Ini Penyebab Kita Menjadi Tidak Tahan Makanan Pedas ketika Bertambah Tua
Merdeka.com - Makanan pedas merupakan salah satu kegemaran bagi banyak orang Asia tak terkecuali orang Indonesia. Baik dalam bentuk sambal atau dalam berbagai makan lain, rasa pedas merupakan salah satu hal yang menjadi favorit bagi banyak orang.
Namun seiring bertambahnya usia, pernahkah kamu sadari bahwa semakin tua kita semakin tidak tahan dengan makanan pedas? Hal ini bukan hanya terjadi pada lidah namun juga pada perut yang tidak tahan ketika mengonsumsi makanan pedas.Secara umum, ketika mengonsumsi makanan pedas, rasa ini tidak hanya dirasakan bibir, lidah, dan mulut saja. Bagian perut juga memiliki sejumlah reseptor yang bisa mengenali capsaicin, bahan kimia pada cabe, paprika, merica, serta sejumlah makanan dengan rasa pedas lainnya.
Dilansir dari Channel News Asia, Dr Andrew Ong, dari departemen gastroentrologi dan hepatologi Singapore General Hospital mengatakan bahwa adanya reseptor ini menjadi penyebab munculnya efek di perut setelah konsumsi makanan pedas. Hal ini bisa berupa sakit perut, diare, serta rasa panas di perut.
-
Kenapa makan pedas bisa bikin perut sakit? Adalah fakta bahwa makan makanan pedas merupakan salah satu penyebab paling umum di balik sakit perut dan diare. Menurut sebuah penelitian ilmiah, capsaicin yang dikonsumsi secara berlebihan dapat mengiritasi lapisan perut setelah Anda memakannya.
-
Kenapa makanan pedas bisa bikin sakit perut? Terlalu banyak mengonsumsi makanan pedas, apalagi dengan level yang terlalu tinggi, tentunya bisa berisiko terhadap kesehatan pencernaan manusia.
-
Bagaimana lidah merasakan pedas? Ketika capsaicin menyentuh lidah, ia mengikat pada reseptor yang dikenal sebagai TRPV1, reseptor suhu yang biasanya diaktifkan oleh suhu tinggi di atas 40°C.
-
Bagaimana capsaicin memengaruhi lambung? Capsaicin, zat aktif dalam cabai yang memberikan sensasi pedas, dapat merusak lapisan pelindung lambung jika dikonsumsi dalam jumlah besar dan sering. Kerusakan ini menyebabkan iritasi dan peradangan, yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi luka atau tukak lambung.
-
Bagaimana tubuh merespons rasa pedas? Ketika capsaicin berinteraksi dengan reseptor rasa pedas, hal ini memicu respons tubuh yang termasuk peningkatan denyut jantung, pernapasan yang lebih cepat, dan produksi keringat.
-
Apa yang menyebabkan rasa pedas di lidah? Sayangnya, banyak orang yang berusaha meredakan rasa pedas tersebut dengan minum air es. Asal kamu tahu bahwa minum air es untuk menghilangkan sensasi pedas pada lidah merupakan cara yang nggak efektif.
Keberadaan reseptor pedas ini juga tidak hanya sebatas di perut saja. Hal ini bahkan ada di anus kita sehingga memunculkan rasa panas terbakar yang kadang muncul pada saat kita buang air besar.
Reseptor pendeteksi capsaicin juga ditemui pada usus kecil serta usus besar dan bisa memunculkan rasa panas ini. Sebagai mekanisme perlindungan, bagian ini bakal bekerja untuk mengeluarkan makanan ini secara cepat.
Karena pergerakan makanan yang sangat cepat, akhirnya tubuh tak bisa menyerap cukup cairan dari sisa makanan. Hal ini yang kadang menyebabkan diare setelah mengonsumsi makanan pedas.
Mengapa Hal Ini Terjadi ketika Usia Bertambah?
Salah satu penyebab dari hal ini adalah karena pada usia paruh baya, banyak orang mulai menjalani perawatan untuk penyakit kronis seperti kolesterol atau tekanan darah tinggi.
"Sejumlah efek samping dari pengobatan ini bisa mengiritasi saluran pencernaan sehingga pasien lebih sensitif pada makanan pedas," jelas dr. Ong.
Kedua, jika kamu termasuk Sandwich Generation yang harus menyokong kehidupan anak serta orangtua, kamu juga cenderung lebih sering mengalami stres. Hal ini bisa membuat perutmu lebih rentan mengalami masalah ketika mengonsumsi makanan pedas.
"Penelitian menunjukkan bahwa stres menurunkan daya tahan terhadap rasa sakit pada saluran pencernaan. Hal ini membuat pasien yang berada dalam kondisi stres cenderung mengalami masalah ini," terang dr. Ong.
Selain dua hal tersebut, terdapat satu lagi penyebab terjadinya masalah ini. Hal ini adalah karena perubahan pola makan yang terjadi.
"Karena orang Asia telah mengubah pola makan mereka termasuk menjadi lebih kebarat-baratan, kita semakin jarang mengonsumsi makanan pedas sehingga menurunkan toleransi kita dalam mengonsumsinya," jelas dr. Ong.
Cara Mengatasinya
Cara penanganan terbaik adalah dengan mengonsumsi lebih sedikit makanan pedas terutama jika kamu mengalami masalah ini secara parah. Jika daya tahan yang kamu miliki terhadap makanan pedas lemah, sebaiknya beri waktu untuk membiasakannya kembali.
"Kamu mungkin dapat membiasakan dirimu dengan mengonsumsi makanan pedas secara rutin," saran dr. Ong.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengonsumsi antasida untuk menenangkan lambung. Sebaiknya konsumsi obat ini sebelum mengonsumsi makanan pedas dan bukan setelahnya.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Konsumsi makanan pedas bisa menyebabkan sejumlah dampak kesehatan yang perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaKonsumsi makanan pedas secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Baca SelengkapnyaRasa pedas sangat digemari dan disukai banyak orang walau kadang terasa menyiksa. Kenali mengapa hal ini terjadi?
Baca SelengkapnyaTubuh merespons dengan melepaskan keringat sebagai bagian dari mekanisme pendinginan alami.
Baca SelengkapnyaMakanan pedas ternyata bisa menyebabkan sakit perut yang tak bikin nyaman. Cari tahu alasannya, yuk!
Baca SelengkapnyaMengonsumsi makanan pedas yang mengandung capsaicin, seperti cabai, dapat memicu reseptor panas di mulut dan lidah.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Indonesia yang tinggal dengan kondisi panas, cenderung menyukai makanan pedas yang justru bikin berkeringat. Mengapa?
Baca SelengkapnyaManusia merupakan makhluk pencinta rasa termasuk rasa pedas. Walau membuat menderita, mengapa kita tetap menyukai rasa dari makanan pedas ini?
Baca SelengkapnyaMakanan tertentu ternyata justru bisa membuat perut menjadi lapar.
Baca SelengkapnyaTidak jarang setelah menikmati hidangan pedas, seseorang merasakan perut panas atau terbakar. Hal ini memerlukan penanganan khusus.
Baca Selengkapnya