Elektabilitas Capres-Cawapres Stagnan, Mesin Partai Politik Dinilai Tak Maksimal
Merdeka.com - Pengamat politik, Emrus Sihombing menilai elektabilitas dua pasangan capres-cawapres di masa kampanye sejak September hingga April tidak ada perubahan signifikan. Sejauh ini hasil survei sejumlah lembaga survei menunjukkan elektoral capres-cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf masih unggul dari capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo-Sandiaga.
Hasil survei terbaru dari litbang Kompas menunjukkan, Jokowi-Ma'ruf mendapat perolehan suara 49,2 persen, sedangkan Prabowo-Sandi 37,4 persen. Sebanyak 13,4 persen masih merahasiakan pilihannya dan margin of error kurang lebih 2,2 persen.
Jika dilihat persentase margin of error, Emrus mengatakan hal tersebut masih berada dalam batas wajar. Sebab, dalam penelitian sosial, batas toleransi margin error berada di angka 5 persen. Dengan data hasil survei selama ini, tidak bisa otomatis dijadikan sebagai gambaran kemenangan.
-
Mengapa masa kerja PPK Pilkada 2024 relatif panjang? Masa kerja PPK Pilkada 2024 yang relatif panjang ini, mencakup berbagai tahapan penting dalam pelaksanaan Pilkada.
-
Apa penyebab perselisihan hasil pemilu? Perselisihan hasil pemilu merujuk pada ketidaksepakatan atau konflik yang timbul terkait dengan proses pemilihan umum.
-
Apa peran partai politik dalam memilih Wapres? Namun peranan Partai Politik, hanya sekadar memberi saran, tidak dominan seperti dalam Pilpres kali ini dalam memutuskan calon.
-
Kenapa sengketa Pilpres 2024 dianggap kompleks? 'Kita tetap akan optimistis sepanjang yang secara maksimal bisa kami lakukan,' kata Suhartoyo di Pusdiklat MK, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, seperti dikutip Kamis (7/3). Meski dalam batas penalaran yang wajar, Suhartoyo menjelaskan bahwa waktu 14 hari terasa tidak mungkin menyidangkan dan memutus sengketa hasil yang kompleks dengan dugaan kecurangan. Apalagi jika pihak berperkara yang mengajukan bisa lebih dari satu pihak. Namun, berkaca pada periode 2019, Suhartoyo menegaskan MK bisa bekerja sesuai waktu yang ditetapkan.
-
Siapa saja caleg petahana yang gagal di Pemilu? Sederet petahana calon legislatif (caleg) yang sempat menimbulkan kontroversi di DPR terancam tak lolos parlemen pada Pemilu 2024. Hal itu diprediksi dari rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilu 2024 tingkat nasional yang telah disahkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI.
-
Apa itu koalisi di bidang politik? Penggunaan istilah 'koalisi' dalam bidang politik ini ternyata dapat merujuk pada sebuah strategi khusus guna meraih kedudukan dalam pemerintahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah 'koalisi' memiliki arti kerja sama antara beberapa partai untuk memperoleh suara dalam parlemen.
"Adalah yang mengejutkan naik 10 persen baru bisa kita prediksi mendekati kemenangan dan mendekati kekalahan," ujar Emrus dalam satu diskusi Mengukur Berbagai Hasil Survei, di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (20/3).
Kecenderungan stagnasi terhadap dua pasangan capres-cawapres ditengarai lantaran kurang maksimalnya kinerja partai koalisi. Padahal, durasi masa kampanye Pemilu, pemilihan Presiden dan legislatif, kali ini sangat panjang. Kurang gregetnya partai boleh jadi karena fokus yang terpecah antara kampanye legislatif dan Pilpres.
"Saya menduga mesin politik partai belum bekerja maksimal. Boleh jadi, saya melihat teman-teman di timses adalah caleg juga sibuk di dapil mereka masing-masing, seharusnya timses jangan caleg," katanya.
Dia menyebut tim pemenangan kedua kubu sedianya kembali membangun komunikasi dan memastikan mesin kerja partai koalisi berjalan baik. Sehingga tidak menimbulkan swing partai.
"Oleh karena itu partai politik dan kader harus militan partai jangan sampe swing partai lah. Swing voters boleh karena itu hak mereka, tapi jangan sampai swing partai," ucapnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
LSI Denny JA mengungkapkan kehadiran Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum PSI belum membuat elektabilitas partai naik.
Baca SelengkapnyaTerdapat 41 daerah yang hanya memiliki satu pasangan calon kepala daerah atau calon tunggal pada Pilkada Serentak 2024 berdasarkan data per Rabu (4/9).
Baca SelengkapnyaDebat diyakini tidak bakal banyak mengubah peta elektabilitas para calon presiden.
Baca SelengkapnyaDari sisi kekuatan wilayah, Anies-Muhaimin mengalami penurunan dukungan di Sumatera. Dari 36,8 persen menjadi 29,2 persen.
Baca SelengkapnyaPutusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menuai kontroversi ternyata mempengaruhi elektabilitas para capres.
Baca SelengkapnyaMenurut Khoirunnisa, keberadaan pendukung dengan jumlah yang banyak justru membuat suasana di lokasi debat menjadi riuh.
Baca SelengkapnyaNamun, hal itu berbanding terbalik dengan suara PDI Perjuangan yang tinggi pada Pemilu 2024 ini
Baca SelengkapnyaHari pencoblosan Pemilu semakin dekat. Empat lembaga survei memotret elektabilitas para Capres Cawapres.
Baca SelengkapnyaMenurut laporan, Ganjar-Mahfud menghabiskan dana kampanye Rp506 miliar, tepatnya Rp506.892.847.566.
Baca SelengkapnyaHasil Survei CSIS mengungkapkan rata-rata pemilih partai belum solid mendukung capres
Baca SelengkapnyaKuasa partai merupakan kunci utama bagi kandidat yang bakal bertarung di Pilkada.
Baca SelengkapnyaElektabilitas Ganjar-Mahfud berada di urutan ketiga sebagai pasangan capres-cawapres berdasarkan survei Litbang Kompas.
Baca Selengkapnya