Berbasiskan Teknologi, Warung Grosir Dwi Sayekti Tumbuh 8 Kali Lipat
Merdeka.com - Namanya Dwi Sayekti. Ibu dua orang anak ini bertutur pernah dalam kondisi terpuruk. Peristiwa itu terjadi tiga tahun lalu. Ia harus rela menjual seluruh aset bisnis handphonenya. Bangkrut. Sejak kejadian itu, ia takut untuk kembali berniaga. Bahkan, pikiran untuk membuka usaha ia buang jauh-jauh.
Namun, kebutuhan yang mendesak, membuatnya harus menyalakan nyalinya lagi untuk berjualan. Di tengah keputusasaannya, Warung Pintar hadir menawarkan solusi baru untuk bisnis warung yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.
Bermodalkan keberanian, Dwi mencoba solusi digital Warung Pintar dan menjadikan lahan miliknya yang hanya seluas 1x1,5 meter menjadi warung sederhana. Mengandalkan suplai stok dari Warung Pintar untuk mendapatkan barang dengan harga terbaik.
-
Kenapa Hana terpaksa jual motor dan perhiasan? Untuk memulai usaha itu, ia harus mengorbankan banyak hal. Motor kesayangannya ia jual, perhiasan istrinya ia jual, ditambah ia harus masih meminjam uang dari orang tuanya.
-
Bagaimana Dara menghadapi kenyataan kehilangan harta bendanya? 'Sebenarnya memang sakit, ikhlas sih, tapi namanya juga manusia, seikhlas-ikhlasnya pasti ada rasa sakit hati,' ujarnya.
-
Bagaimana Ibu Putri memulai usaha batiknya? Berawal dari Pandemi Putri bercerita ia merintis usaha batik itu waktu masa pandemi COVID-19. Waktu itu ia termasuk salah satu warga yang kena COVID-19.Setelah pandemi mereda, kampungnya mengadakan pelatihan membatik. Saat itu Ibu Putri tidak ikut sebagai peserta. Di sana ia bertugas sebagai tukang masak. Namun di sela-sela waktu, ia ikut melihat proses membatik itu.Selesai pelatihan, ia mengambil sisa limbah untuk dibawa pulang. Selama mengisi hari-hari di rumah, ia memanfaatkan waktu untuk belajar membatik secara autodidak di rumah. Lama-lama ia ketagihan membatik. Mulai saat itulah Ibu Putri mantap untuk merintis usaha batik.
-
Bagaimana Ibu Dewi memulai bisnisnya? 'Awalnya budhe di Semarang yang ngasih ide kenapa tidak jualan bawang goreng, dia jualan di sana laris. Terus saya pergi ke Semarang, diajari budhe caranya menggoreng bawang, nginep sana tiga hari,' ungkap ibu tiga anak ini saat ditemui Merdeka.com, Kamis (18/4/2024).
-
Apa yang Ibu Sujiati buat setelah kena PHK? Berbekal skill menjahit di pabrik, Ibu Sujiati mampu menghasilkan produk kerajinan kulit dan penjahitan sepatu dengan standar brand yang dijual di mall.
-
Siapa yang kehilangan harta karena masalah utang? Keluarga Pulitzer sempat masuk dalam daftar keluarga terkaya berkat bisnis media dan percetakannya. Namun hal ini harus berubah saat keluarga ini didera kesulitan lilitan utang hingga jutaan dolar Amerika Serikat. Padahal di tahun 1982, keluarga Pulitzer memiliki kekayaan bersih yang mencapai angka USD 25 juta.
Sedikit demi sedikit, Dwi terus menabung, mengumpulkan modal untuk menumbuhkan bisnisnya. Di saat yang bersamaan, badai Covid-19 menghantam seluruh negeri. Mau tak mau, ia harus memutar otak untuk dapat bertahan dan mencoba beradaptasi dengan mengoptimalkan penggunaan teknologi bagi bisnisnya.
Beruntung, Warung Pintar meluncurkan layanan Grosir pintar. Layanan berbasis teknologi yang bertujuan untuk memberi akses bagi pengusaha grosir dalam melakukan manajemen inventaris, menjangkau pasar atau pelanggan yang lebih luas yaitu pengguna Aplikasi Warung Pintar, serta memperoleh kemudahan dari segi logistik.
Akhirnya Dwi memutuskan untuk menggunakan modal yang telah terkumpul untuk mentransformasi warung kecilnya menjadi toko grosir dan menjadi bagian dalam Grosir Pintar.
Terintegrasi dalam Aplikasi Warung Pintar, pengusaha grosir yang terdaftar dalam Grosir Pintar seperti Dwi dapat menjangkau hingga lebih dari 300 warung sebagai pelanggan baru dalam jarak 5 hingga 10 kilometer dari toko miliknya. Sejak bergabung dengan Grosir Pintar, ia mengaku mendapatkan banyak pelanggan warung loyal yang selalu memenuhi kebutuhan stok melalui toko grosirnya, integrasi ini membuat Juragan Dwi tercatat memperoleh keuntungan mencapai 8 kali lipat dari sebelumnya.
©2021 Merdeka.com
"Pengguna aplikasi Warung Pintar sekitar toko grosir saya, dapat saya jangkau dengan mudah lewat aplikasi Grosir Pintar sehingga pendapatan saya semakin meningkat, mulai dari omset 2 juta perhari, sekarang sudah berkali-kali lipat," ujar Dwi.
Sejak puluhan tahun, warung telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Warung bukan hanya menjadi tempat bertransaksi namun juga menjadi tempat interaksi sosial yang hangat. Tidak hanya itu, warung juga menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia dalam berwirausaha bahkan menjadi bisnis keluarga karena dapat dijalankan dari rumah.
"Penghasilan dari bisnis warung saya gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mulai dari makan, bayar listrik hingga menabung untuk sekolah anak. Dari penghasilan tersebut saya juga dapat mempekerjakan tetangga sekitar menjadi karyawan, senang rasanya bisa membuka lapangan pekerjaan untuk komunitas sekitar," katanya.
Indonesia memiliki perkiraan populasi 260 juta dengan lebih dari 50 juta UMKM, dimana 98 persen di antaranya adalah pengusaha mikro dengan pendapatan tahunan di bawah USD40.000. Tantangannya bukan hanya menyediakan solusi digital, tapi bagaimana memberikan akses setiap pelaku industrinya untuk bisa tumbuh bersama. Oleh karena itu, Warung Pintar menjawab permasalahan tersebut dengan menghadirkan solusi terlengkap dan terintegrasi bagi ekosistem bisnis warung.
"Tak hanya terus menyempurnakan rantai pasok, kami juga memastikan setiap warung yang bergabung dapat tumbuh menjadi lebih besar bahkan berdampak untuk warung dan masyarakat di sekitarnya. Tiap warung adalah perpanjangan tangan kami untuk mewujudkan visi kami dan hal tersebut dapat terjadi berkat gotong royong semua pihak termasuk para juragan toko grosir," ujar Agung Bezharie Hadinegoro, CEO Warung Pintar Group dalam keterangan persnya, Jumat (15/10). (mdk/faz)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di masa-masa awal kerugian, Dwi Masih beranggapan bahwa kerugian tersebut merupakan risiko bisnis.
Baca SelengkapnyaDari pengakuannya, gadis ini berhasil membangun bisnis dengan modal uang Rp300 ribu saja.
Baca SelengkapnyaJika melihat latar belakang keluarga, Untung bukan berasal keluarga pengusaha. Ayahnya seorang sopir taksi, dan ibu guru honorer.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, kesuksesannya ini berkat doa dan restu dari orang tuanya.
Baca SelengkapnyaEkspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaKeberhasilan usaha pria ini tak lain berasal dari doa dan restu orangtua.
Baca SelengkapnyaSeseorang yang awalnya hanya dianggap sebagai gadis kampung kini hidup serba mewah dan mampu membeli berbagai barang impiannya.
Baca SelengkapnyaSariyani (62) hidup dengan begitu pilu. Di usianya yang kini telah senja, dia tak lagi hidup bersama sang suami sejak belasan tahun yang lalu.
Baca SelengkapnyaBanyak pekerja yang memutuskan untuk berhenti kerja dan membangun bisnis.
Baca SelengkapnyaIa pun masih terus melakukan riset untuk mengembangkan bisnisnya
Baca SelengkapnyaPandemi Covid-19 menjadi pukulan telak bagi banyak pebisnis, termasuk bagi Komang Ari Widianti.
Baca Selengkapnya