Tips Mengatasi Tantrum Anak, Tanda-tanda Kapan Harus Mengunjungi Psikolog
Mengatasi tantrum pada anak secara efektif dan memahami kapan harus berkonsultasi dengan psikolog dapat mendukung perkembangan emosional anak.
Amukan atau tantrum yang sering dialami oleh anak-anak di bawah lima tahun sering kali membuat orang tua merasa kebingungan dan kekhawatiran. Perilaku ini biasanya ditandai dengan tindakan mengamuk, marah, atau menangis dengan suara keras. Namun, apakah perilaku ini mengindikasikan adanya masalah emosional yang lebih dalam pada anak? Menurut Dr. Amira Suryani, seorang psikolog anak, tantrum adalah hal yang wajar dalam proses perkembangan anak.
"Tantrum merupakan bagian dari proses belajar anak dalam mengelola emosi mereka," ungkapnya dalam sebuah wawancara dengan media nasional. Tantrum umumnya muncul ketika anak merasakan dua emosi yang kuat, yaitu kesedihan dan kemarahan. Di usia yang masih dini, kemampuan anak untuk mengekspresikan perasaan dengan kata-kata sangat terbatas, sehingga mereka sering kali merasa frustrasi ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan.
-
Apa tanda tantrum anak yang perlu dikonsultasikan? Jika anak sering tantrum dan kondisinya tidak membaik, segera konsultasikan pada psikolog anak melalui aplikasi Halodoc.
-
Apa yang harus dilakukan saat anak tantrum? Saat anak tantrum, ibu tetap harus menghadapinya dengan penuh ketenangan. Tarik napas dalam-dalam dan usahakan untuk nggak ikut terbawa emosi si anak.
-
Apa yang harus dilakukan orang tua saat anak tantrum? Tetap Tenang dan Sabar Saat anak mengalami tantrum, penting bagi orang tua untuk tetap tenang dan sabar.
-
Kapan tantrum anak jadi tanda masalah serius? Jika seorang anak mengalami amukan hampir setiap hari dengan durasi yang cukup lama, hal ini bisa menjadi sinyal adanya gangguan emosional atau psikologis.
-
Bagaimana cara menangani tantrum anak? 'Anak-anak belajar dari bagaimana orang tua menanggapi situasi mereka, jadi sangat penting untuk tetap sabar dan memberikan mereka rasa aman.'
"Penting bagi orang tua untuk memahami bahwa tantrum adalah cara anak untuk mengekspresikan perasaannya, bukan semata-mata tindakan negatif," tambah Dr. Amira. Meskipun tantrum merupakan fenomena yang normal, orang tua sebaiknya menyadari kapan perilaku ini memerlukan perhatian lebih, terutama jika frekuensinya terlalu tinggi, simak uraian yang dilansir Merdeka.com dari berbagai sumber Rabu (20/11).
1. Tantrum Merupakan Bagian dari Tahap Perkembangan Anak
Pada tahap perkembangan balita, tantrum merupakan hal yang wajar dalam proses pengembangan emosi anak. Dalam fase ini, anak mulai belajar untuk mengatur dan mengekspresikan perasaan mereka, tetapi keterbatasan dalam kemampuan berbicara sering kali membuat mereka merasa frustrasi. "Tantrum adalah reaksi emosional yang muncul karena anak belum mampu mengungkapkan keinginannya dengan kata-kata," ungkap Dr. Amira.
Dalam situasi ini, peran orang tua sangat penting untuk membantu anak mengenali dan mengelola emosi dengan cara yang lebih positif. Orang tua sebaiknya tidak menganggap tantrum sebagai perilaku yang disengaja atau sebagai bentuk pembangkangan. Tantrum sering kali terjadi ketika anak mengalami kesulitan dalam menghadapi emosi yang kuat, seperti kemarahan atau kekecewaan.
Oleh karena itu, hal pertama yang harus dilakukan orang tua adalah tetap tenang dan tidak terprovokasi untuk merespons dengan kemarahan. Dengan pendekatan yang tepat, orang tua dapat membantu anak belajar bagaimana cara menghadapi dan mengelola emosi mereka dengan lebih baik.
2. Pahami Faktor Penyebab Tantrum
Perilaku tantrum pada anak dapat dipicu oleh berbagai faktor, baik yang bersifat fisik maupun emosional. Beberapa alasan umum yang dapat menyebabkan tantrum meliputi rasa lapar, kelelahan, atau keinginan untuk mendapatkan perhatian dari orang tua. Ketika anak merasa diabaikan atau tidak diperhatikan, mereka sering kali mengekspresikan kekecewaan tersebut melalui perilaku tantrum. Di samping itu, ketidakmampuan anak dalam mengungkapkan keinginan mereka juga dapat menjadi pemicu terjadinya tantrum.
Menurut Dr. Amira, "pengaruh lingkungan sekitar juga berperan dalam pemicu tantrum." Anak yang berada dalam situasi yang penuh tekanan atau kebingungan cenderung merasa tidak nyaman, yang dapat menyebabkan mereka berperilaku mengamuk. Tantrum sering kali menjadi salah satu cara bagi anak untuk berusaha mengendalikan situasi yang mereka anggap sulit. Dengan memahami berbagai faktor yang memengaruhi perilaku ini, orang tua dapat lebih siap dalam menghadapi dan menangani tantrum yang terjadi pada anak mereka.
3. Strategi Efektif untuk Mengatasi Tantrum
Menangani tantrum pada anak membutuhkan ketenangan serta pendekatan yang bijaksana dari orang tua. Sangat penting untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi untuk merespons dengan kemarahan atau kekerasan. "Anak-anak belajar dari bagaimana orang tua menanggapi situasi mereka, jadi sangat penting untuk tetap sabar dan memberikan mereka rasa aman," ujar Dr. Amira.
Langkah pertama yang perlu diambil adalah memberikan ruang bagi anak untuk mengekspresikan emosi mereka tanpa rasa takut akan ancaman atau hukuman. Orang tua juga harus membantu anak untuk mengenali perasaan yang mereka alami. Setelah situasi tantrum mereda, ajaklah anak untuk berdiskusi mengenai perasaan mereka serta apa yang sebenarnya membuat mereka merasa marah atau sedih.
Dengan cara ini, anak dapat belajar untuk menemukan metode yang lebih sehat dalam mengekspresikan emosi mereka di masa mendatang. Proses ini tidak hanya mendidik anak tentang pengelolaan emosi, tetapi juga memperkuat ikatan antara anak dan orang tua.
4. Kapan Sebaiknya Meminta Bantuan dari Psikolog?
Tantrum merupakan hal yang biasa terjadi pada anak, namun ada kalanya orang tua perlu mempertimbangkan untuk mendapatkan bantuan dari tenaga profesional. Apabila tantrum berlangsung lebih lama dari biasanya atau frekuensinya meningkat dalam sehari, maka mungkin terdapat isu yang lebih serius yang perlu diatasi.
"Jika tantrum sudah mulai mengganggu kehidupan sehari-hari anak dan keluarga, atau anak mulai menunjukkan perilaku agresif terhadap diri sendiri atau orang lain, sebaiknya segera konsultasikan dengan psikolog," jelas Dr. Amira. Selain itu, orang tua juga harus waspada jika anak kesulitan mengendalikan emosinya atau mengalami tantangan dalam berinteraksi dengan teman-temannya.
Dalam kasus seperti ini, psikolog anak dapat berperan penting dalam mendiagnosis apakah terdapat masalah perkembangan atau emosional yang menjadi penyebab perilaku tersebut. Penanganan yang dilakukan sejak dini sangatlah krusial untuk membantu anak mengatasi masalah yang mungkin lebih mendalam.