Peneliti Ungkap Manusia akan Bernasib Sama Seperti Dinosaurus: Makin Bodoh Seiring Waktu, Ini Alasannya
Peneliti dari China dan Amerika Serikat mengamati fosil dinosaurus bertanduk dan menemukan fakta mengejutkan.
Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh tim gabungan dari China dan Amerika Serikat telah menemukan bahwa kecerdasan dinosaurus bertanduk semakin berkurang seiring waktu.
Ceratopsian, yang dikenal dengan jambul dan tanduknya adalah dinosaurus herbivora yang hidup pada periode Jurassic dan Kretaseus. Ceratopsia awal berjalan menggunakan dua kaki dengan ukuran mencapai panjang 2 meter.
-
Bagaimana dinosaurus memengaruhi penuaan manusia? Mengutip Indy100, Senin (8/1), makalah di BioEssays menunjukkan bahwa hal ini mungkin menyebabkan penurunan kemampuan manusia untuk memperbaiki DNA dan meregenerasi jaringan.
-
Apa pengaruh dinosaurus ke manusia? De Magalhães menegaskan bahwa tekanan evolusi selama era dinosaurus mendorong mamalia untuk fokus pada reproduksi yang cepat sebagai strategi kelangsungan hidup.
-
Kenapa manusia umur nya lebih pendek dari Dinosaurus? Ada perbedaan besar antara kecepatan penuaan mamalia dan kecepatan penuaan banyak spesies reptil dan amfibi. Perbedaan ini, menurut seorang ilmuwan, mungkin disebabkan oleh dominasi dinosaurus jutaan tahun yang lalu.
-
Bagaimana manusia berevolusi saat dinosaurus? Dalam pemikiran ini, ia mengusulkan apa yang disebutnya sebagai 'hipotesis longevity bottleneck,' sebuah teori yang mendukung gagasan bahwa mamalia, termasuk manusia, masih terikat oleh pembatas genetik yang berasal dari masa era dinosaurus.
-
Mengapa dinosaurus tidak bisa berevolusi menjadi cerdas? Karena itu evolusi dinosaurus diyakini akan berhenti karena gagalnya perkembangan otak mereka.
-
Apa yang terjadi pada dinosaurus? Periode lembap ini membuat dinosaurus bisa melakukan diversifkasi menyusul masa penuh gejolak yang ditandai sering terjadinya letusan gunung berapi.
Namun, pada akhir zaman Kretaseus setelah hampir 100 juta tahun evolusi, dinosaurus tersebut berjalan dengan empat kaki dengan ukuran 4 kali lipat lebih besar mencapai 9 meter.
Pada masa awal dinosaurus bertanduk itu memiliki volume otak yang relatif besar dibanding reptil lainnya. Fungsi tersebut membantu mereka lolos dari para predator, tapi kemampuan mereka semakin berkurang seiring mereka tumbuh besar, ujar para ilmuwan.
Kemampuan yang jarang digunakan
Dengan menggunakan fosil Ceratopsian sebagai sampel, para peneliti merekonstruksi ukuran otak dinosaurus tersebut dengan menggunakan teknologi pemindaian CAT untuk menghasilkan gambar tengkorak dan menganalisis rongga otak fosil tersebut.
Han Fenglu, salah satu profesor dari Universitas Geosains China mengatakan, seiring bertambahnya ukuran ceratopsian, mereka mengembangkan beberapa fitur dalam dirinya seperti baju besi untuk pertahanan diri dari dinosaurus karnivora atau predator lainnya.
“Seiring bertambahnya usia, kerentanan mereka (Ceratopsia) untuk dimangsa berkurang. Lingkungan menjadi lebih aman bagi mereka, dibanding saat mereka masih kecil yang selalu waspada terhadap ancaman dan mengandalkan kecepatan atau kelincahan untuk melarikan diri,” ujar Fenglu.
“Ketika fitur untuk waspada (indra penciuman dan pendengaran) untuk mendeteksi predator yang mendekat, ini jarang digunakan fungsi tersebut akan menurun,” kata Fenglu, seperti dikutip dari laman South China Morning Post, Senin (2/12).
Faktor ketergantungan
Menggunakan contoh hewan karnivora modern, Han mengatakan predator karnivora seperti singa menunjukkan tingkat kecerdasan yang relatif tinggi untuk memfasilitasi perburuan dan koordinasi sosial di kelompoknya.
Sementara itu, hewan herbivora modern seperti bison dan zebra tidak memerlukan kecerdasan tinggi karena kelangsungan hidup mereka bergantung pada upaya memenuhi kebutuhan perut dan menghindari predator.
Han, menganalogikan hal tersebut pada manusia, “Jika orang-orang semakin bergantung pada teknologi dengan munculnya kecerdasan buatan (AI) mungkin sulit untuk beradaptasi jika tidak memiliki alat-alat ini,” kata Han.
“Studi ini mengingatkan kita untuk tidak terlalu bergantung. Meskipun dinosaurus tidak memiliki kendali atas evolusi mereka, manusia dengan kecerdasan yang tinggi seharusnya mampu mengelola perilaku dan pilihannya.”
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti