Waspada Penyakit Mulut dan Kuku, Perhatikan Hal Ini Ketika Anda Beli Daging di Pasar
Merdeka.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan temuan penyakit mulut dan kuku (PMK). Kemenkes pun meminta masyarakat tak perlu khawatir karena penyakit mulut dan kuku hanya terjadi pada hewan.
Namun masyarakat selaku konsumen diminta tetap harus mewaspadai penyebaran virus penyakit mulut dan kuku ke lingkungan yang dapat menular ke hewan ternak melalui daging dan susu. Berikut tips memilih daging di tengah merebak penyakit mulut dan kuku.
"Ketika sampai di rumah, daging jangan dicuci tetapi langsung direbus minimal 30 menit atau disimpan di kulkas minimal 24 jam," kata Kabid Peternakan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus Agus Setiawan melalui Kepala Seksi Peternakan Sidi Purnomo di Kudus, Rabu (11/5).
-
Siapa yang harus waspada dengan daging kambing? Jika Anda sudah memiliki masalah kolesterol tinggi atau penyakit jantung, makan daging kambing berlebihan dapat memperburuk kondisi kesehatan Anda.
-
Bagaimana cara aman makan daging sapi? Agar tidak khawatir kolesterol dapat meningkat setelah makan daging sapi, ada setidaknya 5 tips yang dapat dipraktikkan: Tidak makan daging berlebihan. Angka aman yang direkomendasikan adalah 1-3 kali makan daging per pekan dengan berat 56-85 gram per porsi.
-
Bagaimana jika makanan hewan terkontaminasi? Menurut Dana Hunnes, asisten profesor di Fielding School of Public Health di University of California, Los Angeles (UCLA), mengonsumsi pet food bisa berbahaya bagi manusia jika makanan tersebut terkontaminasi.
-
Siapa yang harus menghindari daging sapi? Orang dengan kolesterol tinggi sebaiknya tidak mengonsumsi daging sapi secara teratur. Daging sapi termasuk dalam kelompok daging merah yang kaya akan lemak, terutama lemak jenuh.
-
Bagaimana cara memastikan daging sapi aman? Dengan memahami bagian sapi yang harus dihindari, kita dapat memastikan bahwa kita mengkonsumsi daging sapi yang aman dan seimbang.
-
Bagaimana cara mencegah efek buruk dari konsumsi daging merah? Kalian bisa memilih potongan daging sapi yang tidak memiliki lemak untuk mencegah kolesterol tinggi.
Dia mengatakan, jika daging ingin dibekukan simpan terlebih dahulu di kulkas minimal 24 jam. Sedangkan daging jeroan harus langsung direbus di air mendidih minimal 30 menit, termasuk ketika membeli susu juga direbus hingga mendidih minimal selama 5 menit.
Gejala Penyakit Mulut dan Kuku Pada Hewan
Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus mengungkapkan gejala penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak. Gejala itu yakni demam tinggi antara 39-41 derajat Celsius, air liur berlebih dan berbusa, sebagian ada luka lepuh di lidah dan mukosa rongga mulut, pincang pada kaki, dan diakhiri lepasnya kuku, tidak mau makan, sulit berdiri atau gemetar, dan nafas cepat.
"Penyakit mulut dan kuku tersebut tidak dapat menular atau menginfeksi ke manusia dan tidak dapat ditularkan melalui daging dan susu ke manusia," kata dia.
Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus juga meningkatkan pengawasan terhadap hewan ternak untuk mengantisipasi penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak. Pengawasan dilakukan menyusul adanya temuan kasus PMK di daerah lain.
"Hewan ternak yang kami awasi, mulai dari sapi, kerbau, kambing, babi, dan domba," kata Sidi Purnomo.
Dia mengatakan, pemantauan hewan ternak di Kabupaten Kudus, tidak hanya di peternak, melainkan juga ke pedagang dengan melakukan komunikasi dan memberikan informasi serta edukasi.
Dia mengungkapkan pemantauan terhadap hewan ternak dimulai sejak Senin (9/5), namun hingga kini belum ditemukan adanya hewan ternak yang mengarah ke penyakit mulut dan kuku.
Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Menular ke Manusia
Ahli Kesehatan Masyarakat Veteriner IPB (Institut Pertanian Bogor), drh Denny W Lukman menjelaskan lebih detail soal penyakit mulut dan kuku. Dia membenarkan penyakit tersebut hanya terjadi pada hewan dan tidak menular ke manusia.
"PMK tidak menular ke manusia, jadi tidak masuk dalam kategori Zoonosis," katanya kepada merdeka.com, Selasa (10/5).
Denny menyebut, penyakit mulut dan kuku sangat menular. Penyakit ini disebabkan virus Aphtovirus dari famili Picornaviridae. Ada tujuh setotipe virus yakni O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3, dan Asia 1. Virus penyebab penyakit mulut dan kuku yang pernah ada di Indonesia tahun 1983 hanya serotipe O.
Menurutnya, hewan yang terserang penyakit mulut dan kuku ialah Ruminansia (sapi, kerbau, kambing, domba, rusa), babi, unta, dan beberapa hewan liar. Secara percobaan, virus penyakit mulut dan kuku dapat menginfeksi antara lain kelinci, marmut, tikus, dan hamster.
Bagi hewan yang terjangkit penyakit mulut dan kuku, gejala klinis yang muncul seperti demam tinggi bisa mencapai 41 derajat Celcius, pembengkakan limfoglandula mandibularis, dan hipersalivasi (air liur berlebihan). Kemudian adanya lepuh dan erosi sekitar mulut, moncong hidung, lidah, gusi, kulit sekitar kuku dan puting kambing.
Denny mengatakan daya tahan virus penyebab penyakit mulut dan kuku sangat bervariasi. Namun umumnya mereka bertahan pada air yang tergenang hingga 50 hari, rumput 74 hari, tanah 26 sampai 200 hari, feses kering 48 hari, dan feses basah 8 hari. Lalu cairan feses (manur) 34 sampai 43 hari, bahkan dalam limfonodus, sumsum tulang, tetesan darah, jeroan bisa bertahan beberapa bulan.
Virus penyebab penyakit mulut dan kuku banyak terdapat dalam jaringan, sekresi dan eksresi sebelum dan pada waktu timbulnya gejala klinis. Penyakit ini bisa menular ke hewan lain. Penularannya melalui kontak dengan hewan atau bahan tercemar, jalur inhalasi (pernafasan), ingesti (mulut/makan) dan melalui perkawinan alami ataupun buatan.
Meski sangat menular, penyakit mulut dan kuku dapat dikendalikan. Upaya pengendaliannya antara lain, jika ada hewan demam tinggi atau sakit segera laporkan ke Dokter Hewan atau Puskeswan atau Dinas. Kemudian jika hewan sakit dipisahkan dan jangan dijual, tidak memotong hewan sakit, menjaga kebersihan kandang, alat, dan orang yang menangani hewan.
Denny menjelaskan, secara ilmiah telah dibuktikan oleh penelitian yang telah dipublikasi bahwa virus penyakit mulut dan kuku tidak dapat bertahan hidup dalam daging (deboned and deglanded) yang telah mengalami rigor mortis. Namun, masih bertahan hidup pada hati, ginjal, rumen, dan darah yang dibekukan.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Budi mengingatkan, bila ada hewan yang mati mendadak, masyarakat perlu memanggil petugas untuk mengetahui apakah terpapar antraks atau tidak.
Baca SelengkapnyaHasil pemeriksaan menunjukkan sate daging, gulai daging dan krengsengan daging positif bakteri Salmonella sp.
Baca SelengkapnyaBeberapa bagian sapi dapat mengandung kontaminan yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk tahu bagian mana yang harus dihindari.
Baca SelengkapnyaKucing memiliki risiko persebaran penyakit ke manusia yang perlu kita waspadai.
Baca SelengkapnyaAktivis PETA mengingatkan masyarakat bahwa kondisi pasar hewan hidup yang kumuh berpotensi menciptakan penyebaran baru bagi penyakit zoonosis yang mematikan.
Baca SelengkapnyaCacar monyet termasuk penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Untuk menghentikan penularannya, penting untuk mengetahui tips-tips pencegahannya.
Baca SelengkapnyaKarena akasan kesehatan, sejumlah hewan ekstrem dikonsumsi manusia. Walau begitu ada bahayanya.
Baca SelengkapnyaMasuknya virus flu babi ke Sulut karena ada unsur kelalaian manusia yang membawa ternak babi masuk ke Sulut melalui jalan tikus.
Baca SelengkapnyaPeneliti mengidentifikasi total 125 spesies virus saat meneliti ratusan ekor hewan yang mati di peternakan bulu.
Baca SelengkapnyaKontaminasi silang adalah perpindahan bakteri atau kuman dari satu bahan makanan ke bahan makanan lainnya, yang dapat menyebabkan penyakit atau keracunan.
Baca SelengkapnyaSejumlah bagian tubuh ternyata tidak boleh kita sentuh sembarangan, terutama dengan kondisi tangan yang belum steril.
Baca SelengkapnyaVirus nipah (NiV) adalah virus yang dapat menular dari hewan ke manusia atau dari manusia ke manusia. Virus ini dapat menyebabkan gejala yang beragam.
Baca Selengkapnya