Peluang koalisi partai Islam usung capres dan cawapres
Merdeka.com - Hasil perhitungan cepat Pemilu Legislatif yang diselenggarakan pada 9 April lalu sudah keluar. Dari hasil tersebut, partai-partai Islam dinilai punya peluang untuk mencalonkan presiden atau wakilnya dengan cara berkoalisi.
"Partai berbasis keumatan seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) berpotensi besar menjadi kekuatan koalisi alternatif," kata pengamat politik Islam dari Universitas Indonesia, Dr Yon Machmudi seperti dikutip dari antaranews, Jumat (9/11).
Yon Machmudi mengatakan, koalisi partai keumatan ini tentu bisa menjadi salah satu alternatif koalisi. Karena total jumlah suara parpol keumatan ini bisa mencapai 32 persen, dan tentu yang terpenting memiliki kedekatan ideologis.
-
Apa itu koalisi di bidang politik? Penggunaan istilah 'koalisi' dalam bidang politik ini ternyata dapat merujuk pada sebuah strategi khusus guna meraih kedudukan dalam pemerintahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah 'koalisi' memiliki arti kerja sama antara beberapa partai untuk memperoleh suara dalam parlemen.
-
Apa peran partai politik dalam memilih Wapres? Namun peranan Partai Politik, hanya sekadar memberi saran, tidak dominan seperti dalam Pilpres kali ini dalam memutuskan calon.
-
Bagaimana koalisi bisa terbentuk? Mengacu pada KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), istilah 'koalisi' memiliki arti ‘kerja sama antara beberapa partai untuk memperoleh suara dalam parlemen’.
-
Siapa yang diusulkan untuk Pilkada? Dalam Pilkada 2005, calon kepala daerah diusulkan oleh partai politik atau gabungan beberapa partai politik.
-
Bagaimana muslim Amerika akan mempengaruhi pemilu? Oposisi dari populasi Muslim dan Arab Amerika yang cukup besar dapat menjadi ancaman bagi Electoral College presiden dalam pemilihan yang akan datang.
-
Siapa yang mau mendirikan partai baru? 'Menarik ya karena waktu kami sempat bermitra didukung partai Gerindra dan PKS saat itu, kita pernah berdiskusi tentang mendirikan partai,' kata Sandiaga di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (6/9).
Menurut dia, konstituen partai-partai keumatan ini cenderung mudah untuk dimobilisasi karena adanya ikatan emosional dan ideologis dengan partai.
"Apabila para pemimpin partai-partai keumatan ini bisa bersepakat untuk memajukan pasangan capres dan cawapres dari kalangan umat, maka koalisi ini akan lebih menjanjikan," ujar Yon yang juga Sekretaris Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (UI).
Potensi itu, terlihat dari hasil penghitungan cepat (quick count) Pemilu 2014 yang dilakukan sejumlah lembaga survei. Di balik kemenangan partai-partai nasionalis seperti PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Gerindra, ada tren baru yang muncul.
"Yaitu menggeliatnya partai-partai berbasis keumatan yaitu PKB, PAN, PKS dan PPP.
Kenaikan signifikan partai Islam kecuali PKS, menjadi salah satu pertimbangan. Dari sisi perolehan suara, PKS turun sekitar satu persen. Namun sebenarnya telah berhasil mempertahankan elektoralnya di tengah terpaan badai politik yang menimpa petinggi partainya.
Menggeliatnya partai-partai Islam ini akan menjadi incaran partai-partai nasionalis untuk diajak koalisi.
Yon berpendapat sudah saatnya para pemimpin partai Islam membuktikan slogan-slogan dan janji-janji kampanye mereka dengan memajukan pasangan yang bervisi keumatan.
Jika dalam pemilu legislatif kehadiran partai-partai Islam sempat berpotensi menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam, maka sekarang ini saatnya mandat dari masing-masing konstituen partai digunakan dalam menyatukan umat Islam dalam menghadapi Pilpres 9 Juli 2014.
"Saya yakin komposisi partai-partai keumatan dalam koalisi bisa menjadi sebuah koalisi yang pakem, baik koalisi di dalam maupun di luar pemerintahan," jelasnya.
Hanya saja, Yon mengingatkan hambatan terbesar dalam koalisi ini adalah kemungkinan munculnya godaan ajakan koalisi pragmatis dengan meninggalkan visi keumatan.
Jika partai-partai keumatan ingin berperan dominan dalam pemerintahan dan tidak sekedar berperan pinggiran seperti yang selama ini terjadi, tambah Yon, maka para elite-elite partai itu harus berani meninggalkan ego sektoral mereka.
"Mereka juga harus rela tidak masuk dalam pemerintahan demi terwujudnya sebuah pemerintahan yang efektif," ungkapnya. (mdk/cza)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beredar foto surat permintaan Anies Baswedan ke AHY untuk menjadi cawapresnya.
Baca SelengkapnyaPKB terang-terangan tergiur ajakan PDI Perjuangan untuk berkoalisi mendukung Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaPKB tetap ngotot ingin jatah cawapres Prabowo. Golkar dan PAN boleh gabung tapi tidak untuk kursi Cawapres.
Baca SelengkapnyaKoalisi menjadi faktor penentu dalam membentuk pemerintahan yang kuat dan berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaPKB menyebut, jika cawapres menjadi faktor penentu pendongkrak elektabilitas capres.
Baca SelengkapnyaPKB mempunyai syarat Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar bisa menjadi calon presiden atau calon wakil presiden.
Baca SelengkapnyaKoalisi gemuk ini diyakini akan mempersulit konfigurasi cawapres untuk dipasangkan dengan Prabowo.
Baca SelengkapnyaIlham mengaku sudah siap berkompetisi dengan siapapun sejak dirinya diusung oleh Partai NasDem, termasuk dengan Ridwan Kamil yang berstatus petahana.
Baca SelengkapnyaGanjar Pranowo menilai apapun bisa terjadi sebelum ditetapkan KPU.
Baca SelengkapnyaKomunikasi dengan partai tersebut terus dilakukan dan mendekati titik temu.
Baca SelengkapnyaSekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan partainya pada Pilkada 2024 siap berkoalisi dengan partai di luar koalisi mereka saat Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaSurya Paloh Soal Kemungkinan AMIN Koalisi dengan Ganjar-Mahfud: Amat Sangat Memunginkan
Baca Selengkapnya