Unik dan Kreatif, Warga Desa Ini Bikin Masker Kain Motif Khas Batak
Merdeka.com - Sejak pandemi COVID-19 merebak, masker menjadi salah satu alat kesehatan yang penting dalam mencegah penyebaran virus ini. Bahkan, di awal virus ini merebak di Tanah Air, permintaan masker meningkat tajam hingga sempat membuat persediaan masker menjadi langka.
Namun, sejak penggunaan masker kain mulai digalakkan, masyarakat tidak lagi kesulitan mendapatkan masker karena masker kain makin banyak diproduksi.
Seiring meningkatnya permintaan, banyak juga ditemui masker dengan berbagai motif unik, seperti masker dengan motif khas Suku Batak. Masker unik ini dapat ditemui di Desa Lumban Suhi-Suhi Toruan, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara (Sumut).
-
Siapa yang bisa menggunakan masker ini? Masker ini biasanya sesuai untuk kebanyakan jenis kulit, tetapi bagi mereka yang memiliki kulit sensitif, sangat disarankan untuk melakukan tes patch terlebih dahulu.
-
Bagaimana cara menggunakan masker? Setelah semua bahan masker tercampur dengan baik, aplikasikan masker secara merata ke seluruh wajah yang telah dibersihkan sebelumnya. Pastikan untuk menghindari area sekitar mata dan bibir, karena kulit di daerah tersebut lebih sensitif terhadap bahan-bahan yang digunakan.
-
Bagaimana cara membuat masker bengkoang? Caranya, parut bengkoang yang masih segar dan aplikasikan pada wajah sebagai masker.
Sebagian besar warga di desa tersebut menggunakan masker motif Batak untuk aktivitas sehari-hari. Masker ini awalnya merupakan inisiatif Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Lumban Suhi-Suhi Toruan, Stella Florensia Hutajulu, yang juga sebagai pemilik usaha tenun ulos Batak Toba.
Ide Awal Pembuatan Masker Motif Batak
Stella mengungkapkan, ide kreatif ini muncul karena selama pandemi COVID-19 masker bermotif Batak belum pernah terlihat di Sumut, terutama masyarakat suku Batak Toba memakai masker motif gorga Batak atau Toba.
"Timbul dorongan memulai mengembangkan masker motif Batak, sekalian melestarikan budaya Batak Toba," kata Stella, Sabtu (13/6), dilansir dari Liputan6.com.
Ide awal membuat masker motif Batak berasal dari Kepala Desa (Kades) Lumban Suhi-Suhi Toruan, yaitu bernama Raja Sondang Simarmata. Eksekusi ide dilaksanakan oleh Stella yang merupakan istri Kades tersebut.
Melestarikan Budaya
Menurut wanita berusia 31 tahun ini, memakai masker dengan identitas seperti motif suku sendiri, lebih keren dan bernilai. Meski dalam situasi pandemi COVID-19, Ia tidak ingin berhenti untuk melestarikan budaya sendiri."Motif batik toba sangat keren dan unik. Motif yang ada di masker adalah gorga, yang menggambarkan identitas masyarakat Batak di Sumut," ucapnya.
Makna Motif
Motif yang digambar pada masker tersebut juga memiliki makna tersendiri. Diterangkan Stella, motif Batak yang disematkan di masker melambangkan filosofi hidup orang Batak. Ada berbagai jenis motif, misalnya Singa Gorga yang melambangkan kekuatan dan wibawa.
©2016 merdeka.com/lia harahap
Kemudian warna Batak yang identik dengan merah melambangkan keberanian, hitam tentang kepemimpinan, dan putih soal kesucian. Dalam pembuatan masker tersebut, beberapa warna ditambahkan agar lebih menarik.
Mengenalkan Motif Batak ke Mancanegara
Selain ingin melestarikan budaya Batak, Stella juga ingin membuat motif khas Batak ini semakin dikenal oleh masyarakat bahkan hingga ke mancanegara."Tujuan utama membuat masker ini untuk tindakan pencegahan selama pandemi COVID-19, juga agar masker Toba semakin dikenal sampai mancanegara," terangnya.
Banyak Dipesan Hingga Luar Pulau
Diakui Stella, masker yang dikembangkannya ini sudah banyak dipesan dari luar kota, seperti Medan, Bekasi, Jakarta, dan Bogor. Pembuatan masker bermotif Batak sudah mulai dikerjakan juga oleh PKK desa."Hal ini untuk menambah pemasukan PKK dan desa di kemudian hari," ujarnya.
Dibagikan Gratis pada Warga Desa
Hingga saat ini, 1.500 masker motif Batak sudah dibagikan oleh pihak perangkat desa secara gratis kepada warga desa tersebut. Setiap kepala keluarga diberikan 2 sampai 3 masker motif. Rencananya akan dibagikan 500 masker lagi ke warga."Dibagikan ke warga merupakan masker gratis sesuai jatah dari desa. Untuk luar kota atau orang yang memesan harganya bisa mencapai Rp15.000-an per masker," ungkapnya. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Topi warna-warni ini bikin penggunanya makin percaya diri.
Baca SelengkapnyaDalam seni ini, benang yang digunakan untuk membuat pakaian berasal dari serat daun nanas.
Baca SelengkapnyaMemperingati Hari Batik Nasional, ini empat motif batik yang populer di Pulau Sumatra.
Baca SelengkapnyaIndonesia tumbuh dengan ragam budaya. Setiap budaya memiliki kekhasannya tersendiri. Salah satu ciri khas dari ragam budaya ini adalah kain tradisional.
Baca SelengkapnyaPembuatan lurik tradisional ini bisa disaksikan langsung di halaman rumah warga di Kedungampel
Baca SelengkapnyaDi desa itu, mereka menjaga tradisi dan kearifan lokal yang telah mereka miliki selama berabad-abad.
Baca SelengkapnyaDesa yang satu ini merupakan ikon dari Kabupaten Ogan Ilir yang sudah menyabet penghargaan kategori Kampung Ekowisata.
Baca SelengkapnyaKain tenun Ulos menjadi sebuah simbol kerajinan tradisional dari Suku Batak yang sarat makna dan fungsional.
Baca SelengkapnyaHampir setiap daerah di Indonesia memiliki batik dengan motif khas tersendiri. Dari banyaknya motif yang ada, terdapat beberapa motif batik yang paling populer.
Baca SelengkapnyaDesa Wisata Muncar menyajikan keanekaragaman budaya, alam, dan berbagai kearifan lokal.
Baca SelengkapnyaGolok asli setempat dikenal sangat tajam, sehingga bisa dengan mudah merobek benda.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Batak menganggap kain tenun ulos sebagai lambang dari ikatan kasih sayang hingga kedudukan.
Baca Selengkapnya