Terbentur adat, pembangunan gedung Kemenkeu di Manokwari mangkrak
Merdeka.com - Pembangunan gedung Kementerian Keuangan di Kabupaten Manokwari, Papua Barat, terpaksa dihentikan karena terbentur hukum adat setempat. Gedung yang sudah sekitar 60 persen pembangunannya ini, dihentikan lantaran belum membayar uang ganti rugi oleh pemilik tanah yang merupakan warga asli Papua Barat.
"Kalau di sini, mau beli tanah. Pertama kali urus proses ulayat tanahnya dulu. Kalau perlu seluruh ahli waris dituntaskan. Baru urus surat resmi kalau tidak nanti dipalang," kata salah satu Warga Manokwari bernama Julius di Manokwari, Papua Barat, Minggu (10/5).
Julius mengatakan, terhentinya proses pembangunan gedung Kemenkeu ini sudah lebih dari satu tahun. Saat itu, warga asli Papua Barat, dan juga ahli waris, menggeruduk lokasi dan memberhentikan seluruh proses pengerjaan.
-
Siapa yang terlibat dalam konflik Papua? Gerakan Papua Merdeka semakin terorganisir melalui budaya, sosial, politik luar negeri, senjata, bahkan berhasil menarik perhatian aktivis NGO.
-
Siapa saja penduduk Pulau Masakambing? Mengutip Instagram @jantungnusantara, penduduk pulau ini merupakan suku Bugis dan suku Madura.
-
Bagaimana solusi penyelesaian konflik Papua? Semua itu dilakukan melalui pendekatan pengakuan hak sipil politik, ekonomi sosial budaya, memperkuat pendidikan untuk kesadaran hak, dan memperkuat kualitas SDM anak muda dengan pendidikan adat dan pendidikan nasional.
-
Apa yang ditemukan di Papua? Viral Penemuan Tank Terkubur di Dalam Tanah di Papua, Diduga Peninggalan Perang Dunia II
-
Siapa yang melakukan pemalakan? Dijelaskan bahwa oknum di PPDS Anestesi Undip ini meminta uang senilai Rp20-40 juta. Permintaan uang ini bahkan berlangsung sejak dokter Risma masuk PPDS Anestesi sekitar bulan Juli hingga November 2022 lalu. 'Dalam proses investigasi, kami menemukan adanya dugaan permintaan uang di luar biaya pendidikan resmi yang dilakukan oleh oknum-oknum dalam program tersebut kepada almarhumah Risma. Permintaan uang ini berkisar antara Rp20-Rp40 juta per bulan,' ungkap Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril pada Minggu (1/9).
-
Apa itu tradisi bakar batu di Papua? Bakar batu adalah ritual memasak bersama dengan menggunakan batu-batu panas yang ditata di tanah sebagai pengganti kompor. Biasanya, warga memasak menu makanan lengkap yang terdiri dari umbi-umbian, sayuran, daging, dan ikan dengan metode ini. Makanan dibungkus dengan daun pisang atau daun kelapa, lalu diletakkan di antara batu-batu panas dan ditutup dengan tanah atau dedaunan untuk menjaga panasnya.
"Ini disegel adat karena persoalan ulayat belum selesai. Ini sudah 1 tahun. Mereka (suku) minta biaya Rp 500 miliar dulu baru boleh kembali dikerjakan," paparnya..
Permintaan tersebut, tentunya tidak bisa disanggupi oleh pihak pemerintah. Hingga saat proses negosiasi terhadap salah satu suku di Papua Barat masih terus dilakukan.
"Sampai sekarang terus negosiasi, tapi gak selesai-selesai," jelas Julius.
Julis melanjutkan, selain gedung Kementerian Keuangan, gedung pemerintahan lainnya yang dipalang (disegel) karena masalah hukum adat adalah milik perwakilan Kementerian Perhubungan yang berada di Komplek kantor Pemerintahan Papua Barat. Di sana, ada tulisan tanah dan bangun dimiliki oleh suku tertentu
"Ini juga sama dipalang juga ini pembangunannya. Tapi kalau ini sudah jadi gedungnya," pungkasnya. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tagar 'All Eyes on Papua' menggema di media sosial setelah 'All Eyes on Rafah' digemakan oleh warganet untuk menyuarakan empati untuk warga Palestina.
Baca SelengkapnyaTNI Polri akan bertindak tegas dengan penegakan hukum terhadap aksi KKB.
Baca SelengkapnyaPembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, dikhawatirkan mengusir masyarakat adat dari tanahnya.
Baca SelengkapnyaOtorita IKN bertanggung jawab untuk melindungi masyarakat sekitar.
Baca SelengkapnyaViral video kericuhan antara anggota Polresta Padang dengan masyarakat Air Bangis dan Pasaman Barat
Baca SelengkapnyaPenutupan SD Inpres Pajjaiang dilakukan hingga tiga hari karena menunggu hasil perundingan antar ahli waris.
Baca SelengkapnyaKonflik itu disebabkan adanya penyanderaan salah seorang karyawan perusahaan.
Baca SelengkapnyaAksi ini dilakukan untuk mencabut izin dua perusahaan kelapa sawit di Boven Digoel dan Sorong yang mengancam hutan adat.
Baca SelengkapnyaTagar All Eyes On Papua viral sebagai bentuk protes penolakan pembangunan perkebunan sawit di Boven Digoel.
Baca SelengkapnyaPada aksi yang kelima ini jumlah massa terlihat semakin sedikit dan anak-anak yang ikut juga semakin berkurang.
Baca SelengkapnyaKomnas HAM menerima banyak aduan terkait PSN di Merauke.
Baca SelengkapnyaSatpol PP bersama tim Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) menyegel satu unit bangunan di Garut, Jawa Barat, Rabu (3/7).
Baca Selengkapnya