Memiliki Panjang 150 Meter, Intip Kisah Tongkat Sakti Tunggal Panaluan Milik Orang Batak
Suku Batak mempunyai ragam jenis kepercayaan kepada leluhur yang sampai sekarang menjadi bagian dari sejarah lisan. Beberapa di antaranya berbentuk benda yang dianggap begitu sakral dan memiliki kekuatan di dalamnya.
Salah satu benda yang dipercaya memiliki kekuatan magis di dalamnya yaitu Tongkat Tunggal Panaluan. Bagi masyarakat Batak Toba, tongkat ini bukan sekedar kayu biasa, melainkan terdapat roh-roh nenek moyang.
Terdapat keunikan dan tersimpan kisah dari lahirnya tongkat sakti Tunggal Panaluan yang sampai sekarang cerita tersebut masih terus berkembang di masyarakat Batak Toba.
Penasaran dengan kisah Tongkat Sakti Tunggal Panaluan? Simak rangkumannya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Memiliki Panjang 150 Meter
Melansir dari beberapa sumber, tongkat kepercayaan orang Batak Toba itu memiliki panjang sekitar 150 meter sampai 200 meter. Setiap sisi tongkat terdapat ukiran yang mirip manusia dan naga yang menjadi sebuah kisah masa lalu.
Tunggal Panaluan diambil dari kata "Tunggal" yang artinya satu, dan "Panaluan" yang berarti selalu mengalahkan.
Tongkat ini menggambarkan sebuah kosmologi orang Batak yang terdiri dari hubungan Banua Toru, Banua Tonga, dan Banua Ginjang. Ketiganya terpahat jelas di pahatan pohon yang bernama Sibaran atau nasib manusia.
Bersemayam Roh Leluhur
Bagi orang-orang Batak, tongkat Tunggal Panaluan sendiri dipercaya menjadi tempat tinggal para roh leluhur yang bisa memanggil hujan, menyembuhkan orang sakit, mengusir wabah, mendatangkan berkah, menjaga rumah dan kampung dari serangan musuh.
berita untuk kamu.
Maka dari itu, proses pembuatan tongkat ini tidaklah main-main.
Tunggal Panaluan terbuat dari kayu jenis Tada-Tada dan sebelum pengerjaan terlebih dahulu digelar ritual seperti sesajian, pangurason, dan berpuasa.
Banyak Diburu
Tongkat ini bukan menjadi sebuah benda yang sakral, malahan banyak orang masih memburu tongkat tersebut karena dipercaya siapa yang bisa memilikinya akan punya kekuatan, kekuasaan, dan ditakuti lawan.
Banyaknya orang yang memburu tongkat tersebut kemudian dimanfaatkan oleh sebagian orang lainnya dengan membuat replikanya dan bahkan mereka mengaku jika barang tersebut asli.
Bagi yang ingin memiliki tongkat tersebut, jangan berharap untuk bisa mendapatkan kekuatan. Kembali lagi pribadi masing-masing, tongkat tersebut dijadikan sebagai cenderamata, kepentingan seni, atau koleksi pribadi.
Perkawinan Sedarah
Awal mula tongkat Tunggal Panaluan ini muncul berawal dari cerita turun temurun tentang perkawinan sedarah di Tano Batak. Pasangan tersebut sudah bertahun-tahun tidak memiliki keturunan.
Atas doa dan usaha mereka akhirnya dikaruniai seorang anak kembar laki-laki dan perempuan. Para tetua kampung memberi saran kepada mereka agar memisahkan kedua anak tersebut agar tidak terjadi bencana di kemudian hari, sang ayah pun tidak melaksanakan nasihat tersebut.
Anak tersebut tumbuh besar dengan kasih sayang orang tua. Namun, warga kampung meliihat kedua anak tersebut sudah seperti sepasang kekasih.
Pada suatu hari, musim kemarau melanda desa tersebut selama berbulan-bulan. Para tetua pun berunding dan memutuskan untuk memanggil Datuk untuk mencari tahu apa yang terjadi.
Menurutnya, di tempat ini terdapat hubungan terlarang yang dilakukan saudara sekandung dan tertujulah kepada si anak kembar itu.
Tenggelam dalam Pohon
Kedua anak tersebut diputuskan untuk diusir dari kampung. Orang tuanya mendirikan sebuah rumah untuk mereka dan beberapa hari sekali datang menjenguk sambil membawa makanan. Rumah si kembar pun dijaga oleh seekor anjing.
Pada suatu hari, salah satu anak bernama Tapi Nauasan melihat pohon berbuah lebat dan meminta abangnya untuk memanjat pohon tersebut. Sang abang bernama Aji Donda menuruti dan memetik beberapa buah, tak lama tubuhnya tenggalam di dalam pohon.
Sang adik yang merasa abangnya tak kembali, ia kemudian mencarinya. Lalu ia melihat sang abang sudah tenggelam di dalam pohon dan hanya terlihat kepalanya saja. Merasa panik, ia memanjat pohon itu untuk membantu abangnya, namun nahas, Ia pun ikut tenggelam di pohon tersebut.
Kedua orang tuanya yang mengetahui anak kembarnya tenggelam di dalam pohon itu tak berhenti menangis. Kemudian, dipahatlah batang pohon menyerupai rupa anak-anaknya itu yang kemudian disebut sebagai Tongkat Sakti Tunggal Panaluan.
- Adrian Juliano
Kain tenun Ulos menjadi sebuah simbol kerajinan tradisional dari Suku Batak yang sarat makna dan fungsional.
Baca SelengkapnyaAda spesies kantong semar yang membuat dua orang asal Jerman rela ke Gunung Sibuatan hanya untuk melakukan penelitian terhadap tumbuhan tersebut.
Baca SelengkapnyaPeninggalan batu megalitik setinggi 4,5 meter ini merupakan bukti sejarah dari keberadaan Suku Napu, Besoa, dan Bada yang sudah menempati Lembah ini sejak lama.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Cerita sosok makhluk halus yang satu ini cukup populer di lapisan masyarakat Batak.
Baca SelengkapnyaCatatan kuno Jawa mengungkapkan warisan pengetahuan dalam bidang pengobatan tradisional, terutama untuk meredakan penyakit batuk. Simak selengkapnya disini!
Baca SelengkapnyaKetika seseorang telah pergi untuk selamanya, bagi kelompok Suku Batak Toba orang tersebut layak untuk mendapatkan penghormatan.
Baca SelengkapnyaPantun Batak lucu biasanya berisi sindiran, ejekan, atau lelucon yang tidak terlalu kasar, tetapi tetap menyentil.
Baca SelengkapnyaBatu peninggalan di Pulau Samosir ini memiliki bentuk yang unik.
Baca SelengkapnyaKampung itu sering diterjang banjir dengan ketinggian hingga 1,8-2 meter.
Baca Selengkapnya