5 Kasus Pengurangan Poin Terbesar dalam Sepak Bola: Skandal Calciopoli yang Paling Menghebohkan
Sebelum kasus Everton, sudah terdapat banyak kejadian pengurangan poin dalam sejarah sepak bola di seluruh dunia.
Everton mengalami pengurangan 10 poin setelah komisi independen memutuskan bahwa klub tersebut bersalah atas pelanggaran aturan financial fair play (FFP) di Liga Inggris. Pengurangan poin ini berlaku langsung pada musim ini, yang berakibat Everton terjun dari posisi 14 ke zona degradasi, hanya unggul dari tim terbawah, Burnley.
Liga Inggris sebelumnya telah mengajukan pengaduan terhadap klub asal Merseyside ini dan merujuk kasusnya kepada komisi independen pada awal tahun. Dalam pernyataan Premier League, disebutkan, "Selama persidangan, klub mengakui bahwa mereka melanggar aturan profitabilitas dan keberlanjutan (PSR) untuk periode yang berakhir pada musim 2021/2022 tetapi tingkat pelanggarannya masih diperdebatkan."
Selain itu, komisi independen juga menyatakan, "Perhitungan PSR Everton FC untuk periode yang relevan menghasilkan kerugian sebesar 124,5 juta, sebagaimana dinyatakan oleh Liga Inggris, yang melebihi ambang batas sebesar 105 juta yang diizinkan berdasarkan PSR."
Luton Town
Luton Town memulai musim 2008/09 dalam keadaan yang sangat merugikan, karena mereka harus kehilangan 30 poin. Kisah perjalanan mereka dapat dipandang sebagai sebuah prestasi yang luar biasa atau mungkin menjadi salah satu keajaiban dalam dunia sepak bola.
Pengurangan 30 poin tersebut terjadi akibat dua pelanggaran yang berbeda: 10 poin karena melakukan pembayaran ilegal kepada agen dan tambahan 20 poin karena tidak menuntaskan proses administrasi dengan benar. Meskipun ada klub lain, seperti Leeds, yang mampu tampil baik meskipun menghadapi masalah serupa, Luton tidak berhasil melakukannya.
AC Milan
Skandal Calciopoli mengakibatkan AC Milan harus menerima sanksi berupa pengurangan 30 poin. Akibatnya, mereka tidak berhasil meraih gelar juara Serie A pada musim 2005/06. Di sisi lain, Juventus mengalami degradasi ke Serie B. Meskipun dituduh hanya mengatur satu pertandingan pada musim sebelumnya, Rossoneri merasa sangat menyesali keputusan yang mereka ambil.
Selain itu, Milan juga dikenakan pengurangan delapan poin pada kampanye musim berikutnya. Hal ini menandakan bahwa mereka bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa depan.
Fiorentina
Fiorentina pernah terlibat dalam skandal Calciopoli yang mengakibatkan pengurangan 30 poin bagi mereka. Selain itu, mereka juga kehilangan tiket untuk berpartisipasi di Liga Champions. La Viola terlibat dalam berbagai keputusan wasit yang menuai kontroversi selama musim 2004/05.
Hal ini terjadi karena pemilik klub, Della Valle, teridentifikasi sebagai salah satu yang bekerja secara ilegal dengan kepala wasit, Paolo Bergamo. Klub merasa bahwa sanksi yang dijatuhkan sangat tidak adil dan merugikan mereka.
Lazio
Skandal Calciopoli berdampak besar bagi Lazio, yang kehilangan total 30 poin dan terjun dari posisi keenam ke urutan 16. Meskipun demikian, mereka berhasil menghindari degradasi dengan selisih tiga poin, serta menyelesaikan kompetisi dengan selisih gol yang cukup baik.
Derby County
Sebelum kasus Everton, pengurangan poin yang dialami Derby County pada musim 2021/22 merupakan contoh terbaru yang paling mencolok di Inggris. Pada musim gugur 2021, Derby County mengalami kesulitan untuk bertahan setelah dikenakan pengurangan 21 poin. Hukuman ini dijatuhkan karena dua alasan utama; pertama, mereka kehilangan 12 poin akibat masalah administrasi, dan kedua, sembilan poin lainnya dicabut karena pelanggaran terhadap peraturan akuntansi yang ditetapkan oleh EFL.
Kasus ini menunjukkan betapa seriusnya dampak yang ditimbulkan oleh pelanggaran administratif dan akuntansi dalam dunia sepak bola. Penurunan poin seperti ini dapat mengubah arah sebuah klub, memengaruhi posisi mereka di liga, dan berpotensi mengancam keberlangsungan tim. Oleh karena itu, penting bagi klub-klub untuk mematuhi semua regulasi yang ada agar terhindar dari sanksi yang merugikan.