Serunya Lubuk Larangan, Tradisi Unik Tangkap Ikan Sambut Lebaran
Merdeka.com - Menyambut Hari Raya Idul Fitri, ada sebuah tradisi tahunan yang digelar oleh masyarakat di Sumatera Utara khususnya di Mandailing Natal. Tradisi ini bernama Lubuk Larangan.
Lubuk Larangan merupakan sebuah tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu dan masih dilestarikan oleh masyarakat hingga kini. Dalam tradisi ini, masyarakat Mandailing Natal akan beramai-ramai menangkap ikan di sungai yang sebelumnya sudah disepakati bersama. Tradisi ini sangat populer, bahkan hingga ke daerah lain.
Tempat Dilarang Mengambil Ikan
-
Bagaimana cara merayakan Natal di Sumatera Utara? Agar suasana Natal semakin hangat dan meriah, Anda bisa memberikan puisi Natal untuk orang-orang terdekat.
-
Bagaimana Natal dirayakan di Sumatera Utara? Selain itu, sambutan Natal juga memberikan kesempatan bagi kita untuk merenungkan arti kehidupan, bersyukur atas berkat yang telah diterima, serta mengevaluasi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi di tahun yang akan datang.
-
Apa tradisi unik di Sumatera Selatan? Salah satunya adalah tradisi unik yang ada di Sumatra Selatan yakni saling bertukar takjil dengan tetangga di sekitar kampung tempat tinggal.
-
Dimana sholat Idul Adha di Sumatera Utara? Di pagi hari Idul Adha, umat Muslim berkumpul di masjid-masjid atau lapangan terbuka untuk melaksanakan sholat berjemaah, mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW.
-
Apa makna Natal di Sumatera Utara? Natal adalah saat untuk merayakan kasih sayang, saling berbagi, dan mengenang kelahiran Sang Penebus.
-
Apa tradisi unik jelang Iduladha di Banyuwangi? Tradisi masyarakat Suku Osing yang unik di Desa Kemiran, Glagah, Banyuwangi Tradisi ini dilaksanakan dengan menjemur kasur bersamaan di depan rumah.
Sumber: medanbisnisdaily.com ©2020 Merdeka.com
Dilansir dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Lubuk Larangan adalah sebuah kearifan lokal masyarakat yang berkaitan dengan lingkungan. Lubuk Larangan merupakan sebuah wilayah yang berada di sungai yang disepakati oleh masyarakat bersama lembaga adat, di mana di tempat yang telah disepakati tersebut dilarang untuk mengambil ikan yang ada di dalamnya.
Masa Panen Ditentukan
Dalam tradisi ini, untuk panen di Lubuk Larangan waktunya telah ditentukan bersama. Ada yang jangka waktunya selama 1 tahun, 2 tahun bahkan ada yang lebih. Kemudian panen dilaksanakan secara bersama oleh masyarakat, baik tua maupun muda.Biasanya, ada berbagai macam ikan yang bisa ditangkap saat Lubuk Larangan, seperti ikan semah, ikan garing, ikan dalum, ikan belido, dan beberapa jenis ikan lainnya.
Peralatan yang Ramah Lingkungan
Sumber: liputan6.com ©2020 Merdeka.com
Meski dilakukan secara bersama-sama, namun pelaksanaan panen pun ada aturan yang disepakati bersama. Masyarakat tidak ingin merusak alam yang telah mereka jaga tersebut. Masyarakat tidak boleh memanen lebih dari 2 lampu petromaks, tidak boleh menggunakan jala yang melebihi lebar sungai, serta tidak boleh menebarkan racun.Peralatan yang digunakan dalam memanen ikan di Lubuk Larangan dapat memberikan dampak positif kepada lingkungan sekitarnya. Ikan ditangkap menggunakan peralatan tradisional seperti jaring yang berukuran tiga jari. Hal ini bertujuan agar ikan-ikan berukuran kecil tidak tertangkap sehingga memiliki kesempatan untuk tumbuh dan bertelur. Masyarakat juga menggunakan sampan untuk menangkap ikan, sehingga peralatan yang digunakan tersebut sangat ramah terhadap lingkungan dan tidak akan memberikan dampak negatif pada sungai ataupun ikan-ikan yang ada.
Ada Sanksi Jika Melanggar Kesepakatan Adat
Masih dilansir dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, ada hukum adat yang telah disepakati bila masyarakat melanggar aturan dalam tradisi ini. Masyarakat harus membayar denda adat berupa selemak manis, atau mengganti dengan seekor kerbau, kambing dan lain sebagainya. Akan tetapi, yang paling ditakuti oleh masyarakat adalah hukuman adat yang disebabkan oleh sumpah nenek moyang mereka yang dikenal dengan Biso Kawi. Hukuman ini akan membuat masyarakat yang melanggar aturan akan terkena musibah sepanjang hidupnya.
Memiliki Manfaat untuk Alam
Sumber: liputan6.com ©2020 Merdeka.com
Lubuk Larangan memiliki fungsi yang sangat beragam, yaitu menjaga kelestarian hutan, air, tanah serta melestarikan adat istiadat setempat. Tradisi ini pun dapat bernilai secara ekonomis dan menjadi perekat kebersamaan dan kegotongroyongan masyarakat setempat. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tradisi warisan nenek moyang ini masih dipertahankan oleh masyarakat nelayan Jepara.
Baca SelengkapnyaTradisi masyarakat Sumatra Selatan ini tak hanya menjadi kearifan lokal, melainkan juga bermanfaat untuk menjaga ekosistem alam.
Baca SelengkapnyaSebuah ritual pembersihan laut oleh masyarakat pesisir ini hampir serupa dengan yang ada di Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaWalaupun pesisir Demak diterjang banjir rob sekalipun, tradisi itu tetap digelar
Baca SelengkapnyaDi acara ini, seluruh lapisan warga Depok tumpah ruah ke kolam ikan untuk ngubek empang.
Baca SelengkapnyaTradisi Ngubek Empang ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan perayaan Lebaran Depok 2024.
Baca SelengkapnyaNadran laut merupakan wujud syukur antara manusia, alam serta Tuhan atas keberkahan laut yang melimpah.
Baca SelengkapnyaKegiatan ini juga bertujuan untuk membersihkan endapan yang menumpuk di dasar kolam.
Baca SelengkapnyaTradisi Lebaran bukan cuma soal mudik dan makan ketupat. Di berbagai daerah banyak sekali tradisi dilakukan secara turun temurun dan hanya ada saat Lebaran.
Baca SelengkapnyaTradisi nadran yang dilakukan masyarakat pesisir Indramayu menyimpan makna khusus.
Baca SelengkapnyaIntip tradisi sambut hari Maulid Nabi yang berlangsung di Pulau Sumatra setiap tahunnya.
Baca SelengkapnyaRibuan masyarakat datang memenuhi pelabuhan demi merasakan sensasi naik perahu bersama-sama.
Baca Selengkapnya