Uang Rp24 Juta Ragam Nominal Ditemukan di Jalan Samarinda, Kondisinya Disobek-sobek
Bank Indonesia memastikan uang itu asli dan bisa ditukarkan dengan uang baru meski terbelah dua.
Bank Indonesia memastikan uang itu asli dan bisa ditukarkan dengan uang baru meski terbelah dua
Uang Rp24 Juta Ragam Nominal Ditemukan di Jalan Samarinda, Kondisinya Disobek-sobek
Polisi menemukan uang kertas asli beragam pecahan senilai Rp24 juta di Samarinda. Kondisinya disobek-sobek.
Bank Indonesia memastikan uang itu asli dan bisa ditukarkan dengan uang baru meski terbelah dua.
Kejadian itu adalah yang pertama kalinya di Indonesia.
Temuan uang itu berawal dari ditemukannya seorang pria diduga orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) kondisi meninggal dunia, hari Jumat 16 Juni 2023, di depan warung makan kawasan Jalan Flores, Samarinda.
Tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (INAFIS) Satreskrim Polresta Samarinda tiba di lokasi dilaporkan, dan mengevakuasi jenazah ke RSUD Abdul Wahab Syachranie Samarinda.
Saat itu, jenazah pria itu tanpa identitas. Pemilik warung maupun warga sekitar Jalan Flores pun tidak mengenal namanya. Lantaran tidak dikenal, dan tidak ada keluarga yang datang ke kamar jenazah, tim INAFIS kemudian memakamkan jenazah pria itu di Pemakaman Muslimin di Jalan Sentosa, Samarinda, sehari kemudian, Sabtu 17 Juni 2023.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara, tim INAFIS menemukan plastik berisi uang berbagai pecahan Rp2 ribu hingga Rp100 ribu. Kondisinya mengejutkan, uang kertas itu kesemuanya terbelah. Bahkan uang kertas setipis itu ada yang terbelah habis.
"Plastik berisi uang kertas rupiah itu disobek jadi dua oleh korban," kata Kasat Reskrim Polresta Samarinda Kompol Rengga Puspo Saputro, dalam penjelasan resmi di kantornya, Kamis (6/7).
Semua uang itu diamankan sementara tim INAFIS. Media sosial pun jadi sarana kepolisian mencari keluarganya di Samarinda. Hingga akhirnya, datang seorang wanita bernama Arida Nimiwaty (63) ke kantor Unit INAFIS Satreskrim Polresta Samarinda di Jalan Mulawarman.
Berbekal kartu keluarga, Arida memastikan pria yang meninggal dan dimakamkan itu adalah kakak kandungnya, Ahmad Sutiardi, berusia 66 tahun.
INAFIS terus mendampingi Arida. Bahkan membawa uang kondisi terbelah itu ke Bank Indonesia Perwakilan Kaltim di Samarinda. Bank Indonesia memastikan uang kertas itu asli, dan bisa ditukar apabila uang yang terbelah itu bisa ditempel kembali. "Kami koordinasi ke Bank Indonesia dan uang kertas itu bisa ditukar dengan uang baru. Totalnya Rp24.150.000. Bank Indonesia merespons langkah kami karena itu adalah hak korban dan keluarganya," ujar Rengga. Dalam kesempatan itu, secara simbolis, Rengga menyerahkan uang kertas baru yang ditukarkan di Bank Indonesia, kepada Arida. "Kami membantu menukarkan yang ini ke Bank Indonesia, kami serahkan secara simbolis kepada keluarga korban. Semoga dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya," sebut Renggga.Kepala Sub Unit INAFIS Satreskrim Polresta Samarinda Aiptu Harry Cahyadi menjelaskan, dia bersama tim INAFIS berusaha membantu Arida dengan menempelkan kembali uang yang dibelah-belah Almarhum Ahmad Sutiardi, hingga ditukarkan kembali ke Bank Indonesia, hari Selasa 4 Juli 2023. Dari penjelasan Bank Indonesia, uang kertas bisa dibelah-belah itu adalah temuan pertama kali di Indonesia. Biasanya, kondisinya robek atau terbakar. "Jadi, sesuai arahan Bank Indonesia, uang kertas yang benar-benar terbelah dua, kami cari dulu pasangannya dan dilem lagi, baru bisa ditukar. Sisanya, ada sekira Rp700 ribu yang tidak bisa ditukarkan karena sudah rusak. Segera akan kami musnahkan," terang Harry. "Waktu kami evakuasi, dan gali keterangan dengan warga sekitar ditemukannya jasad korban, uang-uang kertas itu adalah pemberian warga yang iba dengan korban. Jadi, uang itu kami temukan dalam plastik, di dalam sarung yang digunakan korban waktu itu. Menurut warga, setiap hari memang korban semasa hidup, membelah-belah uang itu," tambah Harry.
Masih meneruskan penjelasan Bank Indonesia Kantor Perwakilan Kalimantan Timur, temuan itu akan dilaporkan ke kantor pusat Bank Indonesia di Jakarta.
Sementara Arida bercerita, semasa hidup, kakaknya Ahmad Sutiardi itu memang berperilaku berbeda sejak lama. Meski demikian dia tidak tahu persis apakah Ahmad Sutiardi tergolong ODGJ. "Kalau dibilang ODGJ, pengetahuannya tentang Bahasa Inggris dan Matematika, masih bagus. Tapi dia itu seperti maunya mengasingkan diri dari rumah," kata Arida.
Arida bilang, Sutiardi mengasingkan diri sejak tahun 1978, atau selama 45 tahun ini. Uang dari pemberian warga yang iba dengan almarhum semasa hidup, akan digunakan di antaranya untuk biaya pemakaman dan donasi sosial untuk panti asuhan.
"Semasa hidup almarhum, sudah sering kami minta pulang. Tapi kakak saya ini tidak mau pulang. Saya sangat berterima kasih kepada Polresta Samarinda, tim INAFIS, atas bantuannya selama ini memakamkan kakak saya, dan pendampingan hingga ke Bank Indonesia. Uang almarhum akan kami gunakan untuk keperluan sosial," tutup Arida. Kontributor Samarinda: Saud Rosadi