Masyarakat Indonesia Rata-Rata Kehilangan 11 Gigi di Usia 65 Tahun, Sudah Tahu?
Merdeka.com - Memiliki gigi yang sehat dan utuh sempurna tak hanya memberikan kesan menarik secara estetik. Namun, secara fungsi juga membuat proses makan dan mencerna makanan secara keseluruhan berlangsung secara optimal. Inilah kenapa merawat kesehatan gigi penting diperhatikan sejak dini.
Di antara upaya yang dianjurkan untuk menjaga gigi tetap sehat dan berfungsi dengan baik adalah menyikat gigi sebanyak dua kali sehari. Hal tersebut bisa dilakukan setiap pagi dan malam hari. Selain itu, jangan lupa berkunjung ke dokter gigi, setidaknya enam bulan sekali. Kedua rutinitas tersebut sama-sama penting untuk dilakukan agar kesehatan gigi benar-benar terjaga secara menyeluruh.
Kesadaran Masyarakat untuk Periksa ke Dokter Gigi Masih Rendah
©Shutterstock.comHanya saja, kesadaran masyarakat untuk rutin memeriksakan gigi ke dokter gigi ini masih rendah. Bahkan, menurut hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018, tercatat 94,9% masyarakat perkotaan tidak pernah ke dokter gigi dalam setahun terakhir.
-
Apa sebenarnya penyebab kerusakan gigi? Zat makanan, bakteri, dan air liur bergabung membentuk plak yang menempel di gigi Anda. Kerusakan gigi dimulai saat gula dan pati tertinggal di gigi untuk waktu yang lama. Bakteri dalam plak memakan makanan bergula dan bertepung, yang membentuk asam. Asam dalam plak ini mengikis email atau lapisan luar gigi yang keras.
-
Apa yang terjadi pada proporsi penduduk Indonesia usia 65 tahun ke atas di tahun 2045? Di tahun 2020, proporsi jumlah penduduk kelompok ini hanya 6,16 persen. Namun di tahun 2045 akan menjadi 16,03 persen.
-
Siapa yang berisiko mengalami sakit gigi? Kondisi ini umumnya disebabkan oleh penumpukan karang gigi, perubahan hormon saat kehamilan, penyakit peradangan jaringan penyangga gigi (periodontitis), atau penyakit sistemik seperti diabetes yang tidak terkontrol.
-
Apa penyebab kerusakan gigi? Terlalu banyak gula adalah penyebab kerusakan gigi.
-
Siapa yang berisiko alami gigi gingsul? Melansir dari National Institutes of Health, gigi gingsul atau jenis maloklusi gigi paling banyak terjadi akibat faktor keturunan. Selain itu, gigi gingsul juga bisa terjadi lantaran tempat gigi tumbuh terlalu sempit.
-
Siapa yang dapat mengalami masalah gigi? Sejumlah masalah kesehatan gigi dan mulut bisa muncul walau seseorang tampak dan merasa sedang baik-baik saja.
Bukan itu saja, persebaran dokter gigi yang tidak merata dan faktor biaya, juga kerap menjadi hambatan bagi masyarakat. Hal tersebut membuat mereka jadi tak rutin berkonsultasi ke dokter gigi. Berdasarkan data Riskesdas pada 2018, dari 57,6% masyarakat yang mengalami permasalahan gigi dan mulut, hanya 10,2% yang berkunjung ke dokter gigi. Itu pun umumnya karena sudah merasa sangat kesakitan.
Masalah yang Terjadi Akibat Menunda ke Dokter Gigi
©Shutterstock.comLebih lanjut, menunda datang ke dokter gigi secara rutin ini juga bisa menimbulkan permasalahan yang lebih besar. Bukan saja dapat menyebabkan pembengkakan biaya perawatan, tetapi permasalahan yang juga akan terus terekskalasi hingga menyebabkan risiko terburuk berupa gigi tanggal.
Hal itu pun hampir dialami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Akibatnya, menurut data Riskesdas pada 2018, tercatat bahwa rata-rata masyarakat Indonesia kehilangan 11 giginya pada usia 65 tahun.
Jangan Tunggu Sampai Sakit Gigi, #KonsultasiGigiSekarang
©PepsodentMelihat masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memeriksakan gigi dan mulut, Unilever Indonesia melalui brand Pepsodent bersama FDI dan PDGI meluncurkan kampanye ‘Jangan Tunggu Sampai Sakit Gigi, #KonsultasiGigiSekarang.
Kampanye yang dilangsungkan bersamaan dengan peringatan Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia 2022 atau #WOHD22 tersebut bertujuan meningkatkan kesadaran sekaligus memfasilitasi masyarakat Indonesia agar rutin melakukan pemeriksaan gigi dan mulut. Hal tersebut diwujudkan melalui layanan konsultasi dokter gigi online gratis ‘Tanya Dokter Gigi by Pepsodent’ di nomor WhatsApp: 0878-8876-8880.
Harapannya layanan tersebut bisa memberikan kemudahan bagi semua orang di seluruh Indonesia, terutama yang selama ini terkendala akses maupun biaya, agar mau #KonsultasiGigiSekarang. Selain itu, percaya bahwa setiap senyuman begitu berarti, Pepsodent juga meluncurkan Pepsodent Pencegah Gigi Berlubang dengan QR Code pada kemasan yang tersambung dengan layanan konsultasi dokter gigi online gratis ‘Tanya Dokter Gigi by Pepsodent’ tadi.
©PepsodentUpaya tersebut dilakukan Pepsodent untuk menegaskan komitmennya dalam menjaga senyuman masyarakat Indonesia. Langkah tersebut secara efektif akan menjangkau lebih banyak masyarakat luas, mengingat wilayah distribusi Pepsodent saat ini mencakup hingga ke pelosok negeri.
Selain itu, terobosan ini diharapkan dapat meminimalkan halangan akses masyarakat Indonesia untuk memeriksakan diri ke dokter gigi. Dengan begitu, mereka bisa hidup berkualitas dengan kesehatan gigi dan mulut yang lebih terawat, sembari mewujudkan #SenyumIndonesia, Senyum Pepsodent.
Jangan tunggu sampai sakit gigi, yuk #KonsultasiGigiSekarang juga! (mdk/tmi)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masalah kesehatan gigi dan mulut ternyata masih menjadi masalah serius di kalangan masyarakat. Sebab, persoalan tersebut belum tersosialisasi dengan baik.
Baca SelengkapnyaRokok menjadi salah satu penyebab atau biang kerok kemiskinan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKemenkes menyatakan Indonesia mulai memasuki era penuaan penduduk atau aging population
Baca SelengkapnyaMenurut drg Adibah, aksi seperti ini sangat penting sebagai bagian dari edukasi masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut.
Baca SelengkapnyaJumlah penduduk kelas menengah tersebut menyumbang 21,45 persen dari proporsi penduduk.
Baca SelengkapnyaJasa Raharja mengakui angka kecelakaan lalu lintas memang mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 15 hingga 17 persen.
Baca SelengkapnyaErosi daya beli masyarakat kelas menengah ini tercermin dari peningkatan porsi pengeluaran untuk makanan.
Baca SelengkapnyaBMKG meminta masyarakat tidak mempercayai informasi yang beredar terkait jumlah korban jiwa akibat gempa megathrust.
Baca SelengkapnyaDalam catatan BPS, jumlah kelas menengah terbukti terus mengalami penurunan dalam 5 tahun terakhir.
Baca Selengkapnya"Semakin kaya, pendidikan tinggi dan bermukim di perkotaan, berkolerasi erat dengan median usia menikah yang semakin mundur," kata Hasto," kata Kepala BKKBN
Baca SelengkapnyaSebanyaj 333.600 orang buta per tahun di Indonesia.
Baca Selengkapnya