Dianggap Sakti sampai Sekarang, Senjata Ini Dulu Bikin Pasukan Belanda Tak Bisa Masuk Tulungagung
Masyarakat Tulungagung punya senjata andalan sejak zaman penjajahan. Konon, gara-gara senjata ini dulu pasukan Belanda tak bisa masuk Tulungagung.
Menyelamatkan masyarakat dari kekejaman Jepang
Dianggap Sakti sampai Sekarang, Senjata Ini Dulu Bikin Pasukan Belanda Tak Bisa Masuk Tulungagung
Masa penjajahan Jepang dan Belanda jadi masa-masa terburuk bagi pribumi Indonesia. Namun, di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, penderitaan yang dirasakan warga lebih ringan dibanding daerah lain. Rupanya gara-gara mereka punya penyelamat.
(Foto: Kemdikbud RI)
-
Apa peninggalan Belanda di Tapanuli Selatan? Salah satu jejak peninggalan kolonial Belanda ada di Tapanuli Selatan berupa kolam renang.
-
Kenapa Belanda membangun benteng di Gunung Palasari? Tidak diketahui secara persis mengapa Belanda membangun benteng di sana. Namun menurut penuturan warga setempat, bangunan ini salah satunya digunakan untuk memantau wilayah kota sebagai bentuk antisipasi perlawanan.
-
Kenapa benteng Ulak Karang terbengkalai? Alih-alih aset peninggalan masa penjajahan menjadi potensi objek wisata sejarah, benteng Ulak Karang ini justru bernasib sebaliknya. Meski sudah berusia ratusan tahun, benteng ini masih cukup kokoh dan beberapa akses ruangan masih terlihat jelas bagaimana gambaran ketika benteng ini masih aktif digunakan oleh tentara Jepang. Kini, kondisi benteng tersebut begitu terbengkalai, kotor, dan banyak dedaunan yang mengelilingi sisi luar benteng.Hal ini kurangnya perhatian dari pemerintah setempat untuk menjaga bangunan bersejarah tersebut yang berpotensi sebagai objek wisata karena dekat dengan pantai.
-
Kenapa senjata kuno tersebut masih dalam kondisi baik? Tumpukan salju dan lapisan es dapat mengawetkan sisa-sisa organik untuk jangka waktu yang lama, karena suhu dingin secara signifikan memperlambat proses kimia dan biologis, sehingga hampir menghentikan degradasi ketika suhu mencapai titik beku.
-
Dimana senjata kuno itu ditemukan? Senjata ini ditemukan di hutan dekat daerah Hrubieszow, Polandia timur, seperti dilansir Ancient Pages.
-
Apa saja senjata kuno yang ditemukan? Senjata yang ditemukan ini mencakup ujung tombak, kapak, dan tiga lainnya yang jenisnya belum teridentifikasi.
Kanjeng Kyai Upas
Penyelamat pribumi di masa penjajah biasanya adalah tokoh-tokoh sakti. Hal ini berbeda dengan yang terjadi di Tulungagung. Penyelamat warga Tulungagung dari kekejaman penjajah adalah Kanjeng Kyai Upas. Sekilas namanya mirip nama orang, tapi Kanjeng Kyai Upas adalah pusaka berbentuk tombak.
Tombak ini memiliki bilah sekitar 35 cm dengan tangkai sepanjang 4 meter. Pada bagian bawah bilah terdapat hiasan berbentuk huruf Arab dengan lafal "Allah" dan "Muhammad."
(Foto: Pemkab Tulungagung)
Kanjeng Kyai Upas diyakini memiliki kekuatan magis atau bertuah. Konon, pusaka ini mampu menolak musuh, termasuk ketika pasukan Belanda mencoba masuk ke Kabupaten Tulungagung pada masa penjajahan.
(Foto: Diskominfo Kabupaten Tulungagung)
Legenda
Kisah keberadaan Kanjeng Kyai Upas berawal pada akhir pemerintahan Majapahit. Salah satu punggawa kerajaan, Ki Wonoboyo, membuka hutan di dekat Rawa Pening Ambarawa, wilayah Mataram.
Suatu hari dalam acara bersih desa, seorang juru masak wanita meminjam pisau dari Ki Wonoboyo. Juru masak itu lupa tidak meletakkan pisau di pangkuannya. Akibatnya, pisau tersebut tiba-tiba hilang dan masuk ke dalam perut sang juru masak dan menyebabkan dia hamil.
Ki Wonoboyo malu dan sedih karena peristiwa ini. Ia kemudian semedi di Puncak Gunung Merapi.
Saat tiba waktu melahirkan, juru masak tersebut melahirkan seekor ular yang kemudian diberi nama Baru Klinthing.
Baru Klinthing tumbuh dewasa dan ingin diakui oleh ayahnya, Ki Wonoboyo. Ki Wonoboyo setuju, asalkan Baru Klinthing bisa melingkari puncak Gunung Merapi. Namun, Baru Klinthing tidak mampu melakukannya, ia menyiasatinya dengan menjulurkan lidah. Ki Wonoboyo mengetahui trik ini dan memutus lidah Baru Klinthing, yang kemudian berubah menjadi Pusaka Tombak Kyai Upas.
Selanjutnya, Baru Klinthing melarikan diri dan terjun ke laut Selatan. Tubuhnya berubah menjadi sebatang kayu yang kemudian digunakan Ki Wonoboyo sebagai pegangan untuk tombak. Tombak itu kemudian diberi nama Kanjeng Kyai Upas.
Pusaka Turun-temurun
Setelah kematian Ki Wonoboyo, pusaka Tombak Kanjeng Kyai Upas diwariskan kepada putranya, Ki Ajar Mangir. Ki Ajar Mangir menggunakan pusaka ini untuk melawan pemerintahan Mataram.
Setelah menikahi Putri Pembayun, ia membawa pusaka ini ke hadapan Raja Mataram. Padahal ada peraturan bahwa siapapun yang menghadap raja dilarang membawa pusaka.
Raja Mataram langsung membenturkan kepala KI Ajar Mangir pada dhampar raja yang terbuat dari batu hingga meninggal dunia.
Sejak saat itu, Tombak Kyai Upas menjadi pusaka Bupati Tulungagung secara turun temurun hingga saat ini.
Dikutip dari laman resmi warisanbudaya.kemdikbud.go.id, dalam perjalanan sejarahnya, Tombak Kanjeng Kyai Upas berhasil menyelamatkan Kabupaten Tulungagung dari serangan penjajah Belanda hingga tentara Belanda tidak bisa memasuki Kabupaten Tulungagung.