Bahaya Sampah Plastik bagi Lingkungan Beserta Dampaknya yang Masih Terabaikan
Merdeka.com - Sampah plastik menjadi persoalan yang semakin runyam bagi lingkungan karena pertambahan produksinya setiap tahun yang tidak sebanding dengan pengelolaannya.
Para peneliti memperkirakan bahwa lebih dari 8,3 miliar ton plastik telah diproduksi sejak awal 1950-an. Sekitar 60% dari plastik itu berakhir di tempat pembuangan sampah atau lingkungan alam.
Ini kemudian menyebabkan terganggunya habitat makhluk hidup yang mendiami lingkungan tertentu misalnya saja laut. Plastik telah ditemukan di lebih dari 60% burung laut dan 100% spesies penyu, yang salah mengartikan plastik sebagai makanan.
-
Bagaimana sampah plastik mengancam kesehatan manusia? Sampah plastik dapat membahayakan satwa laut yang memakan atau terperangkap dalam limbah plastik, serta berdampak buruk bagi kesehatan manusia melalui rantai makanan.
-
Mengapa sampah plastik berbahaya bagi ekosistem? Plastik di laut menyebabkan kerusakan ekosistem laut. Penyu sering memakan kantong plastik yang mengapung, mengiranya sebagai ubur-ubur, sementara burung laut dan ikan juga menelan serpihan plastik yang berakhir di perut mereka, yang dapat menyebabkan kematian karena kelaparan.
-
Mengapa sampah plastik berbahaya? Sifat sampah plastik tidak mudah terurai proses pengolahannya menimbulkan toksit dan bersifat karsinogenik, butuh waktu sampai ratusan tahun bila terurai secara alami.
-
Kenapa plastik bahaya untuk kesehatan? Limbah sampah plastik mengandung zat beracun yang berbahaya bagi tubuh. Beberapa jenis sampah seperti plastik kemasan atau barang plastik bisa mengakibatkan disfungsi ginjal dan hati.
-
Mengapa sampah plastik sangat mencemari lingkungan? Selain dampak buruknya yang mampu mencemari lingkungan, permasalahan ini pun tentunya dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya karena dinilai sangat tidak higienis. Bukan hanya itu saja, tumpukan sampah ini juga mampu menciptakan ledakan gas metana yang berbahaya bagi keselamatan manusia.
-
Bagaimana plastik merusak tubuh? Paparan mikroplastik dan logam berat yang muncul dari limbah plastik juga bisa menimbulkan kerusakan kulit dan memicu beragam gangguan pada tubuh, seperti gangguan pernapasan, masalah pencernaan, gangguan saraf dan kelenjar endokrin, seperti penyakit tiroid.
Dan ketika hewan menelan plastik, hal itu dapat menyebabkan masalah yang mengancam jiwa, termasuk penurunan kebugaran, penyerapan nutrisi, dan efisiensi makan, padahal semuanya penting untuk kelangsungan hidup. Berikut selengkapnya merdeka.com merangkum bahaya sampah plastik bagi lingkungan dan kehidupan:
Tren konsumsi plastik dan sampah plastik
Secara umum, setengah dari semua plastik yang diproduksi dirancang untuk digunakan hanya sekali dan kemudian dibuang. Inilah yang menyebabkan tren sampah plastik semakin menggunung dan menjadi bom bencana lingkungan dari waktu ke waktu.
Sejak 1950-an, tingkat produksi plastik telah tumbuh lebih cepat daripada bahan lainnya. Lebih dari 99% plastik dihasilkan dari bahan kimia yang berasal dari minyak, gas alam, dan batu bara, semuanya merupakan sumber daya yang kotor dan tidak dapat diperbarui. Jika tren saat ini berlanjut, pada tahun 2050 industri plastik dapat mencapai 20% dari total konsumsi minyak dunia.
Hanya 9% dari semua sampah plastik yang pernah dihasilkan telah didaur ulang. Sekitar 12% telah dibakar, sedangkan sisanya, 79% telah terakumulasi di tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan sampah atau lingkungan alam.
Sifat plastik yang tahan terhadap pembusukan untuk menjadikannya alat pengemas yang aman juga membuatnya sulit untuk terurai di alam. Plastik mungkin akan terpecah menjadi partikel-partikel kecil yang nantinya tertelan hewan di mana hewan tersebut akhirnya kita konsumsi.
Bahaya sampah plastik
Dampak biologis sampah plastik
Dampak sampah plastik secara biologis yaitu mempengaruhi organisme sungai dan laut. Karena hampir semua sampah plastik di darat yang hanyut ke sungai, nantinya bermuara ke laut lepas.
Diperkirakan bahwa sampah plastik laut berdampak buruk pada setidaknya 267 spesies secara global, termasuk 86% penyu, 44% burung laut, dan 43% mamalia laut.
Ancaman paling umum terhadap satwa liar meliputi bahaya fisik dari konsumsi dan keterjeratan, dan ancaman toksikologi dari konsumsi kontaminan yang menempel dan terperangkap di dalam partikel plastik.
Dampak kimia
Dampak kimia yang terkait dengan sampah plastik air meliputi akumulasi dan pengangkutan kontaminan persisten, bioakumulatif dan beracun (PBT), seperti PCB dan pestisida.
Zat PBT adalah senyawa kimia yang tahan terhadap degradasi (penguraian), sangat mobile di lingkungan dan menunjukkan tingkat toksisitas yang tinggi. Sampah plastik di air telah ditemukan mengakumulasi kontaminan pada konsentrasi yang besarnya (ribuan hingga jutaan kali) lebih besar dari lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan sejumlah penelitian, termasuk yang dilakukan oleh EPA, plastik memiliki potensi untuk menyerap bahan kimia yang menjadi perhatian dari lingkungan, dan berfungsi sebagai mekanisme transportasi global yang potensial untuk kontaminan yang menjadi perhatian ke dalam rantai makanan dan berpotensi bagi manusia yang memakan makanan laut.
Kontaminan yang terakumulasi di permukaan partikel plastik serta yang ada di dalam plastik dapat dilepaskan ke lingkungan ketika plastik terurai menjadi partikel yang lebih kecil sebagai akibat dari radiasi ultraviolet (UV), gaya mekanis, dan pelapukan.
Bukti menambahkan bahwa puing-puing plastik, termasuk pelet dan fragmen resin, mentransfer PBT ke organisme saat dikonsumsi. Misalnya, akumulasi PBT dari plastik telah didokumentasikan pada burung laut dan organisme bentik. Dalam sebuah penelitian oleh Ryan et al (1988), burung penciduk besar (Puffinus gravis), burung laut yang diketahui menelan plastik, memiliki konsentrasi PCB dalam jaringan lemak yang sesuai dengan jumlah plastik yang ditemukan di perut mereka.
Dampak sampah plastik pada manusia
Selain merusak habitat dan jasa ekosistem yang digunakan manusia, sampah plastik di air dapat secara langsung mengganggu navigasi, menghambat penangkapan ikan komersial dan rekreasi, mengancam kesehatan dan keselamatan, dan mengurangi pariwisata.
Puing-puing besar, seperti jaring ikan terlantar dan tali pancing yang mengapung di atau tepat di bawah permukaan, merupakan ancaman terbesar bagi navigasi kapal. Tali dan jaring dapat terlilit di sekitar baling-baling dan tersangkut di saluran masuk motor, dan kapal dapat menabrak benda-benda besar, merusak lambung dan baling-baling.
Imobilisasi kapal komersial dan rekreasi dapat mengakibatkan peningkatan biaya navigasi karena kehilangan waktu, perbaikan yang mahal, serta hilangnya nyawa manusia. Dalam contoh tragis, alat penangkap ikan yang terlantar berkontribusi pada tenggelamnya feri penumpang Korea pada tahun 1993 yang mengakibatkan kematian 292 penumpang. (mdk/amd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Membakar sampah plastik menjadi salah satu cara yang sering dilakukan oleh masyarakat. Tapi, tindakan ini ternyata sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Baca SelengkapnyaPlastik sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, namun nyatanya ada bahaya mengintai di baliknya.
Baca SelengkapnyaMembuang sampah sembarangan telah menjadi salah satu masalah lingkungan yang juga berdampak buruk pada kesehatan.
Baca SelengkapnyaDalam upaya untuk memahami dan mengatasi masalah ini, artikel-artikel lingkungan muncul sebagai sumber informasi yang berharga.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang enam fakta penting tentang sampah plastik yang harus dipahami.
Baca SelengkapnyaMengetahui permasalahan di lingkungan sekitar bisa membantu keadaan menjadi lebih baik.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com mengulas 8 permasalahan lingkungan yang signifikan di Indonesia dan dampaknya terhadap keberlanjutan lingkungan dan kehidupan manusia.
Baca SelengkapnyaZat hasil pembakaran sampah dapat berisiko meningkatkan potensi kanker pada manusia.
Baca SelengkapnyaUdara tidak hanya tercemar oleh asap, tapi juga mikroplastik.
Baca SelengkapnyaPenting untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah lingkungan.
Baca SelengkapnyaLimbah cair dapat menyebabkan kelangkaan air dan kerusakan ekosistem.
Baca SelengkapnyaKurangnya penanganan sampah secara maksimal, ditambah dengan pencemaran limbah yang membuat air laut semakin hitam telah merugikan para nelayan.
Baca Selengkapnya