Mengunjungi Museum Le Mayeur, Simbol Cinta Abadi Pelukis Belgia dengan Penari Bali
Intip kisah romatis di museum yang terletak di Jalan Hang Tuah, Sanur Kaja, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali ini.
Intip kisah romatis di museum yang terletak di Jalan Hang Tuah, Sanur Kaja, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali ini.
Mengunjungi Museum Le Mayeur, Simbol Cinta Abadi Pelukis Belgia dengan Penari Bali
Bangunan berarsitektur Bali kental ini bernama Museum Le Mayeur. Tampak kondisinya sudah cukup tua, karena mempertahankan gaya bangunan asli sejak tahun 1957.
Di sini ditampilkan koleksi lukisan dari pelukis asal Belgia bernama Adrien Jean Le Mayeur de Merpres. Hampir seluruh karyawan menampilkan gambar dari seorang gadis Bali bernama Ni Nyoman Pollok.
-
Dimana Museum Bahari berada? Berbicara soal jejak kejayaan rempah, Museum Bahari di Kecamatan Penjaringan, Kota Jakarta Utara, menjadi tempat yang cocok untuk napak tilas masa silam.
-
Dimana letak Museum Bahari? Museum bahari ini terletak di sebarang Pelabuhan Sunda Kelapa.
-
Dimana letak Museum Bale Indung Rahayu? Jika berkunjung ke Kabupaten Purwakarta mampirlah ke Museum Bale Indung Rahayu di Jalan R.E Martadinata, Nagri Tengah.
-
Dimana Museum Batik Pekalongan terletak? Museum yang terletak di Jalan Jetayu No.1 Panjang Wetan, Pekalongan buka setiap hari, Senin-Minggu pukul 08.00-15.15 WIB.
-
Dimana lokasi Museum Batik Yogyakarta? Museum Batik Yogyakarta beralamat di Jalan Doktor Sutomo No. 13A, Bausasran, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta.
-
Apa saja yang ditampilkan di Museum Bale Indung Rahayu? Di sini, ditampilkan diorama tentang peran penting seorang ibu bagi masyarakat Sunda. Terdapat sejumlah ruang di sana, salah satunya yang menggambarkan proses penciptaan manusia sampai dengan kelahirannya. Lalu terdapat juga aktivitas sosial perempuan, dengan rasa sayangnya terhadap sang anak. Di museum itu juga ditampilkan bagaimana seorang anak tumbuh menjadi dewasa melalui peran seorang ibu. Termasuk aspek budayaan rumah tangga Sunda, seperti arsitektur rumah, bentuk dan makna ruangan dapur sampai permainan tradisional anak-anak.
Gaya lukisan realis dengan aneka warna cat membuat objek tampak hidup, termasuk dari gambar pemandangan dan kebudayaan Bali yang Le Mayeur abadikan di tahun 1930 an sampai 1940-an.
Di balik nilai seni yang tinggi tersimpan kisah romantis antara Le Mayeur dengan subjek yang dilukisnya yakni Ni Nyoman Pollok. Mayeur yang sebelumnya warga Belgia memutuskan menetap di Bali dan menikah dengan Ni Nyoman Pollok yang menghantarkan kesuksesannya.
Selepas kepergiannya, museum ini kemudian didirikan dan menjadi aset pariwisata di Bali. Berikut kisahnya.
(Gambar: Museum Le Mayeur)
Hadirkan 88 Bingkai Lukisan Ni Nyoman Pollok
Mengutip laman Pemkot Denpasar, terdapat sekitar 88 bingkai lukisan dengan tema keindahan Bali.
(Gambar: Liputan6)
Gambar itu diperindah dengan subjek Ni Pollok sebagai perempuan asli Bali yang kental dengan sisi kebudayaannya.
Dari 88 buah lukisan, terdapat beberapa jenis yang terbagi ke dalam medianya seperti 28 lukisan kanvas, 25 handboard, 22 lukisan bagor dan sisanya media triplek serta kertas sebagai penanda susahnya mendapatkan media lukis kanvas di era pendudukan Jepang.
Beberapa lukisan menampilkan Ni Pollok saat sedang memetik bunga, serta keindahan alam natural di sekitar rumah mereka. Agar hasilnya maksimal, Ni Pollok pernah diminta berjemur selama berjam-jam sebagai bagian dari metode melukisnya.
Menampilkan Suasana Tenang
Kondisi tenang mendukung para pengunjung untuk menikmati keindahan lukisan di sana. Hal ini turut ditunjang dengan hadirnya taman, dan bangunan yang tenang serta jauh dari hiruk pikuk.
Sejumlah bangunan peninggalan dari Le Mayeur, termasuk ornamen ukiran khas Bali terpatri di dinding. Lukisan-lukisan hasil karya sang pelukis legendaris ini dipajang dan diletakkan dalam bingkai kaca, sehingga aman dan masih terawat hingga sekarang.
Di bangunan yang sebagian besar berbahan kayu itu, dapat dengan mudah ditemukan benda furnitur antik berupa meja berukir, lemari, ranjang, kasur, lemari, keramik, jambangan bunga, patung, guci serta buku-buku milik Le Mayeur.
Di sisi utara bangunan museum terdapat monumen sepasang patung suami istri, yakni Le Mayuer dan Ni Pollok. Pada sisi barat museum, juga terdapat homestay Pollok and Lemayeur Beach Front Hotel.
Bermimpi Memiliki Galeri Lukis
Mengutip Liputan6, kisah keduanya dimulai saat pelukis keturunan bangsawan Belgia ini melakukan kunjungan ke Bali pada 1932. menggunakan kapal laut.
(Gambar: denpasartourism.com)
Saat itu dirinya sudah menjadi pelukis profesional dan kerap melakukan penjelajahan mulai dari Italia, Perancis, Tunisia, Maroko, Aljazair, Thailand, India, Kamboja dan akhirnya sampai di Bali.
Dari pelabuhan Buleleng, ia berangkat ke Singaraja lalu ke Denpasar. Di sana, ia menyewa rumah di Banjar Kelandis dan bertemu untuk pertama kali dengan Ni Nyoman Pollok yang saat itu masih berusia belia. Sehari-hari, Ni Pollok menjadi penari Legong cantik di lingkungan keraton.
Merasa tertarik, Ni Pollok kemudian ia jadikan subjek lukisan. Beberapa aktivitas seperti menari dan lain-lain, Mayeur gambarkan di atas kanvas. Pria kelahiran 9 Pebruari 1880 itu lantas memamerkan lukisan gadis dan keindahan alam Bali di Singapura hingga mendapat apresiasi publik pada 1933.
Menikah dengan Adat Bali
Karena perasaan saling jatuh cinta, keduanya lantas saling berkenalan satu sama lain hingga memutuskan untuk menikah dua tahun kemudian. Pada 1935, keduanya berkonsentrasi di bidang seni lukis dan tari sebagai bagian dari merawat tradisi Bali di rumah mereka kawasan pantai Sanur.
Dari sana, rumahnya kemudian diperindah dengan lukisan alam dan flora serta fauna di sekitar Bali. Rumahnya, lantas menjadi galeri seni dan lukis yang banyak dikunjungi orang, termasuk Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, Bahder Djohan kala itu.
Menteri tersebut kemudian tertarik dan meminta agar lukisan pribadinya dikemas secara profesional di rumahnya sebagai objek museum. Pada 1956, semangatnya menggebu untuk menjadikan rumahnya sebagai museum lukis. Ni Pallok sangat mendukung mimpi suaminya itu, namun sebelum terwujud Mayeur mengalami sakit sehingga harus kembali ke Belgia hingga meninggal dunia pada 18 Juli 1958.
Kemudian Ni Nyoman Pollok mengurus museum tersebut hingga meninggal pada 27 Juli 1985 di usianya ke-68 tahun.
Saat ini, Museum Le Mayeur yang berlokasi di Jalan Hang Tuah, Sanur Kaja, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali ini menjadi destinasi seni dan budaya Bali yang bisa dikunjungi mulai pukul 08.00 hingga 15.30 Wita. Untuk tiketnya bisa didapatkan seharga dari Rp5.000 hingga Rp10.000 dan wisatawan mancanegara Rp10.000 hingga Rp20.000.