Semakin Besar Otak Manusia Ternyata Menyimpan Dampak yang Kerap Tak Disadari
Besarnya otak manusia dibanding hewan ternyata menyimpan efek samping yang perlu kita perhatikan.
Kemampuan intelektual manusia yang luar biasa telah memungkinkan kita untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang di berbagai lingkungan. Namun, sebuah penelitian terbaru mengungkapkan sisi lain dari keunggulan ini: otak manusia yang besar ternyata lebih rentan terhadap penurunan fungsi seiring bertambahnya usia.
Dilansir dari Science Alert, penelitian yang dilakukan oleh Sam Vickery, seorang ahli saraf dari Heinrich Heine University, bersama timnya, menunjukkan bahwa kapasitas neurologis tambahan yang kita miliki sejak berpisah dengan kerabat terdekat kita lebih dari 6 juta tahun lalu membawa konsekuensi yang tidak terduga.
-
Bagaimana peneliti mengukur perubahan ukuran otak manusia? Penelitian tersebut mengaitkan perubahan ukuran otak dengan data suhu global, kelembapan, dan curah hujan yang tercatat dalam sejarah.
-
Kenapa Homo sapiens memiliki otak yang lebih besar? Hal ini dikaitkan dengan kemampuan intelektual manusia yang kompleks, termasuk kemampuan berpikir abstrak, memecahkan masalah, dan mengembangkan bahasa dan budaya yang kompleks.
-
Apa dampak gravitasi mikro terhadap otak manusia? Para peneliti kemudian mengirim otak manusia dalam botol kecil ke ISS pada 2019. Marotta dan timnya khususnya mempelajari dampak neuron yang dipengaruhi oleh kondisi neurodegeneratif akibat gravitasi mikro seperti multiple sclerosis (MS) dan penyakit Parkinson.
-
Kenapa ukuran otak manusia diperkirakan mengecil? Analisis mereka menunjukkan bahwa penurunan ukuran otak baru-baru ini mungkin disebabkan eksternalisasi pengetahuan dan keuntungan pengambilan keputusan di tingkat kelompok.
-
Bagaimana para peneliti menemukan bukti penyusutan otak manusia? Para peneliti menggunakan analisis titik perubahan untuk memperkirakan waktu perubahan evolusi otak hominin.
-
Bagaimana amusia memengaruhi otak? Pemindaian otak menunjukkan bahwa otak orang yang mengalami amusia menerima dan merespons informasi nada, tetapi informasi tersebut tidak sampai ke kesadaran. Neuron-neuron merespons perbedaan nada yang tidak dapat mereka bedakan sendiri.
"Ekspansi korteks prefrontal yang berperan penting dalam fungsi kognitif tingkat tinggi, seperti pengendalian eksekutif, memori kerja, dan bahasa, ternyata membuat otak manusia lebih rentan terhadap penurunan materi abu-abu terkait usia," jelas Vickery dan tim dalam penelitiannya.
Penelitian Perbandingan Otak Manusia dan Primata
Untuk memahami hubungan ini, Vickery dan timnya menganalisis pemindaian MRI dari 189 otak simpanse (Pan troglodytes) dan 480 otak manusia, menggunakan algoritma untuk memetakan dan membandingkan volume materi abu-abu. Mereka juga mempelajari perbedaan otak antara simpanse, babon zaitun (Papio anubis), dan monyet rhesus (Macaca mulatta).
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara ukuran otak yang lebih besar dan penurunan fungsi terkait usia pada simpanse dan babon. Bahkan, ketika membandingkan simpanse dan monyet rhesus, ditemukan peningkatan kesehatan otak saat menua. Hal ini memperkuat hipotesis bahwa ekspansi korteks prefrontal manusia-lah yang menjadikan otak kita lebih rentan terhadap penurunan fungsi.
Kerentanan Unik Otak Manusia
Berbeda dengan manusia, otak simpanse lebih besar pada area yang berkaitan dengan fungsi sensorik dan gerakan, yang mungkin mendukung kemampuan mereka menggunakan alat dengan lebih baik dibandingkan monyet cercopithecoid. Namun, pada manusia, korteks prefrontal berkembang pesat untuk mendukung kemampuan kognitif tingkat tinggi seperti pemecahan masalah, bahasa, dan pengendalian emosi.
Sayangnya, wilayah otak ini juga merupakan yang pertama mengalami penurunan fungsi akibat penuaan. Korteks prefrontal cenderung lebih jarang memiliki neuron dibandingkan area otak lainnya, sehingga sel-selnya lebih rapuh. Penurunan ini dapat diperparah oleh gangguan degeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson.
"Teori kami menunjukkan bahwa bagian otak yang terakhir berkembang selama masa pertumbuhan justru menjadi yang pertama mengalami kemunduran akibat penuaan," ungkap Vickery.
Sementara itu, simpanse memang mengalami sedikit penurunan materi abu-abu seiring usia, tetapi tingkatnya jauh lebih kecil dibandingkan manusia. Namun, Vickery mencatat bahwa sebagian besar sampel MRI simpanse dalam penelitian ini adalah betina, sehingga diperlukan penelitian lanjutan dengan rasio jenis kelamin yang lebih seimbang untuk memastikan hasilnya.
Dampak dari Otak Besar dan Cerdas
Penemuan ini memberikan perspektif baru tentang harga yang harus kita bayar untuk kecerdasan manusia yang unggul. Dengan kemampuan berpikir yang luar biasa, otak kita membutuhkan perhatian dan perawatan yang lebih besar untuk mempertahankan fungsinya seiring bertambahnya usia.
Pentingnya menjaga kesehatan otak semakin relevan ketika kita memahami kerentanannya. Pola makan yang sehat, olahraga rutin, dan stimulasi mental seperti membaca atau mempelajari keterampilan baru dapat membantu melindungi otak dari penuaan dini.
Otak manusia, sebagai pusat dari semua aktivitas kognitif dan emosional kita, membutuhkan perhatian ekstra agar kemampuan luar biasanya dapat bertahan lebih lama.
Penelitian ini telah diterbitkan di jurnal Science Advances, memberikan wawasan mendalam tentang hubungan unik antara ukuran otak dan kerentanannya terhadap penuaan. Jadi, apakah kita sudah cukup menjaga organ luar biasa ini? Waktunya untuk memprioritaskan kesehatan otak sebelum terlambat.