Nenek Ini Tinggal di Kebun Sawit Milik Warga, Kondisi Rumahnya Memprihatinkan
Merdeka.com - Nasib pilu dialami oleh seorang nenek di Serdang Bedagai (Sergai), Sumatra Utara (Sumut). Ia harus rela tinggal jauh dari permukiman warga dan hidup di sebuah rumah yang kondisinya memprihatinkan.
Nenek berusia 75 tahun tersebut diketahui bernama Hariyani. Ia tinggal di Desa Silau Rakyat, tepatnya di Dusun 2, Sergai. Namun, bukannya hidup di tengah-tengah perkampungan, Hariyani justru tinggal di rumah reyotnya yang terletak di tengah-tengah kebun sawit milik warga.
Kondisi Hariyani yang memprihatinkan ini terungkap usai diunggah oleh akun Instagram @sergai_talk pada Selasa (16/11).
-
Kenapa Bu Wahyuti tinggal di kampung terpencil? Bu Wahyuti mengatakan ia terpaksa tinggal di kampung terpencil itu karena belum memiliki rumah sendiri, sehingga ia dan keluarganya harus menumpang di rumah yang disewakan pihak perhutani.
-
Mengapa Nenek Satikem tidak pulang ke Kebumen? 'Jika kangen paling lihat foto. Di sana saya kan harus kerja dan uangnya belum cukup untuk pulang. Jadi hanya bisa lihat foto yang dibawa dari kampung,' ujar Nenek Satikem dikutip dari Liputan6.com.
-
Apa yang sulit bagi Ibu Persit di Wamena? Hal yang membuat ibu Persit tersebut kesulitan adalah saat dirinya harus menggunakan kompor dari minyak tanah.
-
Di mana letak rumah terpencil itu? 'Kalau membangun rumah di sini bahan materialnya diusung pakai motor,' kata salah satu penghuni rumah itu. Perkampungan itu hanya terdapat dua rumah. Para pemilik rumah di sana masih satu keluarga.
-
Kenapa tempat tinggal Samudi sangat memprihatinkan? Ia pun hanya bisa pasrah dan berbuat sebisanya untuk menyambung hidup.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
"Assalamualaikum, mohon izin didesa silau rakyat tepatnya di dusun 3 terdapat warga yang tinggal menyendiri ditengah kebun sawit milik warga," tulis caption di unggahan itu.
Kabarnya, di lokasi kebun sawit tempat rumah Hariyani berada tersebut bahkan tidak ada listrik. Kondisi Hariyani ini pun akhirnya menarik simpati dari sejumlah warga dan pemerintah desa setempat.
Berikut informasi selengkapnya.
Kondisi Rumah Reyot
Instagram/@sergai_talk ©2021 Merdeka.com
Dalam video itu, tampak rumah milik Hariyani berdiri di kawasan kebun sawit. Kebun sawit tersebut diketahui bukan milik Hariyani, melainkan milik warga lain.
Jika dilihat dari luar, rumah tersebut terlihat sangat sederhana dan tidak besar. Dinding rumah Hariyani hanya terbuat dari tambalan kayu-kayu yang dipaku di tembok batu bata, di mana di sejumlah sisi banyak yang berlubang. Atap rumah pun hanya berupa seng yang sudah sangat berkarat.
Namun, kondisi bagian dalam rumah Hariyani ternyata lebih memprihatinkan. Tak ada penyekat ruang kamar, melainkan hanya satu kotak ruangan yang Ia pakai untuk tidur, makan, dan melakukan semua aktivitas. Ia pun tak memiliki perabotan, bahkan tak memiliki kasur untuk tidur.
Sementara untuk memasak, Hariyani hanya memiliki tungku kecil di teras rumahnya yang ala kadarnya. Ia biasa memasak di tungku tersebut dengan peralatan seadanya.
Hidup dari Bantuan Warga
Instagram/@sergai_talk ©2021 Merdeka.com
Menurut keterangan di unggahan itu, Hariyani hanya tinggal bersama satu orang anaknya yang mengalami gangguan kejiwaan. Tidak diketahui apakah Hariyani memiliki pekerjaan untuk menghidupi dirinya dan anaknya, namun untuk makan sehari-hari Ia biasanya hanya mengandalkan bantuan dari warga.Warga biasanya memberikan bantuan berupa sembako kepada Hariyani. Namun, lantaran jarak rumah Hariyani yang sangat jauh dari pemukiman warga, lama kelamaan warga menjadi kesulitan untuk terus menerus memberikan bantuan. Oleh karena itu, dengan melihat kondisi Hariyani yang memprihatinkan tersebut, kabarnya Kepala Dusun (Kadus) bersama masyarakat sekitar berniat untuk merelokasi tempat tinggal Hariyani agar lebih dekat dengan permukiman warga. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kakek Sanusi kini hanya mengandalkan pemberian tetangga untuk sekedar makan dan bertahan hidup.
Baca SelengkapnyaWalau usianya telah renta, namun Mbah Soiman masih bekerja keras di ladang
Baca SelengkapnyaTangisnya pecah saat Bupati Kediri datang ke rumahnya
Baca SelengkapnyaUntuk bertahan hidup, kakek Samudi hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.
Baca SelengkapnyaBegitu miris, ia hanya bisa memakan menu nasi dan micin serta tinggal di gubuk tak layak
Baca SelengkapnyaTinggal sendiri di rumah kontrakan, Nenek Nursi kesehariannya hanya berjualan sayur. Uangnya bahkan sempat diambil orang.
Baca SelengkapnyaKini tak lagi didampingi suami, wanita itu tinggal di gubuk sederhana sekaligus hidup menggunakan uang tabungan senilai puluhan juta.
Baca SelengkapnyaKisah pilu nenek berusia 66 tahun hidupi dua cucu seorang diri.
Baca SelengkapnyaKakek di Gorontalo hanya santap parutan kelapa untuk mengganjal perut lapar hingga disorot warganet.
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaWarga Kampung Cilawang, Bandung Barat dan Kampung Buyuh Topeng, Majalengka harus minum dari penampungan air hujan.
Baca SelengkapnyaAkses menuju kampung itu cukup sulit. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang terjal dan berbatu.
Baca Selengkapnya