Jangan Lengah, Cuaca Panas Ekstrem Bisa Bikin Risiko Stroke Naik
Cuaca panas ekstrem secara tidak langsung bisa meningkatkan risiko stroke.
Cuaca panas bisa menjadi penyebab masalah kesehatan termasuk munculnya stroke.
-
Kenapa heatstroke berbahaya? Heat stroke bisa berakibat fatal jika tidak ditangani segera.
-
Kenapa heatstroke mengancam jiwa? Heatstroke bisa mengancam jiwa karena memicu perdarahan, seperti mimisan, pendarahan dari pembuluh vena, luka memar, bengkak paru, dan masalah kesehatan terkait gagal ginjal akut.
-
Kapan cuaca panas bisa membahayakan? Cuaca panas yang ekstrem membawa risiko serius bagi kesehatan, terutama bagi kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, dan anak-anak.
-
Kenapa cuaca panas bahaya untuk kesehatan? Cuaca panas yang ekstrem dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kesehatan manusia. Paparan sinar matahari yang berlebihan dan suhu udara yang tinggi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
-
Mengapa Stroke bisa berbahaya? Ketika otak tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi dari aliran darah, sel-sel otak mulai mati dalam beberapa menit.
-
Siapa saja yang berisiko terkena heat stroke? Heat stroke bisa menyerang siapa saja, baik itu anak-anak hingga dewasa. Jadi, selama puncak cuaca panas yang masih terus berlangsung ini, penting untuk mulai update pengetahuan tentang cara mencegah kondisi medis tersebut.
Waspada! Cuaca Panas Bisa Tingkatkan Risiko Stroke
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memproyeksikan bahwa cuaca panas yang ekstrem akan terus berlanjut di seluruh wilayah Indonesia selama bulan Oktober 2023.Kondisi ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa sebagian besar wilayah Indonesia, terutama yang terletak di sebelah selatan garis khatulistiwa, masih berada dalam musim kemarau yang berkepanjangan. Meskipun sebagian daerah lainnya akan segera memasuki periode transisi musim dari kemarau ke penghujan pada bulan Oktober hingga November 2023, cuaca cerah dan panas masih akan mendominasi sebagian besar hari.
Hal ini menciptakan lingkungan cuaca yang panas dan kering di banyak daerah, meningkatkan suhu udara dan memberikan tantangan bagi kenyamanan dan aktivitas sehari-hari. Masyarakat diharapkan untuk tetap waspada terhadap dampak cuaca panas ini dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan dan kenyamanan mereka.
alam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menjadi saksi perubahan cuaca yang lebih ekstrem dan tidak dapat diprediksi, termasuk periode panas yang lebih panjang dan musim hujan yang tidak menentu. Dengan meningkatnya ancaman cuaca ekstrem, meningkat pula risiko terhadap sejumlah masalah kesehatan.
Mengenai cuaca panas yang ekstrem, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya dehidrasi. Kondisi cuaca panas yang berkepanjangan dapat mengakibatkan hilangnya cairan tubuh dengan cepat, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai masalah kesehatan, termasuk risiko stroke.
Risiko Pengentalan Darah
Menurut penjelasan dokter spesialis saraf, Dr. Muhammad Kurniawan, cuaca panas ekstrem berpotensi meningkatkan risiko terkena heatstroke. Heatstroke adalah kondisi di mana tubuh mengalami peningkatan suhu dengan cepat, melebihi kemampuan tubuh untuk mengatur suhu secara efektif.
"Lebih banyak ke risiko heatstroke ya. Kalaupun dia meningkatkan risiko stroke, itu lebih disebabkan karena seandainya seseorang yang berada di cuaca panas ekstrem, konsumsi air minumnya sedikit itu bisa menyebabkan dehidrasi," terangnya saat Press Briefing: Hari Stroke Sedunia Tahun 2023, Jumat (27/10).
"Dehidrasi meningkatkan risiko kekentalan darah. Darah yang kental meningkatkan risiko terjadinya stroke sumbatan, ya hubungannya (ke stroke) ada juga." jelasnya.
Lebih lanjut, Kurniawan mengatakan bahwa hubungan stroke dan cuaca panas ekstrem bersifat tidak langsung.
"Namun tidak berkorelasi langsung antara cuaca panas dengan stroke. Kalau seandainya orangnya banyak minum, mencegah dehidrasi ya bisa mencegah terjadinya stroke," tegasnya.
Dehidrasi dapat menyebabkan peningkatan kekentalan plasma darah, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya Deep Vein Thrombosis (DVT) dan emboli pulmoner, penyakit jantung koroner, serta hipotensi orthostatik (penurunan tekanan darah dengan perubahan posisi dari duduk atau tidur ke berdiri).
Menurut Britannica, saat mengalami dehidrasi, terjadi perubahan yang signifikan pada volume cairan ekstraseluler dan intraseluler. Khususnya, volume plasma darah mengalami penurunan dan menjadi yang paling sedikit.
Volume plasma dijaga agar tetap konstan dengan mengorbankan cairan jaringan, namun jika volume plasma menurun, maka output jantung juga akan menurun. Hal ini akan menyebabkan peningkatan denyut nadi yang menunjukkan kondisi fisik yang berbahaya.
Dr. Ari Fahrial Syam, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan mereka saat musim kemarau dan cuaca panas ekstrem. Pada kondisi cuaca panas tersebut, ada beberapa penyakit yang mungkin terjadi.
Cuaca yang panas ekstrem menyebabkan suhu udara naik. Hal ini berpotensi menyebabkan dehidrasi pada masyarakat, terutama bagi mereka yang beraktivitas di luar ruangan.
Debu Lebih Tinggi
Kondisi udara yang panas ini juga dapat mengakibatkan peningkatan kadar debu. Hal ini dapat memberikan dampak negatif pada individu yang memiliki alergi terhadap debu.
"Secara keseluruhan tentu yang akan terganggu adalah pernapasan karena debu yang lebih tinggi dan kemudian di satu sisi, masyarakat mudah jatuh dalam dehidrasi, tenggorokan menjadi kering iritasi,"
"Sehingga memang bisa terjadi peningkatan infeksi saluran pernapasan yang pada kondisi-kondisi di mana cuaca panas terjadi," ujar Ari Fahrial, dikutip dari situs Fakultas Kedokteran UI.
"Mereka yang memang pekerjaannya ada di luar, harus sering mengonsumsi air untuk mencegah jangan sampai terjadi dehidrasi."