Trepanasi, Metode Pengobatan Kuno yang Mengerikan dan Melubangi Kepala
Trepanasi adalah prosedur pembedahan kuno yang melibatkan pembuatan lubang pada tengkorak, dengan tujuan pengobatan dan ritual.

Trepanasi adalah prosedur pembedahan kuno yang melibatkan pembuatan lubang pada tengkorak manusia. Praktik ini telah ditemukan di berbagai budaya dan periode sejarah, mulai dari zaman Neolitikum hingga awal abad ke-20. Meskipun terdengar mengerikan, trepanasi mencerminkan pengetahuan medis dan praktik pengobatan yang kompleks pada masa lalu.
Dilansir dari Medical News Today, istilah “trepanasi” berasal dari kata Yunani kuno “trypanon,” yang berarti “bor” atau “alat pengebor.” Meskipun terdapat perbedaan halus dalam cara orang melakukan trepanasi sepanjang zaman dan di berbagai belahan dunia, dasar dari prosedur ini tetap sama. Prosedur ini — yang juga dikenal sebagai “trepanning” atau “trephination” — membutuhkan pengeboran lubang ke dalam tengkorak menggunakan alat tajam. Pada masa kini, dokter kadang-kadang melakukan kraniotomi, yaitu prosedur yang melibatkan pengangkatan bagian tengkorak untuk memberikan akses ke otak, namun berbeda dengan trepanasi, metode modern ini tidak menciptakan lubang permanen di tengkorak.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi berbagai aspek dari trepanasi, termasuk asal-usulnya, tujuan dan penggunaannya, serta evolusinya hingga ke praktik medis modern. Mengapa nenek moyang kita merasa perlu untuk melubangi tengkorak, dan apa motivasi di balik praktik ini? Mari kita telusuri lebih dalam.
Asal Usul Awal Trepanasi
Skull yang paling tua yang menunjukkan bukti trepanasi berasal dari periode Mesolitikum — sekitar 6000 SM. Bukti tersebut ditemukan di Afrika Utara, Ukraina, dan Portugal. Trepanasi tampaknya dimulai pada Zaman Batu. Menurut Éric Crubézy dari université Paul-Sabatie di Toulouse, Prancis, “Contoh tertua dari trepanasi (Mesolitikum) adalah kecil, dan muncul di populasi pemburu-pengumpul yang terpisah jauh dalam waktu dan ruang.”
Contoh lain dari trepanasi kuno menunjukkan tanda-tanda teknik trepanasi yang kurang rudimenter berasal dari periode Neolitikum, seperti di Republik Ceko, Prancis, dan beberapa daerah di Amerika Selatan. Namun, trepanasi tidak mati bersama nenek moyang kita dari Zaman Batu. Praktik ini terus berkembang hingga zaman modern. Baik orang Romawi kuno maupun orang Yunani kuno melakukan trepanasi dalam beberapa bentuk. Praktik ini mendapatkan perhatian dari Hippocrates (sekitar 460 SM–sekitar 370 SM) dan Galen (sekitar 130 M–sekitar 210 M), yang keduanya merupakan pelopor kedokteran modern.

Tujuan dan Penggunaan Trepanasi
Tujuan trepanasi bervariasi tergantung pada budaya dan periode waktu. Beberapa teori menyebutkan bahwa trepanasi mungkin dilakukan untuk meredakan tekanan intrakranial akibat cedera kepala, hematoma subdural, atau kondisi neurologis lainnya. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa beberapa pasien trepanasi menunjukkan tanda-tanda penyembuhan, yang menunjukkan bahwa prosedur tersebut terkadang berhasil.
Namun, tidak semua praktik trepanasi bersifat medis. Beberapa peneliti berpendapat bahwa trepanasi juga digunakan dalam konteks ritual atau spiritual, misalnya untuk mengeluarkan roh jahat atau sebagai bagian dari upacara inisiasi. Meskipun demikian, bukti untuk teori ini kurang kuat dibandingkan dengan bukti untuk penggunaan medis. Ada juga teori yang menyebutkan bahwa trepanasi pada hewan, seperti sapi, dilakukan sebagai latihan sebelum melakukan prosedur pada manusia.
Prosedur dan Risiko Trepanasi
Trepanasi dilakukan dengan menggunakan berbagai alat, mulai dari batu kasar hingga alat-alat logam yang lebih canggih. Prosedur ini sangat berisiko, dengan potensi komplikasi seperti infeksi, perdarahan, kerusakan otak, dan kematian. Tingkat keberhasilan dan kelangsungan hidup pasien sangat bervariasi tergantung pada keterampilan pembedah, kondisi pasien, dan tingkat kebersihan.
Menurut Hippocratic Corpus, sebuah koleksi teks medis Yunani kuno, trepanasi direkomendasikan untuk mencegah komplikasi terkait patah tengkorak. Dalam salah satu teksnya, dijelaskan bahwa, “Jika tengkorak patah dan terdapat retakan, itu berbahaya. Anda harus melakukan trepanasi untuk mencegah nanah mengalir melalui retakan tulang dan menginfeksi membran.”

Trepanasi di Zaman Modern
Meskipun praktik trepanasi tradisional telah ditinggalkan, teknik modern yang serupa masih digunakan dalam bedah saraf. Teknik-teknik ini, seperti pengeboran lubang kecil pada tengkorak (burr holes), digunakan untuk berbagai tujuan medis, termasuk meredakan tekanan intrakranial, melakukan biopsi otak, atau memasang shunt. Namun, prosedur modern ini dilakukan dengan teknik steril dan peralatan yang canggih, sehingga risiko komplikasi jauh lebih rendah dibandingkan dengan praktik trepanasi tradisional.
Selama abad ke-18, trepanasi menjadi perhatian khusus di kalangan ahli bedah Eropa, yang dikenal sebagai “abad trepan.” Pada saat itu, dokter menggunakan trepanasi untuk mengobati gegar otak dan peradangan otak. Namun, pada akhir abad ke-18, pendapat di kalangan komunitas medis terbagi mengenai apakah prosedur ini berguna atau berbahaya.
Trepanasi merupakan prosedur yang menarik dan kompleks yang mencerminkan pengetahuan dan praktik medis kuno. Meskipun berisiko, praktik ini menunjukkan kemampuan manusia untuk mengatasi masalah medis yang kompleks, bahkan dengan peralatan dan pengetahuan yang terbatas. Perlu diingat bahwa praktik trepanasi modern sangat berbeda dari praktik tradisional dan dilakukan dengan standar keamanan dan sterilisasi yang tinggi.