Bos TopJek: Bangun TopJek, investasi kami cuma puluhan miliar rupiah
Merdeka.com - Bisnis aplikasi transportasi yang sedang ramai di Ibukota, seperti jamur di musim penghujan, termasuk ojek online. Setelah muncul Go-Jek, GrabBike, dan Blu-Jek, kini hadir lagi bisnis ojek online serupa, yakni TopJek. TopJek ini didanai oleh dua orang Indonesia, salah satunya Cempaka Adinda Devi yang menjabat sebagai co-founder sekaligus Direktur TopJek.
Bisa dikatakan, bisnis aplikasi transportasi ini juga termasuk dalam bisnis yang 'padat modal', tak hanya membuat aplikasi semata, namun membangun infrastruktur pendukungnya. Tak berlebihan, jika bisnis ini bisa menelan dana ratusan miliar rupiah.
Lalu, berapa investasi membangun TopJek? Yang jelas, menurut Cempaka, investasi yang digelontorkan oleh pihaknya, tak sebesar perusahaan besutan Nadiem Makarim, Go-Jek. Dia menuturkan, jika perusahaan pelopor ojek online tersebut, modal awalnya hingga ratusan miliar rupiah.
-
Apa itu ojek? Mengutip dari Jurnal Ojek dari Masa ke Masa Kajian secara Manajemen Sumber Daya Manusia karya Neneng Fauziah, mengatakan bahwa istilah ‘ojek’ berasal dari kata ‘obyek’.
-
Bagaimana ojek berkembang? Awal mula alat mengojek memang berupa sepeda. Dikutip dari tulisan W.J.S. Poerwadarminta di Kompas, 22 September 1979, ‘Ojek adalah sepeda yang ditaksikan’.
-
Siapa saja yang bekerja di usaha ini? Setelah usahanya berkembang, Delli dan Aulia mempekerjakan lima karyawan tetap, serta freelance untuk membantu.
-
Kenapa ojek muncul? Ide ini muncul dari kondisi jalan desa yang rusak serta tak bisa dilalui oleh mobil sehingga, ditawarkan jasa transportasi lain berupa ojek sepeda.
-
Kapan ojek pertama kali muncul? Ojek sendiri pada mulanya berkembang di pedesaan Jawa Tengah pada tahun 1969.
-
Siapa yang punya investasi lebih besar? Hargreaves menunjukkan bahwa pola investasi ini telah berlanjut selama 30 tahun dan rata-rata wanita yang berinvestasi akan berakhir dengan portofolio senilai 25% lebih banyak dibandingkan pria.
"Soal itu saya gak bisa buka. Yang jelas saya ada share investasi di sini (TopJek – red). Dan tentunya, modal awal kami gak sebesar Go-Jek lah. Go-Jek saya dengar itu hingga ratusan miliar rupiah. Kita gak sampai segitu, hanya puluhan miliar rupiah saja," ujar Cempaka yang ditemui di kantornya di wilayah Pasar Minggu, Jakarta, Kemarin, Kamis (8/10).
Kendati begitu, dengan tangan terbuka, pihaknya siap menerima jika ada investor yang ingin bergabung bersama perusahaannya. Perempuan lulusan London School of Public Relation (LSPR) ini pun optimis jika perusahaan yang baru dibentuknya akan terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Namun sayang, ia tidak mau menyebutkan target angka pertumbuhan bisnisnya tersebut.
Bahkan tidak menutup kemungkinan, ketika perusahaannya terus mengalami pertumbuhan, bisa jadi akan dilego ke beberapa investor. Hal inilah yang biasanya dilakukan oleh para startup – perusahaan rintisan teknologi - ketika valuasi bisnisnya telah mencapai angka tertentu.
"Bisa jadi. Bisa jadi seperti itu. Tapi itu bukan tujuan kami. Tujuannya adalah mengembangkan bisnis ini secara pelan-pelan sehingga bisa terus tumbuh," katanya.
Sebagaimana diketahui, soal pembagian hasil antara TopJek dengan pengemudi ojek, tak berbeda dengan Go-Jek, yakni 80 persen untuk pengemudi ojek dan 20 persen bagi TopJek. Namun, di awal setelah launching selama sebulan, pihaknya akan memberikan pembagian hasil seperti GrabBike, 90 persen bagi pengemudi dan 10 persen untuk TopJek.
"Tapi, itu berlaku hanya sebulan saja setelah kami launching. Setelah itu, sistem bagi hasilnya kembali lagi ke konsep awal, yakni 80 persen pengemudi dan 20 persen untuk kami," imbuhnya.
(mdk/tsr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perjalanan Tom bersama Jokowi sudah dimulai sejak tahun 2013, ketika menjadi penasihat ekonomi Gubernur DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaBahlil dan Kementerian Investasi/BKPM tidak menangani langsung operasional sekaligus melakukan pembahasan teknis terkait Starlink.
Baca SelengkapnyaTransaksi akuisisi Tiktok terhadap Tokopedia bukan semata-mata demi pelaku usaha kecil-menengah dan produk dalam negeri.
Baca SelengkapnyaPenikmat simpul ekonomi baru itu adalah para pengusaha kecil dan menengah.
Baca SelengkapnyaProfil lengkap Nadiem Makarim, dari pendiri Gojek hingga menjadi Menteri Pendidikan yang disentil Wapres Gibran soal kebijakannya.
Baca SelengkapnyaPinjaman senilai Rp7 triliun dari CDB telah dicairkan ke PT KAI.
Baca SelengkapnyaDuit investasi dari investor itu, akan dilakukan untuk beragam pengembangan teknologi.
Baca SelengkapnyaBahlil dengan semangat menyebutkan nama Franky, namun saat membahas Kepala BKPM selanjutnya, dia enggan menyebut nama Tom Lembong.
Baca SelengkapnyaTom Lembong ditetapkan sebagai tersangka atas kasus dugaan korupsi pengadaan impor gula.
Baca SelengkapnyaJusuf Hamka lahir di Sawah Besar pada 5 Desember 1957. Dia memutuskan menjadi mualaf pada usia 23 tahun.
Baca SelengkapnyaCak Imin menilai pemerintah harus mampu memastikan akses transportasi yang memadai dan terjangkau bagi masyarakat.
Baca SelengkapnyaMenurut hasil penghitungan Anies, biaya pembangunan jalur kereta api lebih murah dibanding membangun jalan tol
Baca Selengkapnya