Ketahui Arti Tantrum Beserta Penyebab dan Cara Penanganannya
Tantrum merupakan fenomena yang biasa terjadi pada anak dan dapat mengganggu jika tidak ditangani dengan tepat.
Pernahkah Anda para orang tua melihat anak Anda tiba-tiba berteriak dan menangis jika permintaan anak Anda tidak dituruti? Barangkali hal tersebut merupakan tanda tantrum pada anak.
Tantrum merupakan istilah yang biasa dipakai kepada anak yang tidak bisa mengontrol amarah mereka sehingga meluapkan emosi dengan cara berlebihan.
-
Bagaimana mencegah anak tantrum? Ajari anak untuk mengeluarkan perasaan marah mereka, menenangkan diri, dan mendapatkan kembali kontrol diri tanpa terlibat dalam teriakan-teriakan dan perilaku merusak.
-
Apa saja penyebab tantrum anak? Cobalah untuk mengidentifikasi penyebab tantrum. Apakah anak lelah, lapar, atau merasa tidak nyaman? Apakah mereka merasa frustrasi karena tidak bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan? Dengan memahami penyebab tantrum, Anda dapat mencari solusi yang lebih efektif.
-
Bagaimana menangani tantrum anak? Orang tua dapat menerapkan beberapa metode untuk menenangkan anak, seperti memberikan pelukan yang hangat, mengalihkan perhatian mereka ke aktivitas lain, atau memberikan waktu sejenak untuk merenung dan menenangkan diri.
-
Bagaimana mengendalikan tantrum anak? Untuk balita, Anda bisa melakukan pendekatan diri kepada anak ketika sedang tantrum. Pastikan untuk selalu memberi kenyamanan, seperti elusan, pelukan, dan yakinkan anak kalau orang tua mampu memahami perasaannya.
-
Apa yang harus dilakukan saat anak tantrum? Saat anak tantrum, ibu tetap harus menghadapinya dengan penuh ketenangan. Tarik napas dalam-dalam dan usahakan untuk nggak ikut terbawa emosi si anak.
Selain akan mengganggu, tantrum juga berpengaruh buruk pada karakter anak jika penanganannya tidak tepat.
Namun jangan khawatir, para orang tua harus paham arti tantrum beserta penyebab dan cara penanganannya yang tepat. Apa saja?
Melansir dari halodoc.com, Selasa (8/10) simak informasi selengkapnya berikut ini.
Apa Arti Tantrum?
Tantrum adalah kondisi saat anak menunjukkan ledakan kemarahan dan frustrasi yang tidak terkendali.
Biasanya seorang anak yang mengalami tantrum akan berteriak hingga menjerit, menendang, sampai berguling-guling di lantai.
Tantrum bisa terjadi dengan berbagai bentuk, sehingga setiap anak bisa jadi mengalami tantrum yang berbeda.
Namun umumnya anak tantrum akan berteriak histeris, memukul-mukul, menahan napas, muntah, memecahkan barang, melukai diri sendiri atau orang lain, atau bahkan melengkungkan punggung sebagai ekspresi emosi, dan lain-lain.
Fenomena tantrum lumrah terjadi pada anak usia 1-3 tahun dan biasanya disebabkan karena anak masih berada pada tahap awal perkembangan sosial, emosional, dan bahasa.
Penyebab yang paling mendasar adalah karena anak belum bisa mengomunikasikan kebutuhan dan perasaannya, akibatnya mereka jadi frustrasi.
Secara singkat, tantrum adalah salah satu cara anak kecil mengekspresikan dan mengelola perasaan, dan mencoba memahami atau mengubah apa yang terjadi di sekitar mereka.
Meski begitu, anak yang memiliki usia lebih dewasa juga bisa mengalami tantrum. Hal ini terjadi karena anak belum belajar cara yang aman untuk mengekspresikan atau mengelola perasaan.
Faktor Paling Berpengaruh Terjadinya Tantrum
Penderita tantrum kebanyakan adalah balita dan anak yang sedikit lebih besar.
Ada beberapa hal yang dapat meningkat risiko lebih mungkin terjadi, seperti:
Temperamen Anak
Ini memengaruhi seberapa cepat dan kuat anak-anak bereaksi terhadap hal-hal seperti peristiwa yang membuat frustrasi atau perubahan di lingkungan mereka. Anak-anak yang lebih sensitif mungkin akan lebih mudah kesal dengan hal-hal tersebut.
Stres, Kelaparan, Kelelahan, dan Stimulasi Berlebihan
Kondisi ini dapat mempersulit anak-anak untuk mengekspresikan dan mengelola perasaan dan tetap tenang.
Situasi yang Tidak Dapat Diatasi oleh Anak-Anak
Misalnya, seorang balita mungkin mengalami kesulitan mengatasi situasi saat anak yang lebih besar mengambil mainan mereka.
Emosi yang Kuat
Khawatir, takut, malu, dan marah dapat membuat anak-anak merasa kewalahan.
Gejala Tantrum
Untuk mengetahui anak menderita tantrum atau tidak, orang tua wajib mengenali gejala yang biasa terjadi.
Seorang anak akan menjerit, menangis, memukul adalah gejala tantrum yang umum terjadi. Tak jarang, amukan juga seringkali dilakukan.
Tantrum dapat menjadi tantangan untuk dihadapi, tetapi itu adalah bagian normal dari perilaku balita.
Beberapa gejala tantrum lainnya adalah:
- Merengek.
- Menangis, menjerit, dan berteriak.
- Menendang dan memukul.
- Menahan napas.
- Mendorong.
- Lemas.
- Melempar barang.
- Menegangkan badan dan meronta-ronta tubuhnya.
Penanganan Tantrum
Meski hal yang biasa terjadi, namun tantrum harus bisa diantisipasi oleh para orang tua. Pada dasarnya, penanganan tantrum berbeda-beda tergantung karakter masing-masing anak.
Namun, ada beberapa hal yang bisa jadi pertimbangan orang tua dalam hal menangani tantrum pada anak.
Untuk balita, bisa dilakukan dengan mendekatkan diri kepada anak ketika anak tantrum. Berikan kenyamana seperti pelukan dan elusan, serta yakinkan anak kalau orang tua memahami perasaannya.
Untuk anak yang lebih besar, orang tua bisa mengenali emosi-emosi anak setiap kali tantrum. Berikan jeda kepada anak dan dukung anak saat mereka tenang, dan segera atasi masalah yang memicu tantrum.
Selain itu, orang tua juga harus bisa menenangkan dan mengontrol emosi anak dengan cara berikut:
Pastikan Anak dan Orang di Sekitar Aman
Ini berarti orang tua perlu membawa anak ke tempat yang lebih kondusif, bila perlu.
Tenangkan Anak
Setelah anak berada di tempat yang aman, bantu anak untuk mengekspresikan emosinya. Kemudian bicaralah perlahan dengan suara rendah.
Jangan Mencoba Berargumentasi dengan Anak
Berikan ruang dan waktu untuk anak mengekspresikan emosinya. Orang tua juga perlu menenangkan diri agar tidak tersulut emosi ketika anak meluapkan amarah dan kekesalannya.
Bersikaplah Konsisten untuk Tidak Menyerah pada Kemauan Anak
Ini akan membantu anak belajar bahwa amukan tidak membantu mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Berikan Kesempatan Anak untuk “Marah”
Orang tua bisa mengizinkan anak untuk marah dengan mengatakan kalau ini adalah tempat yang pas buat anak mengeluarkan ekspresinya.
Meski hal yang biasa terjadi, namun tantrum harus bisa diantisipasi oleh para orang tua. Pada dasarnya, penanganan tantrum berbeda-beda tergantung karakter masing-masing anak.
Tidak Merespons Anak
Tidak memberikan respon saat anak melakukan tantrum sejauh ini adalah sikap yang efektif. Tantrum biasanya dilakukan anak untuk mendapatkan perhatian ataupun supaya keinginannya tercapai.
Jika orang tua, teman, keluarga, atau pengasuh lainnya secara konsisten mengabaikan perilaku ini, pada akhirnya anak akan berhenti. Menuruti keinginan anak saat anak tantrum justru membuat anak beranggapan tantrum adalah cara penyelesaian masalah yang tepat.
Atau anak akan berpikir bahwa dengan tantrum, mereka bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.
Bila orang tua atau orang dewasa lain selalu luluh setiap kali anak tantrum ataupun tidak memberikan respon yang mendidik supaya anak berhenti tantrum dengan penjelasan yang jelas, maka sikap emosi tak terkontrol ini akan kerap dibawa anak hingga remaja bahkan dewasa.
Tidak memberikan respon saat anak melakukan tantrum sejauh ini adalah sikap yang efektif. Tantrum biasanya dilakukan anak untuk mendapatkan perhatian ataupun supaya keinginannya tercapai.
Jika orang tua, teman, keluarga, atau pengasuh lainnya secara konsisten mengabaikan perilaku ini, pada akhirnya anak akan berhenti. Menuruti keinginan anak saat anak tantrum justru membuat anak beranggapan tantrum adalah cara penyelesaian masalah yang tepat.
Atau anak akan berpikir bahwa dengan tantrum, mereka bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.
Bila orang tua atau orang dewasa lain selalu luluh setiap kali anak tantrum ataupun tidak memberikan respon yang mendidik supaya anak berhenti tantrum dengan penjelasan yang jelas, maka sikap emosi tak terkontrol ini akan kerap dibawa anak hingga remaja bahkan dewasa.
Pencegahan Tantrum
Orang tua harus memahami cara mencegah tantrum terjadi secara berlebihan. Beberapa cara berikut bisa ditiru di rumah:
Konsisten
Tetapkan rutinitas harian sehingga anak tahu apa yang dilakukan. Ini termasuk tidur siang dan waktu tidur. Tantrum bisa saja dipicu oleh kurangnya waktu istirahat.
Biarkan Anak Membuat Pilihan yang Tepat
Hindari mengatakan tidak untuk semuanya. Untuk memberi anak rasa kontrol, biarkan anak membuat pilihan. “Mau pakai baju merah atau baju biru?” “Apakah kamu ingin makan apel atau melon?” “Apakah kamu mau membaca buku atau bermain lego?”
Puji Anak saat Berperilaku Baik
Beri anak pelukan atau beri tahu anak betapa bangganya orang tua ketika anak berhasil mengikuti arahan yang diberikan ayah atau ibu.
Hindari Situasi yang Memicu Tantrum
Jangan berikan mainan anak yang terlalu rumit untuknya. Jika anak kerap meminta mainan atau camilan saat berbelanja, jauhi area yang menjual benda-benda tersebut. Jika balita kerap tantrum di restoran, pilih tempat yang menawarkan layanan cepat.