6 Ketakutan yang Biasa Dimiliki Anak, Siasati agar Mereka Tidak Jadi Penakut
Ketakutan yang dimiliki oleh anak bisa disebabkan oleh sejumlah hal yang perlu disiasati agar mereka tidak menjadi penakut.
Ketakutan yang dimiliki oleh anak bisa disebabkan oleh sejumlah hal yang perlu disiasati agar mereka tidak menjadi penakut.
-
Gimana cara orangtua tenangkan anak takut hantu? Orangtua perlu mengatur cara dan taktik untuk membicarakan ketakutan anak terkait hantu ini dan menenangkan mereka.
-
Apa yang orangtua harus lakukan untuk anak takut hantu? Salah satu kesalahan umum yang sering dilakukan orangtua adalah mencoba meyakinkan anak bahwa hantu tidak nyata atau tidak ada.
-
Siapa yang bisa membantu anak agar gak takut? Banyak orangtua yang suka mengkritik atau menghukum anak secara kasar, baik secara verbal maupun fisik, jika anak melakukan kesalahan atau tidak memenuhi harapan orangtua.
-
Kenapa anak takut hantu? 'Imajinasi mereka bisa sangat kuat dan mengalahkan mereka,' terang Margee Kerr, Ph.D., seorang sosiolog dan penulis Scream: Chilling Adventures in the Science of Fear. 'Mereka belum bisa membuat argumen rasional, jadi ketidakmampuan mereka untuk memahami hal-hal dapat berkontribusi pada kisah-kisah monster yang menjadi sangat menakutkan — karena mereka tidak bisa mencari tahu apa yang nyata.' lanjutnya.
-
Apa yang harus dilakukan anak laki-laki jika mereka takut? 'Berani adalah ketika kamu takut, tetapi tetap melakukannya.'
-
Bagaimana mengatasi anak sekolah yang takut? 'Anak-anak menikmati kemandirian baru mereka pada usia ini, tetapi mereka juga takut akan hal itu,' jelas Dr. Ann-Louise T. Lockhart, PsyD, ABPP. Orangtua harus peka terhadap ketakutan ini dan membantu anak menghadapinya dengan tenang.
6 Ketakutan yang Biasa Dimiliki Anak, Siasati agar Mereka Tidak Jadi Penakut
Anak-anak sering kali menjadi penakut karena pengaruh dari perkembangan kognitif dan emosional mereka. Pada usia dini, imajinasi anak sangat berkembang tetapi mereka belum memiliki kemampuan penuh untuk membedakan antara kenyataan dan khayalan.
Hal ini bisa membuat mereka mudah merasa takut pada hal-hal yang tidak nyata seperti monster di bawah tempat tidur atau suara-suara asing di malam hari. Selain itu, pengalaman negatif atau traumatis, seperti mendengar cerita menakutkan, menonton film horor, atau mengalami kejadian mengejutkan, dapat memicu ketakutan yang berkelanjutan. Pengalaman tersebut dapat meninggalkan kesan mendalam pada anak yang kemudian muncul sebagai ketakutan pada situasi atau objek tertentu.
Banyak anak memiliki ketakutan yang sama karena mereka berbagi pengalaman perkembangan yang serupa dan juga terpengaruh oleh faktor sosial dan budaya. Ketakutan terhadap gelap, hewan tertentu seperti anjing atau serangga, serta tokoh-tokoh imajinatif yang menakutkan adalah contoh umum dari ketakutan yang sering dialami anak-anak.
Menurut penelitian, ketakutan ini sebagian besar berasal dari insting dasar manusia yang diwariskan secara evolusioner untuk melindungi diri dari bahaya potensial. Selain itu, media dan lingkungan sosial juga memainkan peran penting dalam menyebarkan jenis ketakutan tertentu. Misalnya, cerita rakyat, film, dan buku yang beredar dalam budaya tertentu seringkali menggambarkan objek atau situasi yang menakutkan dengan cara yang konsisten, sehingga mempengaruhi persepsi dan ketakutan anak-anak secara kolektif.Anak-anak yang belajar dan berpikir dengan cara berbeda seringkali memiliki lebih banyak ketakutan dibandingkan anak-anak lainnya. Ketakutan ini seringkali berasal dari hal-hal yang mereka hadapi sehari-hari. Memahami ketakutan anak dapat membantu kita menemukan solusi yang tepat. Dilansir dari Understood, berikut ini adalah enam ketakutan umum yang biasa dimiliki anak-anak dan cara mengatasinya agar mereka tidak menjadi penakut.
1. Ketakutan Akan Kegagalan
Ketika anak-anak mengalami kegagalan saat pertama kali mencoba sesuatu, mereka mungkin ingin menyerah segera.
Cara Mengatasi:
Penting untuk mendorong anak agar tetap mencoba meskipun mereka gagal. Berikan dukungan dan dorongan positif, serta ajarkan mereka bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Anda juga bisa meminta saran dari ahli tentang cara membantu anak mengatasi ketakutan akan kegagalan.
2. Ketakutan Akan Situasi Sosial
Anak-anak yang kesulitan dengan keterampilan sosial seringkali merasa takut dalam situasi sosial atau interaksi kelompok. Mereka mungkin kesulitan memahami isyarat sosial atau mengikuti aturan sosial. Beberapa anak mungkin merasa tidak tahu apa yang harus dikatakan atau bagaimana mengatakannya, dan takut melakukan sesuatu yang memalukan di depan orang lain, terutama jika mereka pernah mengalami hal tersebut sebelumnya.
Cara Mengatasi:
Latih keterampilan sosial anak secara bertahap. Mulailah dengan situasi sosial yang lebih kecil dan tingkatkan secara perlahan. Berikan contoh dan bimbingan tentang bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain, serta berikan pujian ketika mereka berhasil.
3. Ketakutan Tidak Mampu Mengikuti Pelajaran
Ketakutan ini sering muncul pada usia sekolah dasar, ketika anak-anak mulai membandingkan diri mereka dengan teman sebaya.
Mereka mungkin merasa tidak mampu mengikuti pelajaran atau tidak bisa menyesuaikan diri seperti yang mereka inginkan. Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang belajar dan berpikir dengan cara berbeda seringkali merasa "bodoh" atau cemas tentang perbedaan mereka.
Cara Mengatasi:
Bantu anak untuk fokus pada kekuatan dan pencapaian mereka, bukan pada kelemahan. Berikan dukungan akademis tambahan jika diperlukan, dan yakinkan mereka bahwa setiap anak memiliki cara belajar yang unik. Ajarkan kepada mereka bahwa perbedaan adalah hal yang normal dan setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
4. Ketakutan Meninggalkan Rumah atau Keluarga
Anak-anak yang belajar dan berpikir berbeda seringkali merasa enggan pergi ke sekolah atau berpisah dari orang tua. Mereka mungkin menghindari perjalanan semalam, tidur di rumah teman, atau pengalaman lain yang membuat mereka jauh dari rumah.
Cara Mengatasi:
Persiapkan anak untuk pengalaman jauh dari rumah dengan memberikan pengertian bahwa mereka akan aman dan dapat menikmati pengalaman tersebut. Mulailah dengan kegiatan yang singkat dan dekat dengan rumah, lalu tingkatkan secara bertahap. Berikan dukungan emosional dan pastikan mereka tahu bahwa mereka selalu bisa kembali ke rumah jika merasa tidak nyaman.
5. Ketakutan Akan Pikiran Terbongkar
Anak-anak, terutama remaja, ingin diterima oleh teman-temannya dan ingin merasa sejalan.
Mereka mungkin khawatir bahwa jika teman-teman mereka mengetahui perbedaan cara mereka belajar dan berpikir, mereka tidak akan dianggap keren atau menyenangkan lagi. Akibatnya, mereka mungkin menolak bantuan di sekolah atau menghindari situasi di mana perbedaan mereka dapat terlihat, seperti membaca keras-keras.
Cara Mengatasi:
Bantu anak untuk memahami bahwa perbedaan mereka tidak membuat mereka kurang berharga atau kurang mampu. Dorong mereka untuk menerima bantuan yang mereka butuhkan dan tekankan bahwa semua orang memiliki tantangan yang berbeda-beda. Ajak mereka untuk berbicara tentang perasaan mereka dengan teman yang bisa dipercaya atau konselor sekolah.
6. Ketakutan Akan Masa Depan
Ketakutan ini dapat muncul dalam berbagai bentuk. Anak-anak mungkin takut tidak berhasil dalam ujian, resital musik, atau acara olahraga. Mereka mungkin cemas tentang masa depan mereka, seperti tidak bisa masuk perguruan tinggi atau mendapatkan pekerjaan. Mereka juga bisa merasa cemas tentang situasi keluarga, seperti kehilangan pekerjaan orang tua.
Cara Mengatasi:
Bantu anak untuk fokus pada langkah-langkah kecil yang dapat mereka ambil sekarang untuk mengatasi kekhawatiran mereka. Ajarkan teknik manajemen stres dan bantu mereka membuat rencana untuk mengatasi tantangan masa depan. Jika kecemasan mereka tampak berlebihan, pertimbangkan untuk menggunakan catatan kecemasan untuk melacak gejala dan berbagi kekhawatiran dengan penyedia layanan kesehatan atau konselor.
Berbicaralah dengan anak-anak tentang ketakutan mereka, berikan dukungan yang mereka butuhkan, dan bantu mereka menemukan cara untuk menghadapi ketakutan mereka dengan cara yang sehat. Dengan demikian, kita dapat membantu mereka tumbuh menjadi individu yang kuat dan percaya diri.