Ketua DPR: Pencitraan Cuma Bikin Capek Kalau Tidak Autentik
Merdeka.com - Ketua DPR, Bambang Soesatyo, atau Bamsoet mengatakan, komunikasi politik di era disrupsi membuat siapapun dapat membangun persepsinya di publik. Namun jika tidak autentik, mereka hanya akan capek karena terus berpura-pura.
Hal itu disampaikan Bamsoet saat menghadiri acara 'Tren 2018: Branding Autentik Tokoh Politik' yang digelar konsultan riset dan analisis data Polaris di SCBD, Jakarta Selatan, Kamis (20/12).
Dia kemudian mencontohkan gaya natural Presiden Jokowi yang lebih disukai publik.
-
Apa yang DPR sesalkan? 'Yang saya sesalkan juga soal minimnya pengawasan orang tua.'
-
Apa yang diapresiasi oleh DPR? Mengomentari hal itu, Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni ikut mengapresiasi.
-
Apa peran Medsos menurut DPR? 'Pejabat di era saat ini harus catch up dengan isu-isu yang ada di medsos. Karena masyarakat banyak berkeluh kesah di sana. Nah dengan kewenangan yang kita miliki inilah segala keluh kesah masyarakat itu kita jawab. Kita hadirkan solusi untuk mereka. Sebab memang itulah tugas anggota DPR,' ujar Sahroni.
-
Apa yang dibicarakan Menteri Basuki di DPR? Video tersebut saat anggota Komisi V DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Irine Yusiana Roba Putri mempertanyakan terkait Tapera, berikut transkrip pertanyaannya: 'Terus kadang kala ada beberapa dari pemerintah yang mengatakan ya untuk yang mampu itu untuk subsidi untuk yang tidak mampu. Mohon maaf pak, subsidi itu kewajibannya negara bukan sesama warga negara memberi subsidi. Kalau sesama warga negara itu namanya gotong royong dan alangkah malunya negara yang tidak mampu hadir untuk menjawab tantangan yang masyarakat hadapi,' tanya Irine.
-
Kenapa DPR mengapresiasi kinerja Bareskrim Polri? Komisi III DPR mengapresiasi kinerja Bareskrim Polri yang mampu membongkar tindak pidana pencucian uang (TPPU) dan kejahatan narkoba internasional jaringan FP.
-
Bagaimana DPR menjaga citra wakil rakyat? 'Apresiasi kinerja Bareskrim Polri yang tegas dan tidak pandang bulu dalam menangkap pelaku peredaran narkoba. Harus selalu seperti ini, meski pelakunya itu oknum politisi, oknum pejabat, hingga oknum aparat sekalipun. Tidak boleh ada ketakutan. Ketahuan, terbukti, sikat. Karena mereka ini yang jelas-jelas punya tanggung jawab menjaga generasi bangsa, tapi malah merusaknya dengan keegoisan pribadi,' ujar Sahroni, Senin (27/5).
"Orang Indonesia suka dengan yang natural. Presiden Jokowi kalau posting foto meresmikan proyek, sedikit yang merespons. Tapi kalau bersama keluarga atau sama anak-anaknya pasti banyak yang suka," ujar Bamsoet.
Bamsoet juga mengalaminya. Setiap kali dirinya memposting kegiatan resmi di akun Instagramnya, respons publik tidak terlalu banyak. "Tapi begitu saya posting soal motor, banyak yang suka," katanya.
Politikus Partai Golkar itu menyatakan, dirinya tidak terlalu suka berpura-pura. Hobinya mengoleksi motor gede dan super car tidak pernah ia tutup-tutupi hanya agar terlihat sederhana di masyarakat.
"Saya sewajarnya saja. Justru dengan saya apa adanya, banyak masyarakat yang mengajak saya berkomunikasi. Dari situlah engagement positif saya tercipta," ucap Bamsoet.
Ketua DPR RI Bambang Soesatyo ©Liputan6.com/Nafiez
Engagement positif tersebut menjadi modal tersendiri bagi Bamsoet untuk mengelola komunikasi dengan masyarakat yang banyak mengeluhkan kinerja DPR. Setidaknya ada tiga isu yang dikeluhkan masyarakat, yakni masalah korupsi, pengesahan RUU yang hanya sedikit, dan anggota DPR yang malas.
Kepada masyarakat, Bamsoet menjelaskan bahwa tidak semua anggota dewan yang terlihat bolos saat kegiatan DPR berarti mangkir dari tugas. "Biasanya mereka sedang turun ke konstituennya. Bertemu masyarakat untuk menyerap aspirasi. Itu bukan membolos, tapi juga bagian dari tugas mereka seperti diatur undang-undang," ujarnya.
Lebih lanjut, Bamsoet mengakui pola komunikasi para politikus sudah banyak berubah di era disrupsi. Saat ini bahkan peran konsultan politik dalam mengelola percakapan di media sosial tidak terlalu sentral. Sebab, mereka sejatinya bisa mengelolanya sendiri.
"Misalnya seperti yang saya lakukan. Saya bisa melihat apa selera dan kebiasaan orang-orang yang menyukai postingan saya. Dari situ saya bisa membuat kesimpulan-kesimpulan sendiri," tuturnya.
Di lokasi yang sama, CEO Polaris, Iman Sjafei menuturkan, branding setiap politikus berbeda-beda dan tidak bisa dibuat-buat. Branding juga tidak bisa diperlihatkan secara tiba-tiba, harus melalui proses yang cukup panjang.
"Semisal sebelumnya orang itu bersikap A kemudian tiba-tiba jadi Z, ya ada apa ini," kata Iman.
Dia kemudian mencontohkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang cukup melekat dengan sikap tegasnya dan kerap memarahi anak buahnya yang dianggap tidak sesuai aturan. Menurutnya, orang tetap akan respek karena memang sudah menjadi bawaannya untuk keras dalam hal membenahi pelayanan publik.
"Tapi ketika Zumi Zola (Gubernur Jambi) berusaha meng-copy paste Risma, tiba-tiba marah ke anak buah, ya aneh. Malah jadi citra negatif. Begitu juga Ridwan Kamil yang kerap menyindir jomblo dalam setiap unggahannya. Kalau ada politikus lain yang meniru, bisa aneh, nggak match," tutur Iman.
Reporter: Nafiysul QodarSumber: Liputan6.com
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
DPR Banyak Dapat Kritik dari Rakyat, Puan Maharani ungkap sederet poin kritiknya.
Baca SelengkapnyaPuan menyebut aspirasi tersebut telah diteruskan kepada Kelengkapan Dewan (AKD) terkait untuk ditindaklanjuti.
Baca SelengkapnyaPenceramah kondang Dasad Latif sentil anggota DPR yang terkadang bersikap lebih hebat.
Baca SelengkapnyaGuspardi menyoroti komisioner KPU. Dia menyebut, dari 7 komisioner, hanya 3 komisioner yang hadir
Baca SelengkapnyaKemenkes dianggap tidak menepati janjinya dalam memastikan terciptanya keterlibatan publik dan legislatif secara menyeluruh dalam penyusunan aturan ini.
Baca SelengkapnyaMKD DPR menolak surat klarifikasi dari Bamsoet dan akan melakukan pemanggilan ulang kepada Bamsoet.
Baca SelengkapnyaAndre menekankan apabila BPKN tidak mampu menyelesaikan masalah, segera melapor ke Komisi VI agar dibantu
Baca SelengkapnyaKomisi III DPR menggelar rapat kerja dengan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 1 Juli 2024.
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi III DPR dari Fraksi Demokrat Hinca Panjaitan mengungkap fakta kepada Kapolri Listyo Sigit.
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi II DPR Fraksi Partai Demokrat Ongku P. Hasibuan menegur kinerja Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) selama Pemilu.
Baca SelengkapnyaKehadiran anggota DPR dalam rapat paripurna (Rapur) selalu saja mengundang tanda tanya
Baca SelengkapnyaDia meminta agar pendekatan hukum termasuk korupsi di dalamnya ini dapat diluruskan dan dimurnikan.
Baca Selengkapnya