulus sekolah pada usia senja, nenek 116 tahun tampak masih segar bugar.
Baca SelengkapnyaSeorang pria tua berusia 80 tahun sukses mencuri perhatian. Awalnya, kakek tua itu tengah berusaha menyeberang jalan raya.
Baca SelengkapnyaViral kakek 84 tahun berhasil wisuda jadi lulusan tertua. Sosoknya dulu anggota TNI.
Baca SelengkapnyaPria tua ini bukanlah orang sembarangan. Dia masih memiliki darah keturunan Kerajaan Majapahit. Pesan leluhurnya juga masih dipegang teguh. Bahkan kakek ini juga masih menjunjung tradisi ageman Jawa Kuno.
Baca SelengkapnyaSimak potret cucu Suti Karno 'Mpok Atun' yang sudah fasih berbahasa inggris meski baru masuk TK!
Baca SelengkapnyaSosoknya benar-benar sabar menjalani kehidupan. Syarif pun tetap semangat mengajar ngaji anak-anak di kampungnya, meski kondisi tubuhnya kekurangan.
Baca SelengkapnyaIa berangkat haji didampingi anak, menantu, dan besannya.
Baca SelengkapnyaDia dikenal sebagai Dokter Air Putih saat di Belanda.
Baca Selengkapnya