Membaca Manuver Politik Golkar
Ada tiga manuver dari Partai Golkar terkait Pilpres 2024
Ada tiga manuver dari Golkar terkait Pilpres 2024
Membaca Manuver Politik Golkar
Manuver politik menjelang pelaksanaan Pemilihan Presiden 2024 semakin dinamis. Golkar sebagai partai yang sudah cukup matang di panggung politik Tanah Air, tidak lepas dari sorotan banyak pihak. Perolehan suara yang besar di Pemilu sebelumnya, ternyata bukan sebuah jaminan bagi Golkar untuk gampang menentukan langkah politik di Pilpres mendatang. Pengusungan Ketua Umum Airlangga Hartarto sebagai bakal calon presiden (capres) juga tidak mulus. Dia mulai digoyang dengan isu musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) di kalangan internal partai, tidak terkecuali elite senior. Lantas ke mana arah Golkar selanjutnya?
Setidaknya ada tiga manuver datang dari Golkar saat ini. Pertama adalah pendekatan dengan kubu Anies Baswedan. Diketahui penjajakan antara Golkar dan NasDem sebagai partai pengusung Capres Anies ini dilakukan secara kontinu. Bahkan sampai pada wacana menduetkan Anies dengan Airlangga. Isu ini mulai berembus usai Airlangga bertemu Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh beberapa waktu lalu. Airlangga yang dikonfirmasi saat itu tidak banyak berkomentar. Dia hanya mengatakan wacana menjodohkan dirinya dengan Anies belum dibahas bersama NasDem.
"Kita belum bahas itu. Nanti lihat saja," kata Airlangga, saat ditemui di Kantor DPD Partai Golkar Bali, Jumat (3/1).
Terbaru adalah kehadiran tiga politikus senior Golkar di acara Apel Siaga NasDem, Minggu (16/7). Tiga elite Golkar hadir sebagai perwakilan, yaitu Wakil Ketua Umum Rizal Mallarangeng, Ketua DPP Christina Aryani dan Supriansa. Supriansa menjelaskan perihal kedatangannya bersama dua kolega itu. Meski tidak secara gamblang menjelaskan terkait pencapresan, namun dia menekankan pada kata silaturahmi. "Namanya menghadiri undangan itu menyambung silaturahmi saya kira itu biasa ya. Nah kehadiran kami ini memenuhi undangan NasDem ke acara ini, dan menyambung tali silaturahmi kita," ujarnya.
Ke PDIP
Kedua manuver Golkar mendekat dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai pengusung bakal Capres Ganjar Pranowo. Hal ini terlihat dalam pertemuan antara Airlangga dengan Puan Maharani, Kamis (27/7). Dalam pertemuan itu, Airlangga memberikan kode keras kepada Puan berupa baket bunga berwarna merah kuning. "Merah kuning, dan ini bunga politik," kata Airlangga kepada Puan.
Puan yang menerima bunga tersebut juga membalas berupa harapan bisa berlanjut hingga tanggal 14 Februari.
"Semoga berlanjut sampai 14 Februari hari kasih sayang, merah kuning," ucap Puan.
Dari pertemuan itu, Airlangga mengakui sudah banyak menemukan titik temu. Pertemuannya dengan Puan merupakan tindaklanjut dari pertemuan sebelumnya baik informal maupun secara formal.
"Dalam pembahasan tadi secara mendalam, panjang, kami akan terus dan sudah banyak titik temunya, terutama untuk menuju dan membangun Indonesia yang sejahtera, aman, adil, dan juga makmur dan juga Indonesia yang bersatu," kata Airlangga.
Tidak hanya itu, dia mengaku sudah menyepakati pula hal-hal teknis. Bahkan, antara Partai Golkar dan PDIP akan membentuk tim teknis kecil. Lebih lanjut, Airlangga mengatakan pertemuannya dengan Puan bertujuan agar setelah pemilu 2024 seluruh pihak kembali menjalin kerja sama meski memiliki pilihan politik yang berbeda.
"Dan tentu seperti dalam beberapa pertemuan saya berharap tentu Indonesia ini berbeda hanya pada tanggal 14 Februari. Setelah itu kita bergabung kembali. Dan mengapa bunga? bunga itu simbol betapa pemilu itu bukan hanya hard politik tetapi yang penting soft politik. Dan soft itu dengan bunga yang indah. Dan yang indah itu warnanya kuning dan merah," ujarnya.
Ke Gerindra
Ketiga adalah usulan gabung ke kubu Prabowo Subianto. Isu ini muncul saat Ketua DPD 1 Golkar se-Indonesia berkumpul di Bali beberapa waktu lalu. Ketua DPD 1 Golkar Kalimantan Barat Maman Abdurrahman menjelaskan, kader di daerah mendorong agar Golkar bergabung dengan Koalisi Gerindra. "Juga di dalam diskusi santai dan informal sebagian besar suasana kebatinan beberapa DPD 1 mendorong agar Golkar bisa berkoalisi dengan Gerindra, dikarenakan Pak Prabowo kan pernah di Golkar," kata Maman, Senin (31/7).
Terlebih, lanjut Maman, saat ini elektabilitas Prabowo Subianto berada di puncak. Sehingga, Partai Golkar sudah semestinya bergabung dengan Gerindra di Pilprea 2024. "Ditambah lagi secara elektabilitas Pak Prabowo menurut kawan kawan DPD 1 Golkar cukup mentereng dan signifikan," imbuh dia.
Menyikapi hal ini, Wakil Ketua Umum Golkar Melchias Marcus Mekeng menegaskan dorongan itu bukan menjadi sikap resmi partai. "Enggak ada (Golkar gabung Gerindra), itu kan pendapat pribadi bukan pendapat institusi. Jadi itu mungkin omongan-omongan di setelah munas kan ngopi bareng jadi itu bukan statment resmi," kata Mekeng kepada merdeka.com, Selasa (1/8). Dia menjelaskan, Golkar sudah menyerahkan seluruh keputusan kepada Airlangga untuk menentukan langkah politik di 2024.
"Tentunya mereka harus mendengarkan hasil pembicara ketua umum dengan koalisi. Tidak mereka langsung membuat statment begitu. Jadi belum ada itu statment itu," ujarnya. Mekeng menyebut, terakhir komunikasi Partai Golkar dengan PDIP. Bahkan, keduanya akan membentuk tim teknis. Namun di satu sisi, dia menjelaskan antara PDIP dengan Golkar belum ada keputusan terkait langkah politik di 2024. "Masih berproses lah, kita tunggu saja kalau sekarang masih prematur untuk disampaikan itu. Semua masih proses, namanya kerja sama harus menguntungkan kedua belah pihak. Ini kan kerja sama politik," imbuh dia.